06 || Princess Callysta

560 109 0
                                    


Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Dinginnya malam ini begitu mengerogoti tubuh, tetapi dinginnya angin malam tidak menghalangi baginya untuk menikmati malam yang begitu indah, dengan bertabur bintang-bintang dan bulan yang setia menemani sang bintang menerangi bumi.

Tidak seperti biasanya, kali ini ia menikmati malam itu dengan kucing peliharaannya yang ia temukan di jalanan dekat rumah. Kucing itu nampak begitu nyaman di pangkuan Callysta. Callysta pun tidak begitu terganggu, malah ia merasakan seperti mempunyai teman yang senantiasa mendengarkan segala keluh kesahnya. Walaupun ia tidak bisa menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan Callysta.

"Kenapa hidupku selalu saja berjalan seperti ini? Kapan aku bisa menemukan kebahagian? Aku ingin seperti layaknya orang-orang remaja biasa yang mempunyai sahabat dan mampu bergaul dengan siapapun, tapi kenapa aku tidak bisa dan mengapa orang-orang selalu saja menghindar dariku? Apa salahku, ya Tuhan?" ucapnya yang begitu menyentuh hati bagi seseorang yang mendengar keluh kesahnya. Sudah sejak lama Callysta tak punya satu pun teman, ia hanya banyak melalui aktivitas di rumah dan di sekolah pun hanya untuk belajar. Aturan dari Titanium itulah yang membuat Callysta begitu sulit untuk memulai kembali percakapan dengan orang lain tanpa seizin Titanium.

Tak di sadari kucing peliharaannya itu yang ia beri nama Willy meneteskan air matanya walupun tidak terlalu nampak, tetapi Callysta bisa merasakan jika Willy kucing peliharaannya itu sedang sedih mendengar keluh-kesahnya.

"Willy, apakah kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini?" tanyanya yang tak lepas dengan air matanya yang masih saja deras tak bisa di bendung yang sudah membasahi pipi manisnya itu.

"Meow." Willy mengeong ke arah Callysta dan Callysta pun menatap mata Willy yang sedang berkaca-kaca.

"Callysta kamu bodoh, mana mungkin kucing bisa ngomong," ucapnya yang menghina dirinya sendiri.

"Kamu tidak bodoh Callysta. Aku sebenarnya memang bisa bicara denganmu, hanya saja kamu belum percaya dengan ucapanku waktu itu," batin Willy yang menatap kepergian Callysta dari tempat tersebut.

Hari ini Callysta merasa  begitu lelah, tidak hanya tubuhnya saja, melainkan hatinya pun begitu lelah dengan sikap orang-orang terhadapnya. Baginya sudah cukup malam ini ia meratapi nasibnya yang tak kunjung ada suatu kebahagian. Dengan segera Callysta pergi menuju kamarnya kembali. Mengingat hari sudah begitu larut dan besok ia akan mulai beraktivitas kembali.

"Sudahlah lebih baik kita tidur Willy. Selamat malam," ucap Callysta kepada Willy, walaupun Callysta tahu ia tidak akan membalas ucapanya. Callysta sudah menganggap Willy sebagai sahabatnya sendiri, kemana pun Callysta pergi, Willy lah yang selalu mengikutinya. Willy layaknya pelindung Callysta yang selalu ada di dekatnya. Entah suatu kebetulan atau tidak, yang jelas Willy selalu menyelamatkan Callysta dari gangguan orang-orang di sekitarnya.

Callysta menarik selimut pink dan mematikan lampu kamar agar tidak begitu panas.

***

"Callysta, tolong aku!"

"Callysta!"

Callysta pun terbangun dari tidurnya dan langsung menghidupkan lampu kamar, mencari arah sumber suara tersebut, tapi suara itu tiba-tiba saja sudah tidak ada lagi. Callysta pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya kembali.

"Apa aku mimpi, ya?" ucapnya yang masih mengantuk dan malah Callysta bertanya-tanya dengan dirinya sendiri tentang apa yang telah ia dengar tadi.

Karena tak kunjung ada suara itu lagi, Callysta pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya kembali untuk melanjutkan tidurnya.

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang