32 || Princess Callysta

116 13 6
                                    

Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Seperti yang dijanjikan kemarin,
Callysta sudah siap dengan membawa anak panahnya untuk berlatih dengan Filbert, dengan setianya ia menunggu sedari tadi dengan beberapa kali mencoba memainkan anak panah tersebut.

Hampir beberapa jam ia menunggunya, tetapi juga tak kunjung datang. Karena begitu lelah menunggu kini ia memutuskan  untuk mencari di kerajaan.

Callysta langsung menuju ke tempat di mana kereta kerajaan itu berada dan meminta tolong orang kepercayaan ayahandanya untuk menghantarkan ke kerajaan Filbert.

"Paman, mau kah menghantarkan saya ke kerajaan negeri Biru?" Paman itu belum menjawab permintaan Callysta, karena ia tahu jika Callysta belum meminta izin kepada orang tuanya.

"Ayolah paman, mau ya hantarkan saya," lanjut Callysta yang masih saja memohon meminta dihantarkan ke tempat Filbert.

"Baiklah kalau begitu, tapi paman minta Putri Callysta harus jaga baik-baik di sana, ya! Karena Paman tidak bisa menunggu lama-lama, karena masih banyak tugas paman di sini yang tidak bisa ditinggalkan," jawabnya dengan nada pelan agar tidak mempunyai didengar orang-orang di dekatnya.

"Iya paman, Callysta pasti akan menjaga diri sendiri dengan baik, terima kasih."

Dengan cepatnya, paman itu mengendarai kereta kuda kerajaan, ada sedikit rasa khawatir dalam dirinya karena bagaimanapun juga seharusnya ia memberi tahu kedua orang tua Callysta sebelum menghantarkannya. Tapi jika berbalik arah kembali yang ada malah hanya menghabiskan waktunya mengingat masih banyak tugas dikerajaan yang harus hari ini juga diselesaikan.

Sepanjang perjalanan tidak ada kata terucap di antara mereka, yang satu sibuk mengendarai kereta kudanya, sedangkan yang satu lagi sibuk memainkan anak panahnya.

"Putri Callysta kita sudah sampai."

"Iya paman, terima kasih sudah menghantarkan saya ke sini. Jika paman ingin pulang terlebih dahulu tidak apa, nanti Callysta bisa meminta tolong Filbert untuk menghantarkan saya pulang."

"Baiklah Putri Callysta."

Setelah mendengar jawaban dari pamannya itu, Callysta beranjak pergi masuk ke kerajaan Filbert. Dan pamannya masih setia menunggu walaupun ia tadi sudah diminta Callysta untuk pulang terlebih dahulu, karena ia takut jika terjadi apa-apa dengan Callysta, mengingat ke pergian Callysta menuju kerajaan Negeri Biru belum meminta izin kepada orang tuanya.

Baru saja melangkahkan kaki masuk menuju kerajaan Filbert, dengan hormatnya semua orang di sana menyambut. Begitu senang Callysta melihat perlakuan mereka kepadanya.

"Bibi apakah ada pangeran Filbert di dalam?"

"Sedari tadi bibi juga bingung putri, pangeran Filbert tiba-tiba saja tidak ada di kerajaan. Bibi kira pangeran Filbert datang ke negeri Putih menemui Putri Callysta," jawabnya yang begitu risau karena ia tadi yang ditugaskan untuk menjaga Filbert agar tidak keluar dari kerajaan terlebih dahulu mengingat kondisi Filbert yang sedang tidak baik, setelah berubah wujud tadi malam.

"Yasudah Bibi, Callysta pamit pulang dulu."

"Iya Putri Callysta, hati-hati," pesan Bibi yang menghantarkannya sampai di pintu gerbang kerajaan negeri Biru.

Saat ingin menuju gerbang kerajaan itu, tiba-tiba saja ada yang memangil-manggil nama Callysta dari dalam kerajaan yang tak lain adalah Fiera, kakak perempuan Filbert.

"Callysta kenapa kamu tidak masuk terlebih dahulu?" tanya Fiera yang tadinya sudah menyiapkan beberapa makanan, karena ia tahu jika Callysta akan datang kemari hari ini.

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang