Mundur?

4.5K 246 26
                                    

Warning: Keinginan Self Harm


Aku menatap dengan tidak percaya.

"Kir, lu gapapa?" kata Rein dengan nada khas mengkhawatirkannya

"Kir, maafin gua ga maksud buat lu sedih" Kata Bee

"Kir?" Allysa sekarang mengguncang guncangkan bahuku. Tindakan itu berhasil membawaku ke alam sadar.

"Engga, gua gapapa, itu hak dia" kataku akhirnya, tenggorokanku tercekat, namun kalimat itulah yang hanya bisa ku haturkan.

Siang ini, setelah lab fisiologi lagi-untungnya bukan bersama dokter Abimana seperti minggu lalu, dokter yang sama sekali tidak menghubungiku seminggu ini- keempat temanku langsung mengajak ke kantin dengan tampang khawatir. Bee dan Rein aku sudah mahfum, mereka orang orang yang menampakkan emosi dengan mudahnya, namun melihat allysa yang cemas dan Zana yang merelakan istirahatnya tanpa menyatat ulang hasil praktikum tadi, jelas ini adalah berita buruk, dan benar saja, Bee menunjukkan akun instagram Sabrina yang baru tadi pagi mempost foto dengan tangan Dewa di bahunya.

Aku tidak sudi dan tidak akan pernah mau memfollow Sabrina, namun Bee yang literally kenal semua orang yang eksis bahkan beda kotapun akhirnya menunjukkan foto itu-dengan caption yang jelas jelas menunjukkan dua orang yang sedang berbunga bunga- dengan hati hati kepadaku.

"Kir, dah gua bilang Dewa tuh fake dan brengsek, udah Kir, you deserve better" kata Rein akhirnya memecah keheningan diantara kami.

"Iya Kir, contohnya Baskara, lu chatan kan sama dia?" kata Bee tersenyum menggodaku untuk mencairkan suasana.

"GA BASKARA JUGA!, ENGGA BEE DIA FAKBOI PAS SMA, KIRANA GABOLEH PUNYA COWOK FAKBOI" kata Rein berapi api

"Gua gatau sih siapa Baskara ini tapi mungkin dia udah berubah pas sekarang " kata Zana dengan lembut.

"Wait, siapa Baskara" kata Allysa

"Itu cowok yang ngajak Kirana dansa pas ulang tahunnya Ghazy, lu udah pulang waktu itu Al Zan, Kir Kara cerita sama gua , dia beneran setertarik itu sama lu" kata Bee meyakinkan

"Guys, gua lagi gamau ngomongin siapapun, plis kita ganti topik"kataku akhirnya

Mereka terdiam sejenak namun akhirnya Zana membahas tentang lab fisiologi yang baru kami jalani tadi. Entah kenapa sekarang bahasan Zana tentang pelajaran menjadi lebih menarik.

Aku tidak tau apa yang kurasakan, Marah? Kecewa? Sedih? Tidak terasa air mata jatuh di wajahku dan sekarang aku menangis sesenggukan di pojok kamarku sambil memegang erat kedua kakiku. Dewa tau riwayatku dengan Sabrina, Dewa tau semuanya, Dewa berarti segalanya.

Brengsek.

Aku melemparkan apa saja barang yang berada didepanku, melampiaskan segala emosi yang kurasakan. Dewa sialan brengsek brengsek brengsek.

Entah berapa lama aku menangis hingga aku mendengar suara ketukan di pintu. Sosok Abimana rapih dengan kemeja kotak kotak dan celana ankle menandakan ia habis mengajar. Aku tidak sempat menghapus air mataku ketika ia menarik tanganku dan menuntunku ke mobilnya.

"Ngapain lu?" kataku, lebih kasar daripada yang kumaksud.

"Menyelesaikan urusan" katanya dengan tenang

"Gamau" kataku

Abimana tidak memedulikanku ketika ia mengambil kertas yang kukenali sebagai kontrak konyol yang mau maunya kutanda tangani beberapa bulan lalu.

"Saya ga peduli kamu mau atau engga, jadi Kirana kalau memang kamu gamau, kita selesaikan sekarang dan saya akan robek kontrak ini" kata Abimana

Aku terdiam, aku tidak menyangka bahwa ia akan bertindak setegas ini.

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang