18

4.7K 600 24
                                    

02.00pm

Adalah angka yang tertera pada jam digital di samping televisi berlayar datar milik Kim Seokjin. Tangannya masih sibuk membaca lembaran kertas berisi beberapa data pasien baru, ataupun membaca ulang gejala pasiennya yang pernah ditangani dan muncul lagi pada pasien baru. Sesekali tangannya membenarkan kacamata baca miliknya yang sedikit melorot.

Kepalanya sedikit pening lantaran terlalu lama membaca ribuan kata yang terlampir pada berkas pada setiap map. Matanya melirik jam sekilas

Mendesah pelan, Seokjin mematikan saluran televisi yang entah sejak kapan berganti pertandingan bola. Namjoon sempat melayangkan tatapan protes, namun tatapan tak terbantahkan Seokjin tentu memenangkan kontes adu tatap malam itu.

"Aku tidur disini saja Hyung" ujar Namjoon saat Seokjin beranjak membawa setumpuk kertas

Seokjin mendelik, "Tidak. Aku tau maksud wajahmu itu, kau pasti ingin menyalakan televisi diam diam lalu begadang sampai pagi"

Melihat wajah protes Namjoon dan bibirnya yang sedikit terbuka seakan mau melayangkan protes, Seokjin segera menyela "Begadang tidak baik untuk kesehatan pankreas, Kim Namjoon"

Mau tak mau Namjoon ikut beranjak ke dalam ruangan yang disebut kamar oleh Seokjin. Aura canggung segera menyelimuti Namjoon, tangannya mengusap belakang lehernya yang tiba tiba dingin. Dia gugup.

"Err.. hyung? Di kamarmu tidak ada sofa"

Seokjin meletakkan tumpukan pekerjaannya diatas nakas, matanya menatap Namjoon dengan pandangan lelah yang ditutupi. Yang lebih tua memilih mengganti pakaiannya tanpa mempedulikan Namjoon yang tercengang.

Yah... Bagaimana tidak tercengang? Seokjin memiliki kulit putih, mulus, dan yang diyakini Namjoon pastilah halus juga. Bahkan Namjoon mulai mempertanyakan apakah lelaki itu selalu perawatan di salon setiap hari

"Kau bisa tidur bersamaku bila mau, tapi kalau benar benar tidak ingin aku bisa tidur di sofa" ujar Seokjin setelah mengganti bajunya menjadi kaus dan menanggalkan celana kainnya menjadi celana pendek di atas lutut

Namjoon menelan air liurnya dengan susah payah. Hampir saja dia melakukan hal yang memalukan seperti ternganga dengan pandangan memuja, untung saja Seokjin terlalu tidak peka jika Namjoon sudah memindai tubuhnya sedari tadi.

"Hyung.... yakin?"

Seokjin berdecak sebal "Yasudah! Aku keluar!"

Namjoon segera mencekal pergelangan tangan Seokjin, matanya menatap Seokjin sungguh dan dalam. "Hyung tidak berusaha menggoda ku bukan?"

"Kau ini bicara apa? Untung saja aku besok mendapatkan jadwal siang, kalau tidak pasti-

"Baik. Kita tidur bersama kalau hyung tidak keberatan"

Lalu keduanya berjalan beriringan menuju ranjang King Size milik Seokjin, Namjoon masih sedikit canggung namun kantuk nya tiba tiba menyerang saat dia melihat manusia disebelah nya sudah tertidur dengan nafas halus dan teratur.

Tiba tiba Namjoon rindu ibunya.

Tangannya membelai paras tampan Seokjin. Bersih, mulus, putih, ibu jari Namjoon mengusap pelan bibir tebal berwarna kemerahan milik dokter muda tersebut.

Wajahnya perlahan maju, matanya sudah mulai terpejam saat tiba tiba instingnya mengatakan untuk behenti.

Namjoon membuka mata, lalu memundurkan kepalanya lagi. Kepalanya menggeleng perlahan dan tangannya ditarik kembali, senyumnya terbit begitu saja.

Tidak sopan. Nanti di lain waktu, aku akan meminta izin terlebih dahulu jika ingin menciumnya.

Batinnya seraya memeluk guling dan menghadap Seokjin, menyusul yang lebih tua ke alam mimpi.














**
Up karena hari ini spesial! Uwu

Producer Kim •Namjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang