Seokjin bergegas mengenakan sweater miliknya seraya turun dari apartemen, kakinya melangkah ke arah halte bus.
Pagi ini Seokjin memiliki jadwal cuti, menyenangkan sekali. Dan semalam Seokjin mulai memikirkan perasaannya sendiri, maksudnya apa dia benar-benar menyukai Namjoon atau sekedar kasihan karena kehidupan miris dan trauma lelaki itu? Yeah. Terus begitu hingga hampir tengah malam saat Namjoon menelponnya
Hanya obrolan ringan. Lelaki itu bilang dia akan segera pulang namun ingin mendengar suara Seokjin, cringe sekali.
Setelah sambungan terputus Seokjin memutuskan berendam air hangat dengan aroma lavender, dia mulai memikirkan kembali, menata perasaannya sendiri. Namun, tetap saja dia bingung apa yang sebenarnya dia rasakan? Seokjin selalu senang atas perhatian Namjoon selama ini, dia juga sama sekali tidak keberatan jikalau Namjoon bercerita soal masa lalunya -sangat bersyukur malah- tapi, rasanya dia masih bingung saja.
Jadi pagi ini, dengan agak kesiangan Seokjin berencana mengunjungi apatemen Namjoon.
Sambil memandangi jendela, Seokjin melamun sendiri. Mereka sama-sama tinggal sendirian di apartemen, namun sering mengunjungi satu sama lain. Bukankah lebih mudah jika memiliki apartemen yang sama saja?
Eh?
Seokjin merutuki pikirannya sendiri. Matanya menangkap penjual roti yang aromanya harum sekali dari tempatnya berdiri dan memutuskan membeli beberapa. Croissant.
Seokjin kembali menyusuri jalan, dari halte bus apartemen Namjoon tidak jauh. Sebenarnya apartemen lelaki itu ada dipinggir jalan, namun tetap saja dia harus berhenti di halte yang tersedia. Ini membuat Seokjin mengernyit, croissant seenak ini dan Namjoon tidak tau? Dari yang Seokjin tebak, lelaki itu sering memakan makanan instan ataupun junk food, namun bagaimana bisa tidak mengetahui makanan seenak ini didekat apartemennya?
Setelah beberapa saat menunggu Namjoon membuka pintu dengan mata masih setengah tertutup, jelas sekali kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.
"Taehyung?"
Seokjin mendecak. Lelaki itu mendorong pelan dan memaksa masuk ke dalam, membuat Namjoon menguap lebar dan membalikkan badan. Mengikuti Seokjin tanpa sadar dengan mata kembali terpejam dan kepala menunduk
"Joon, cepat mandi"
"Eh? Suaramu berubah Taehyungie"
Seokjin bergegas menggerataki area dapur Namjoon untuk mengambil wadah untuk si croissant, lalu setelah puas menatanya dia kembali ke depan Namjoon —yang masih berdiri ditempat semula dengan setengah sadar— lalu menarik hidungnya keras.
"Astaga! A –apa? Hyung!"
Seokjin berkacak pinggang, "Kau masih setengah sadar tapi membukakan pintu untukku? Bayangkan kalau yang tadi datang bukan aku tapi perampok, bagaimana bisa kau seceroboh itu Kim Namjoon?"
Namjoon menguap lagi lalu menggaruk kepalanya, "Hyung kenapa tiba-tiba kemari?"
Yang ditanya melirik seraya membuka totebag yang dibawanya dari rumah. Tangannya mengeluarkan madu, selai coklat, roti tawar, kimchi, beberapa sayuran mentah, buah segar hingga buah kalengan, dan susu.
"Tidak boleh?" tanyanya seraya meletakkan bahan makanan tersebut di dalam kulkas Namjoon
Si pemilik apartemen mengekor. Setelah mendapatkan kesadarannya Namjoon menyilangkan tangannya seraya menyandar, memperhatikan penampilan Seokjin dari belakang.
Figure nya sempurna sekali.
"Kapan terakhir kali kulkas ini menjalankan fungsinya dengan benar?" tanya Seokjin setelah semua tertata rapi, namun tangannya masih membawa madu
KAMU SEDANG MEMBACA
Producer Kim •Namjin [END]
FanfictionCover by @sugardione Berawal dari anak anjing Taehyung yang sakit, keduanya jadi cukup sering bertemu tanpa alasan yang jelas. Terlalu kebetulan untuk disebut kebetulan. 'Beban' yang diam diam ditanggung Namjoon.... akankah kali ini bisa lepas? Cas...