Berisi kumpulan short story bergenre mature-romance. Dan semuanya happy ending.
Setiap cerita tidak saling berkaitan.
✔️ Cerita lengkap:
Unexpected Couple
The Sweetest Scenario
One Day With You
Unless We're Fated
After The Light Goes Down
A Woman a...
P.S. Aku ganti female cast untuk cerita ini menjadi Shailene Woodley, bukan Emily Clarke, karena beberapa alasan.
* * *
Dia memiliki wajah lonjong. Mata cokelatnya menyorot tajam. Rambut blonde dengan potongan pendek. Dilihat dari wajahnya, mungkin usianya awal 30 tahun.
Beberapa menit aku terus menatap wajah itu. Mencari sesuatu yang mungkin bisa kubaca atau membangkitkan ingatanku. Dan... shit! Tak ada apapun yang terlintas di kepalaku. Bahkan wajahku sendiri yang terlihat dari bayangan di cermin itu, terasa asing.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namamu Florencia Willis. Aku sering memanggilmu Flo. Kamu anak tunggal. Ayahmu pergi meninggalkan keluargamu saat usiamu 9 tahun. Dan lima tahun lalu, ibumu meninggal.
Hanya cerita dari Rey yang kudapat. Aku mengenal diriku dari orang lain. Untunglah dia tidak keberatan setiap kali aku bertanya banyak hal.
Kita bertemu enam tahun lalu, saat usiamu 27 tahun. Kamu datang ke pameran lukisan. Kita bertemu dengan cara yang lumayan aneh. Tapi kemudian kita semakin dekat dan setahun setelahnya kita memutuskan untuk menikah. Beberapa bulan setelah itu, kamu hamil putera pertama kita, Allan. Dan saat usianya dua tahun lebih, kamu mengandung Sean.
Berapa kali pun aku berusaha keras untuk mengingatnya, momen-momen dalam cerita Rey tak ada dalam memoriku. Kupikir, semua itu akan sangat berkesan dalam hidupku. Tetapi nyatanya masih tak cukup kuat untuk kuingat. Rey bilang, aku mungkin butuh waktu untuk mengingat kembali.
Ya, kamu seorang ibu rumah tangga. Tapi jangan pernah meremehkannya. Kamu wanita dan ibu yang sangat hebat. Kamu bahkan tidak keberatan tinggal di tengah hutan seperti ini. Meskipun kamu cukup introvert, tapi hidup bersamaku di sini, jauh dari kota... aku tidak tahu lagi, bagaimana harus berterima kasih padamu.
Damn!
Berapa kali pun aku memutar cerita Rey dalam benakku, tak satupun yang membawaku pada masa lalu. Lelah dan frustrasi, aku memilih keluar dari kamar mandi.
Di kamar, aku mendapati Rey yang duduk di ujung tempat tidur. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya menopang tubuh, mencengkeram tepi ranjang.
"Rey," panggilku sembari berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapannya.
Pria itu mendongak untuk menatapku. Wajahnya terlihat lelah. Belakangan ini, dia memang menghabiskan waktu seharian di studionya.
"Ya? Apa kamu ingin bertanya sesuatu?" Dia masih sempat menampilkan senyum.
Memang, rutinitasku sebelum tidur malam adalah mengajukan pertanyaan untuknya. Karena itulah waktu yang bebas dari urusan anak-anak.
"Kali ini tidak ada. Tapi, aku hanya ingin... eum," sedikit ragu untuk mengutarakan keinginanku saat sadar dia bisa saja sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya.