09 || Princess Callysta

432 82 0
                                    


Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Akhirnya hari yang di nanti-nantikan tiba juga. Di hari ini, kita bebas melakukan apapun untuk menghilangkan segala lelah dan penat selama di sekolah setelah beberapa hari berpacu dengan waktu dan materi-materi yang yang  diberikan oleh bapak ataupun Ibu guru yang mengajar.

Seperti biasa, Callysta memutuskan untuk bangun siang di hari Minggunya dan Titanium pun tidak mempermasalahkan hal itu, karena dirinya juga diam-diam selalu pergi setiap minggu paginya, tanpa sepengetahuan Callysta. Entah ke mana tempat yang ia tuju? Namun, yang pasti ia selalu pergi dan melewati Hutan dekat rumahnya, yang konon akan membuat seseorang yang memasuki hutan tersebut akan hilang dan tak berhasil keluar.

Sang surya sudah memasuki celah jendela Callysta dan Callysta pun terbangun dari tidurnya. Baru saja Callysta membuka matanya, tetapi dari bawah nampak ada seseorang yang memanggilnya, yang jelas-jelas jika dia bukan suara ibunya.

Dengan segera Callysta bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah tersebut dan begitu terkejutnya dirinya melihat Filbert yang sudah berada di depannya dengan posisi mengambang di udara dengan tangannya yang melambai-lambaikan kearah Callysta.

Callysta diam membeku seketika, melihat aksi yang di lakukan Filbert yang mencoba untuk membuatnya tertawa dengan apa yang di lakukannya, tetapi sayang. Bukannya tertawa, Callysta malah takut sekaligus marah dengan tingkah Filbert yang seperti itu yang dapat membahayakan nyawanya. Dengan segera, Callysta menarik tubuh Filbert. Hingga kini, tak sengaja saat menariknya malah membuat jarak di antara mereka begitu dekat.

Mereka berdua pun sontak langsung berjauhan dan Callysta langsung menuju ke kamar mandi meninggalkan Filbert yang sendiri di kamarnya itu, tak lupa juga Callysta menguncinya. Karena khawatir, jika ibunya tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya dan melihat ada Filbert di dalam kamarnya itu.

Hampir 15 menit lamanya, Filbert menunggu Callysta. Karena begitu lama, Filbert pun memutuskan untuk mencarinya di bawah dan saat ingin membuka pintunya, tiba-tiba saja, bersamaan dengan orang yang dari luar kamar Callysta yang hendak masuk ke kamar Callysta.

Klek.

Nampak suara gagang pintu yang hendak dibuka oleh seseorang dan dengan segera Filbert bersembunyi dimana saja yang dianggapnya aman.

'Aduh harus sembunyi dimana aku?' batin Filbert yang masih terus mencari tempat persembunyiannya yang dianggap aman.

Callysta yang baru saja masuk kamarnya pun bingung, dimana keberadaan Filbert sekarang? Saat hendak membuka lemari pinknya itu, betapa terkejut Callysta melihat Filbert yang sedang bersembunyi dengan di tutupi beberapa selimut miliknya.

"Hai, kenapa kamu di situ?" Callysta dengan tawa manisnya melihat Filbert yang bersembunyi di balik lemari pink dengan di tutupi beberapa selimut miliknya.

"Emm ... tidak, tadi ada sesuatu di lemarimu," jawab Filbert yang berbohong agar tidak terlihat begitu malu di depan Callysta.

"Owh gitu ya, apa tujuanmu ke sini?" tanyannya sambil menyisir rambut panjang yang dibiarkan terurai yang menambah kecantikannya.

"Aku mau mengajakmu berlatih kembali, agar kamu cepat bisa menyerap segala ilmu yang telah ku ajarkan." Filbert yang masih berusaha keluar dari lemari Callysta yang begitu kecil. Sehingga membuat dirinya tersangkut dalam lemari pink itu.

Tanpa di sadari, Callysta tertawa melihat Filbert yang sedari tadi berseki keras, keluar dari lemarinya, tetapi tetap saja tidak bisa.

"Sini aku bantu," ucap Callysta mengulurkan tangannya kepada Filbert, dan Filbert menerima dengan baik bantuan itu.

"Hufh ... akhirnya bisa lepas juga tubuh aku dari lemari kecil itu," ucapnya yang sontak membuat tertawa bersamaan.

"Owh iya, tentang pertanyaanmu tadi. Aku mau ikut latihan dengan kamu Filbert. Lagian juga, aku bingung mau melakukan apa di hari libur ini."

"Yasudah'lah lekas bergegas!" perintah Filbert dan Callysta pun menganguki ucapan Filbert.


***

Berkali-kali ia mencoba memahami setiap apa yang diajarkan oleh Filbert, tetapi tetap saja ia tidak bisa memahaminya, karena begitu kesal ia berhenti begitu saja.

Filbert yang melihat hal itu pun mencoba untuk bersabar, karena bagaimanapun perilaku Callysta sudah selayaknya manusia biasa, tetapi dalam dirinya jika di asah terus menerus akan dapat membuat ia lebih dari yang lain.

"Kenapa aku tidak bisa-bisa? Padahal itu yang paling singkat dan gampang untuk dipahami, tapi kenapa aku tetap saja tidak bisa?" Nampak dari raut wajah Callysta yang begitu sedikit kesal dengan dirinya sendiri yang tak lekas bisa.

"Bersabarlah Callysta, tidak semudah itu bagi orang yang baru saja belajar tentang dunia magic. Kuncinya kamu, hanya harus selalu sabar dan semangat. Ingat itu!"

Callysta pun, mencerna baik-baik ucapan Filbert tadi. "Baiklah akanku coba lagi."

"Bagus. Aku suka dengan dirimu yang tak pantang menyerah ini," puji Filbert yang seakan membuat pipi Callysta merah merona.

Dari kesabaran dan semangatnya itu, kini Callysta mampu memahami dengan baik setiap langkah demi langkah yang di ajarkan Filbert.

Bukannya menirukan gerakan Filbert. Callysta malah memandanginya sedari tadi. "Ternyata, semua yang di bicarakan tentang Filbert itu semua gak benar. Menurut aku, Filbert itu orangnya baik dan sabar," batin Callysta penuh kagum dengan kesabarannya Filbert yang selama ini telah mengajarinya.

Sudah hampir beberapa jam ia berlatih, mungkin hari ini sudah cukup untuk melatih dirinya. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak.

"Callysta aku hanya ingin kamu untuk berlatih dengan giat lagi! apalagi mengingat waktumu yang semakin sedikit. Aku takut jika waktu itu tiba, kami belum bisa mengunakan ilmu yang aku ajarkan."

"Baiklah aku akan lebih giat lagi, tetapi sebenarnya, waktu apa yang kamu bahas ini? Aku benar-benar tak mengerti dengan maksudmu?" tanya Callysta.

"Waktu dimana kamu nanti akan mengerti siapa dirimu sebenarnya dan harus melakukan perlawanan untuk menuju setiap dimensi yang harus kita lalui nanti, untuk menuju tempat asalmu sebenarnya," jelas Filbert.

"Maaf, aku masih saja belum begitu mengerti dengan setiap ucapan yang kamu bicarakan, tetapi aku akan mencoba untuk memikirkan hal itu."

"Ya, aku memaklumimu. Karena hidupmu yang sudah begitu lama juga disini. Membuatmu agak sulit untuk menerima apa yang aku ucapkan. Apalagi sekarang kamu hidup di dunia yang sudah begitu canggih dan hampir jarang orang yang percaya akan hal-hal berbau magic dan dimensi-dimensi  yang selalu aku ucapkan."

"Aku akan mencoba untuk percaya dengan ucapanmu."

"Bagus, karena ada seseorang, yang sudah tidak sabar menantimu disana. Callysta."

"Menantiku? Siapa?" tanya Callysta.

"Nanti kamu juga tau, intinya orang yang menyayangimu sepenuh hati," ucap Filbert yang memang sengaja tidak memperjelas ucapannya, karena sudah cukup hari ini Callysta mengetahui yang sudah di ucapkannya tadi. Mungkin esok harinya lagi, ia akan memberi tahunya, agar tidak membuat Callysta menjadi bingung.

Nampaknya, hari sudah hampir gelap dan Filbert memutuskan untuk mengakhiri latihannya hari ini dan mengantarkan Callysta pulang ke rumahnya.


***

Halo update lagi, nih 🤗

Jangan bosen, ya. Baca cerita Princess Callysta 😁 pasti makin kesana, makin seru deh 😍

Terus baca kelanjutannya ya!

Salam manis dari Author untuk pembaca cerita Princess Callysta ❤️

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang