A Woman and Her Husband (2)

4.1K 471 52
                                    

Aku tuh baik lho... Tiap part ceritaku yg baca ribuan dan yg ngevote gak sampe 300, tapi aku gak sebel apalagi marah.
Baik kaaaann

Ada yg merasa kesindir?? 🙄😏

* * *

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalaku. Bagaimana aku bisa tidak mengingat masa laluku. Siapa sebenarnya aku. Bagaimana kehidupanku sebelumnya. Dan aku tidak bisa menahan lebih lama untuk mendapat jawabannya. Malam itu juga, saat anak-anak sudah terlelap, aku menanyakan semua itu pada Rey.

Dari dekat pintu kamar tempat ia berdiri, Rey berjalan mendekatiku. Duduk bersebelahan denganku di tepi ranjang ini.

"Beberapa minggu lalu, kamu mengalami kecelakaan. Saat itu kamu sendirian mengendarai mobil ke pusat kota. Mobilmu tertabrak oleh truk yang melaju sangat cepat." Rey memejamkan mata dengan pangkal alis berkerut, seperti menahan kesakitan. "Kamu mengalami cedera parah di kepala. Kamu sadar setelah koma selama empat hari. Tapi, kamu tidak mengingat apapun."

"Aku sempat sadar di rumah sakit?" Aneh. Kenapa aku tidak mengingatnya? "Aku tidak ingat itu."

Rey mengangguk. "Kamu masih syok saat itu. Hanya sebentar terbangun, lalu kamu kembali tidak sadarkan diri. Jadi, bisa saja kamu lupa. Dokter mengatakan kamu mengalami amnesia retrograde. Kamu tidak mampu mengingat masa lalumu. Tapi kamu masih memiliki memori prosedural. Sederhananya, kamu tidak ingat kehidupanmu sebelum kecelakaan, tapi kamu masih bisa memasak, berenang, memandikan Sean dan mengganti popoknya." Rey tertawa kecil saat mengucapkan bagian terakhir.

Aku hanya tersenyum tipis. "Apa aku masih bisa mengingat masa laluku?"

Bayangan seumur hidup tidak mampu mengingat masa lalu dan merasa asing dengan semua hal di sekitar, itu menakutkan. Jelas aku tidak mau itu terjadi.

Rey tersenyum hangat. "Tentu saja. Kamu akan mengingatnya. Kita bisa melakukan beberapa terapi." Tangan besar pria itu menggenggam punggung tanganku, menenangkan kekhawatiranku.

Hanya senyum singkat sebagai tanggapanku. Aku tidak punya pilihan  selain mempercayai ucapannya kan?

* * *

Beberapa hari ini aku berusaha menjalankan peranku. Sebagai ibu dari dua anak. Merawat mereka sebisaku. Dua hari aku memperhatikan cara Rey memandikan Sean, baru kemudian dia membolehkanku melakukannya sendiri. Beberapa kali aku juga memasak untuk mereka bertiga. Ternyata Rey benar, aku masih ingat cara membuat scrambled egg, toast, dan sandwich.

"Apa dulu aku juga hanya bisa memasak tiga menu itu?" Tanyaku pada Rey yang tengah menikmati sandwich tuna yang kubuat.

Dia terkekeh selesai menelan makanannya. "Ada satu lagi yang bisa kamu buat. Dan itu adalah favorit kami. Benar kan, Allan?"

Lelaki kecil yang duduk manis di sebelah Rey mengangguk penuh semangat. "Mom bisa membuat pancake terlezat. Jauh lebih enak dari buatan Daddy."

Binar di matanya membuatku tersenyum. Allan sudah tidak bersikap malu-malu di hadapanku. Meskipun dia masih tidak bisa sedekat dengan Rey saat denganku.

"Oh ya? Apa pancake buatanku seenak itu?"

Allan mengangguk-angguk sambil menampilkan wajah memohonnya.

"Mungkin kamu bisa membuatnya untuk sarapan besok?" Rey memintaku dan kusetujui.

Seketika Allan bersorak senang. Ya ampun, hanya karena pancake, dia segembira itu.

LOVE - Book Of Romance StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang