30 || Princess Callysta

123 15 3
                                    

Selamat membaca🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Hari masih begitu pagi, bahkan matahari saja belum menampakkan sinarnya. Callysta dan keluarganya sudah bersiap-siap sedari tadi untuk menuju kerajaan negeri Biru.

Callysta baru saja turun dari kamarnya menuju tempat untuk mempersiapkan beberapa barang yang sudah di bungkus sedemikian rupa untuk dibawa ke kerajaan Filbert, sebagai ungkapan terima kasih karena sudah membawa Callysta di hadapannya dengan selamat. Selain itu juga, Filbert juga yang sudah mengajarkan beberapa ilmu kepada Callysta semasa mereka masih berada di tempat Callysta dulu dibesarkan oleh Titanium.

Rasanya apa yang diberikan hari ini, wajar-wajar saja. Mengingat dekatnya hubungan kedua orang tua Callysta dengan Filbert, sekaligus Filbert yang sudah banyak membantu dalam hal ini.

Selain rasa ingin bertemu Filbert itu kembali muncul, Callysta juga sangat merindukan sahabatnya yaitu Cordelia. Ingin rasanya Callysta menghampiri ke negeri Bunga untuk sekedar bertemu Cordelia. Namun sayang, peraturan ketat itu kembali muncul dan di tegakkan, sehingga membuat Callysta berpikir dua kali lagi untuk melakukan hal tersebut. Hanya doa yang mampu Callysta lakukan untuk menghilangkan sedikit rasa kangen dan rindunya kepada Cordelia. "Semoga saja suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali Cordelia," batin Callysta yang sudah menghapus air matanya yang terjatuh membasahi pipinya.

Begitu ramai suasana di sana, tidak hanya pegawai-pegawainya yang turut terjun membantu mengangkat beberapa barang di sana, Callysta pun juga ikut mengangkatnya menuju kereta kuda kerajaan. Walau sudah dilarang berulang kali oleh pegawai dan kedua orang tuanya, tapi Callysta tetap kekeh mau membantunya, baginya posisinya sekarang yang menjadi seorang putri bukanlah untuk dirinya hanya terdiam dan dilayani ke sana-kemarinya. Ia juga akan membantu siapapun itu.

"Putri Callysta, biarkan Bibi saja yang mengangkat barang itu," ucapnya yang sekilas mendapat senyum manis Callysta. Dan mengambil kembali barang tersebut yang sudah diambil oleh Bibinya.

"Tidak apa-apa Bibi, Callysta sudah terbiasa membawa barang seperti ini. Jadi, biarkan Callysta juga membantu agar cepat selesai," jawab Callysta yang masih membawa beberapa barang itu dan malah mengambilnya kembali barang yang belum masuk ke kereta kuda itu.

"Callysta," ucap Ratu Amira tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, bagaimana bisa seorang Putri melakukan hal seperti itu. Tapi Ratu Amira hanya diam, ia tidak ingin terlalu mengekang apa yang harus dilakukan Callysta.

"Iya Ibunda, ini Callysta barusan bantu Bibi bawa barang-barang itu," tunjuk Callysta yang membuat kedua orang tuanya hanya terkagum dengan kepedulian dalam diri Callysta dan tidak menyombongkan dirinya sendiri atas apa yang dimilikinya sekarang.

Kini seluruh barang yang akan dibawa menuju ke kerajaan negeri Biru sudah semua dimasukan kedalam kereta kuda,
Putri Callysta perlahan memasuki kereta kuda khusus dirinya dan kedua orang tuaannya.

Callysta sedari dulu ingin sekali menaiki subuah kereta kuda yang selalu ia lihat di layar televisi-nya dulu. Apa yang ia inginkan dan yang selama ini ia anggap hanya mustahil, kini semua terbukti jika ilmu magic dan kerajaan itu benar-benar ada. Sungguh Callysta masih tidak percaya dengan dunia yang kini ia lihat sekarang dan malah akan menjadi tempat tinggal Callysta selamanya.

Callysta nikmati perjalanan menuju kerajaan Filbert dengan memandangi  kanan-kirinya, yang masih begitu terjaga dengan baik alamnya. Tidak sedikit pun tercemar alam di sini, begitu amat dijaga dan diperhatikan dengan baik oleh penduduk sekitar daerah tersebut.

Memang perjalanan menuju kerajaan Filbert memakan waktu berjam-jam, hingga membuat Callysta begitu terkantuk-kantuk menyenderkan tubuhnya di kereta kuda itu dan beberapa menit kemudian Callysta sudah mulai tertidur. Ratu Amira yang melihat itu pun tak tega membangunkannya, ia biarkan Callysta tertidur dan akan membangunnya nanti jika ia sudah hampir sampai di kerajaan Filbert.

Selang beberapa jam, akhirnya sampailah di kerajaan Filbert. Callysta mulai terbangun dan mulai turun dibantu oleh kedua orang tuanya menuruni kereta tersebut.

***

Ratu Amira dan Raja Delonix sudah memasuki kerajaan negeri Biru dengan dikawal beberapa prajurit menuju dalam kerajaan. Sedangkan Callysta masih saja berdiri ditempat tersebut layaknya orang yang sedang mencari-cari sesuatu. Tapi tak kunjung ketemu.

Callysta lanjutkan langkahnya kembali mengikuti langkah kedua orang tuanya. Namun, langkah itu kembali terhenti setelah melihat Filbert yang sedang melatih seorang gadis cantik sebuah anak panah, begitu dekat jarak di antara keduanya, entah mengapa hatinya begitu sakit melihat hal itu. Apakah ia sudah mulai jatuh cinta dengan Filbert? Callysta hanya melihatinya dan tak bermain mengangu latihan mereka. Karena tak tahan lagi, Callysta pergi dari tempat tersebut dan segera menghampiri kedua orang tuaannya.

Callysta masuk dan mulai duduk di dekat ibundanya dengan menahan suatu rasa yang entah mengapa ia merasakan hal itu, setelah beberapa tahun ia hanya biasa saja setiap dekat dengan lawan jenisnya.

Callysta nikmati jamuan yang disediakan di sana, dengan menjawab senyum tipis Ratu Lusia kepadannya. Callysta rasa pertemuan kali ini sudah cukup, Callysta pun meminta kepada kedua orang tuanya untuk segera berpamitan pulang kepada kedua orang tua Filbert.

"Ayahanda, Ibunda. Callysta ingin pulang," pinta Callysta yang sontak membuat kedua orang tuanya terheran.

"Kenapa Callysta? Bukannya kamu ingin sekali bertemu dengan Pangeran Filbert?" tanya Ratu Amira yang sedari tadi melihat ke antusiasan Callysta selama di kerajaannya yang sudah tak sabar bertemu Filbert. Dan kini setelah sampai Callysta malah seakan mengalihkan pembicaraan setiap mendengar nama Filbert.

"Tidak apa-apa Ibunda, Callysta mau pulang saja."

"Baiklah anakku, kita pamit terlebih dahulu dengan kedua orang tua Filbert. "

"Iya, ayahanda."

Mereka pun berpamitan pulang menuju ke Kerajaannya, dengan dihantarkan sampai gerbang kerajaan oleh kedua orang tua Filbert. Callysta masuk terlebih dahulu di kereta kuda tersebut dengan raut wajah malasnya. Kedua orang tua callysta dibuat bingung dengan perubahan sikap yang terjadi kepada anaknya itu, tapi Ratu Amira dan Raja Delonix memiliki terdiam terlebih dahulu, biarkan Callysta yang menceritakan apa permasalahannya tadi sehingga membuat dia untuk pulang lebih awal mengingat ia belum bertemu dengan Filbert.

***

Callysta turun dari kereta kuda tersebut dan meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk lebih dahulu masuk ke dalam.

"Ibunda, ayahanda. Callysta izin lebih dahulu masuk ke dalam ya."

"Iya nak." Setalah mendengar jawaban dari Ayahandanya itu Callysta langsung masuk menuju kamarnya.

Callysta dengan segera mengganti pakaiannya untuk beranjak tidur agar ia terlupa dengan apa yang dilihatnya tadi. Harap-harap ada kebahagiaan yang menantinya esok. Dan mampu menghilangkan rasa sakit yang datang dengan sekejap ini. Entah rasa apa yang Callysta itu rasakan, yang pasti hanya Callysta saja yang tahu.

"Semoga besok kebahagiaan datang kepadaku," batin Callysta yang sudah mulai terlelap dalam tidurnya.

***

Uwuuu gak nyangka udah jalan Chapter 30😁
Terus tunggu dan baca kelanjutan ceritanya ya!

Papai🤗

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang