Be Yourself, Rein!

3.4K 199 17
                                    

Sepanjang jalan menuju kantin Satria berusaha meredam emosinya yang sepertinya susah payah ia tahan. Rein hanya diam saja dan bertingkah jauh lebih aneh daripada biasanya- Rein biasa sudah aneh tapi ini lebih aneh lagi- dan akhirnya hanya aku tersisa mencairkan suasana meskipun aku masih kesal dengan Abimana brengsek itu.

"Gapapa kok kak kalo mau marah emang orangnya begitu" kataku membuka percakapan, kami mencari sudut yang agak gelap dan sedikit menjauh dari keramaian.

"Emang kamu sering berhubungan sama dia Kir?"

Shit, salah ngomong.

"Eh engga Kak, anu ya dia pernah meriksa aku di klinik univ trus pernah juga ngusir Rein trus tadi juga ngusir kelompok kita, jadinya udah maklum gitu." Kataku berusaha menutupi kegugupanku.

Meskipun masih curiga dengan kegugupanku yang tiba tiba namun ia melanjutkan, "Kayaknya abis ini saya harus rapat sama sospol mengenai sikap kita di permasalahan AKN ini" katanya menghela nafas, terlihat Satria sudah tenang kembali.

"Eh gua pergi aja ya hehe gua kan bukan sena" Rein dengan kikuknya bersiap berdiri.

"Apaan sih Rein lebay, orang gua sering cerita sama lu juga masalah senat" kataku menarik kembali tangan Rein.

"Gapapa kok Rein, kamu juga bagian dari keluarga mahasiswa, kamu berhak tau, senat kan badan mahasiswa unutk ngelayanin bukan ekslusif" kata Satria akhirnya tersenyum, aku tertawa dalam hati. Satria memang kalem, namun jika ada yang menggangunya apalagi urusan kemahasiswaan dia terkenal dengan tempramennya yang keras namun tetap elegan. Sepertinya hanya dengan kekikukan Rein membuatnya tenang kembali.

"Emang kenapa sih kak?" aku benar benar penasaran, Abimana melakukan apa sampai membuat Satria mengumpat.

"Jadi kan kamu tau Kir kalau dekan hari ini ngeluarin peraturan tentang pemakaian ruangan kemahasiswaan yang cuman dibatesin sampe maghrib. Saya bawa surat permohonan petisi dari anak anak FK dan ketua lembaga lain biar dibolehin sampe malem, alasannya logis, kampus kita tempat paling aman bagi mahasiswannya. Saya juga bawa surat permohonan peminjaman bus fakultas untuk bawa kita demo nanti karena saya kejadiannya kayak kemaren kita kepisah pisah soalnya kalau mau minjem bus harus langsung ngadep dia, belom selesai saya ngomong dia udah motong katanya dari awal gaada yang ngizinin kita ikut aliansi mahasiswa FK itu, dia juga tau kita salah satu yang aktif dan bakal buat propaganda, dari pihak fakultas keberatan kalau kita ikut itu soalnya katanya dia bilang gaada masalah sama keputusan pemerintah dan kalau mau kontra gausah bawa bawa fakultas kita. Trus dia sobek surat pengajuan bus dan saya diusir keluar sebelum saya  sempet ngomong tentang n petisi jam malam itu." Satria mengakhiri ceritanya mati matian menahan untuk marah. Ia terlihat mengepal tangannya sampai urat urat tangannya terlihat. Rein terlihat gelisah tidak tau berbuat apa.

Abimana brengsek, brengsek dan brengsek. Kalau aku jadi Satria mungkin aku bakal melempar map itu kedepan wajahnya yang angkuh itu.

"Emang sialan tu orang mentang mentang dia tim kemahasiwaan, gimana kalau ngajuin ke dekan langsung kak? Kayaknya dokter Irfan mau denger kak"

"Dokter Wijaya udah bilang kalau itu keputusan dekan dan dia hanya menyampaikan aja" Satria masih sopan memanggil Abimana denngan gelarnya meskipun sudah diperlakukan seperti itu, haha jauh sekali dibanding diriku.

Sepertinya Satria tidak mau membicarakan lebih lanjut lagi mengenai hal ini karena tidak enak dengan Rein yang dari tadi kaku seperti patung. Sebuah ide muncul dibenakku.

"Kak pernah ga nyari nama dokter Wijaya di website FK?" kataku memancing.

"Pernah kok Kir, kenapa emang?"

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang