16 || Princess Callysta

290 61 2
                                    

Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Seminggu sudah Filbert pergi ke dimensi lain. kini ia kembali lagi. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya jika ia sudah kembali. Karena setahu kedua temannya, Filbert akan pulang dua hari lagi.

Niat Filbert yang tadinya ingin ke rumah Callysta, Filbert urungkan karena telah melihatnya yang sudah berada di lapangan yang biasa dirinya dan Callysta berlatih.

Filbert berjalan dengan pelan, agar tidak diketahui kedatangannya oleh Callysta dan Cordelia. Dan kini, Filbert berada tepat di bawa pepohonan yang tertutup beberapa semak-semak sembari melihat  pemandangan yang begitu mengenakan untuk dilihat yaitu melihat perkembangan Callysta yang kian membaik dan ditambah lagi ilmu yang telah diajarkannya dengan Cordelia mampu diterima dan digunakan ilmu tersebut.

Filbert hanya melihatnya dari belakang, karena ia tidak mau mengangu Callysta yang begitu semangat dan seriusnya dalam berlatih. Namun, persembunyiannya mampu diketahui setelah ia tak sengaja menginjak botol minum di sebelahnya.

"Filbert?"

"Iya ini aku, Filbert Adelio. Teman paling tampanmu Callysta," goda Filbert yang membuat Callysta tertawa, tapi tidak dengan Cordelia yang menaikan alis kanannya menandakan ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan Filbert.

"Ya iyalah paling tampan. Orang cuman kamu aja cowoknya, hahaha. Iya gak putri Callysta?" sahut Cordelia yang membuat Filbert begitu kesal dengan melihatkan wajah masamnya.

"Udah-udah jangan gitu, kenapa sih gak bilang-bilang pulangnya?" tanya Callysta.

"Biar supise gitu."

"Surprise bukan supise. Kalau gak bisa ngomong Inggris ya jangan maksain dong. Yang ada malah malu-maluin sendiri tau enggak, Hahaha," ucapnya penuh penekanan dan sedikit terselip sebuah ejekan. Entah mengapa, Cordelia begitu senang membuat Filbert kesal. Sampai-
sampai ia lupa siapa Filbert sebenarnya itu. Inilah yang Cordelia suka, melihat kedua temanya  bersatu. Namun sayang, Putri Callysta belum bisa mengetahui siapa dirinya sebenarnya.

Latihan hari ini sudah selesai, kini mereka menikmati indahnya senja di tengah lapangan dekat rumah Callysta. Sembari bercanda gurau. Saat Callysta dan kedua temannya sedang bercerita, tiba-tiba saja ada seseorang dari belakang yang terus memangil-mangil nama Callysta.

Callysta pun menengokkan badanya ke arah suara tersebut dan iya, ternyata ia mengenalinya. Dan dengan segera Callysta menghampiri ke arah suara itu berada dan kedua temannya pun ikut menyusul Callysta yang sudah pergi menghampiri ke arah suara tersebut.

"Paman ada apa  memangil-mangil namaku?" tanya Callysta sembari melihat pamannya yang masih mencoba untuk mengatur nafasnya.

"Ibu kamu ...." jawabnya dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal.

"Coba paman pelan-pelan bicaranya, agar Callysta tau maksud yang di ucapkan paman," pinta Callysta kepada pamannya yang sedari tadi melihat ke arah Filbert, yang membuat Callysta begitu bingung melihat tatapan pamannya yang melihat Filbert seperti penuh akan kebencian.

Selang beberapa menit Gloriosa kembali berbicara. "Paman minta kamu jauhi orang itu," ucapnya, dengan tanganya yang menunjuk tepat ke arah Filbert. Dan Filbert yang di tunjuk pun terbingung sendiri, karena tiba-tiba saja Gloriosa meminta Callysta untuk menjauhinya.

"Atas dasar apa kau meminta Callysta  untuk menjuhiku?" bentak Filbert dengan kesalnya karena kedatangan Gloriosa yang tiba-tiba dan langsung meminta Callysta menjauh begitu saja, tanpa sebab dan akibat.

"Karena kamu orang yang sudah membunuh Titanium, Ibu Callysta."

"Apa?" Callysta tidak percaya dengan apa yang didengarnya tadi.

"Kenapa Callysta? kamu tidak percaya dengan paman dan lebih percaya dengan Filbert?" sambungnya yang tak kunjung dapat jawaban dari Callysta, malah Callysta pulang begitu saja ke rumahnya untuk memastikan apa yang di ucapkan pamanya.

Callysta berlari dengan air matanya yang terus mengalir menuju rumahnya, entah cobaan apa yang kini ia alami kembali. Apakah belum cukup membuat ia terpuruk karena di tinggalkan ayahnya. Dan kini? Ada kabar jika ibunya telah tiada. Sungguh dunia ini tidak berpihak kepadanya.

Dengan secepat mungkin Callysta berlari menuju rumahnya, tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya yang melihat Callysta dengan wajah sedihnya.

***

Sesampainya di rumah, Callysta masuk begitu saja dan mulai mencari Ibunya di semua ruangan yang ada di rumahnya.
"Ibu," panggil Callysta yang sudah nampak khawatir dan risau dengan kondisi ibunya.

Hampir ber jam-jam lamanya Callysta memangil-mangil nama Ibunya, tetapi tetap saja tak kunjung ada jawaban. Mungkin bener ucapan pamanya, jika Ibunya telah tiada. Callysta seakan tak ada kekuatan lagi, ia kini terjatuh di lantai, dengan tanganya yang mengepal kuat penuh amarah dengan orang yang  tega membunuh Ibunya.

Hanya tatapan tak suka yang kini Callysta perlihatkan kepada Filbert yang baru saja menghampirinya. "Callysta kamu harus sabar menerima semua ini," lirih Filbert yang seakan membuat Callysta begitu emosi di buatnya.

"Diam kamu Filbert! Tega sekali kamu membunuh Ibuku? Apa salah Ibuku denganmu?" bentak Callysta dengan mengoyang-goyangkan tubuh Filbert. Filbert pun hanya mampu diam, karena ia tahu jika dalam kondisi seperti ini pasti Callysta sulit untuk di ajak bicara, apalagi untuk mempercayainya.

"JAWAB FILBERT!!!" perintah Callysta yang sudah tak sabar lagi.

"Putri Callysta sabar," pinta Cordelia yang mencoba menenangkannya, tapi bukannya tenaga Callysta malah semakin marah dan terhanyut kembali ke dalam kesedihan.

"Sabar katamu Cordelia? Bagaimana aku bisa sabar jika mendengar kabar kalau Ibuku telah tiada dan paling aku gak nyangka teman aku sendiri yang membunuhnya," teriak Callysta dengan amarahnya yang sudah tak bisa terkontrol lagi.

"Tolong percaya kepadaku, aku tidak membunuh Ibumu Callysta," bujuk Filbert yang masih mencoba untuk Callysta agar tidak membencinya.

"Owh ... jadi, kamu izin pergi waktu itu karena kamu tau kalau Ibuku juga pergi dan kamu berniat untuk membunuhnya gitu?"

"Callysta aku tidak pernah membunuh Ibumu, aku tidak tau Ibu kamu pergi kemana."

"Halah, gak usah ngeles kamu Filbert!" sela paman Callysta yang menambah suasana kian memanas. Inilah suasana yang Gloriosa suka, membuat Callysta jauh dan membenci Filbert dan Cordelia. Sehingga dengan mudah dirinya dan Titanium untuk memiliki Callysta tanpa ada satu orang yang menghalanginya.

"Tolong kamu jangan membuat berita yang tak benar tentangku Gloriosa dan Callysta asal kamu tau,  orang yang berada di depanmu itu. Bukanlah pamanmu, melainkan pengawal pribadi Ibumu."

"Berhenti bicara aneh kamu Filbert! Dan aku minta kamu keluar dari rumah aku sekarang juga, aku tidak mau melihat kamu lagi."

"Tapi ...."

"Pergi Filbert!" perintah Callysta.

"Sudahlah lebih baik kita pergi dulu, biarkan dia tenang," ajak Cordelia kepada Filbert dengan menuntunnya keluar.

"Baru saja aku bahagia melihatmu begitu bahagia Callysta, tapi mengapa kini kau bersedih kembali? Dan pasti aku yakin, kali ini kau sangat begitu terpukul dengan kepergian Ibumu. Semoga saja kau percaya kepadaku dan tidak membenciku. Dan untukmu Gloriosa, aku akan membuktikan siapa yang benar di sini! Mungkin kali ini kau menang, tapi tidak nanti. Lihat saja!" batin Filbert sebelum keluar dari rumah Callysta.

Dan pamanya pun tersenyum penuh kemenangan melihat drama mereka yang berakhir sesuai yang di bayangkannya dan Gloriosa  pergi begitu saja meninggalkan Callysta yang sedang sedih sendiri di kamarnya itu.


***

Wihhh aku update lagi nih🎉

Terus ikutin ceritanya ya!

Salam manis dari Author untuk pembaca cerita Princess Callysta❤️

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang