Epilog

6.5K 395 189
                                    

5 Tahun Kemudian

Udara sejuk fajar merekah diantara kisi kisi jendelaku, aku terbangun mendahului matahari bergegas membuat secangkir kopi untuk memulai hari yang kuberdoa agar bahagia ini. Aku bersiap siap memakai baju yang sudah kupersiapkan berbulan bulan sebelumnya dan membubuhi makeup yang sewajarnya namun berhasil membuat wajahku menjadi lebih bahagia. Pas semua pas, sempurna.

Aku membuka koran yang baru saja diantar oleh loper yang sudah aku langgani hampir lima tahun ini semenjak aku kuliah di jurusan jurnalistik. Halaman berita paling depan terpampang foto seorang yang sudah aku kenali. Aura kebencian seketika menguar dari diriku namun aku menjadi lega ketika melanjutkan membaca.

"Antara Wijaya Akhirnya Ditangkap Setelah Lima Tahun Buron"

Aku mengikuti proses penangkapan dan pencarian Antara selama lima tahun ini. Orang itu memang seperti belut licin yang pandai berkelit, diburu bertahun tahun karena kasus korupsi Asuransi Kesehatan Nasional yang menyebabkan Asuransi itu dicabut. Ada perasaan puas didiriku karena akhirnya bajingan itu ditangkap, aku merasa seperti kematian Abimana tidak sia sia dengan tertangkapnya Antara. Hari ini memang benar benar dimulai dengan sempurna.

Matahari baru muncul dengan malu malu namun aku sudah bergegas menuju kampus, untuk menghadiri salah satu momen penting hidupku ini. Setelah 2 tahun yang tidak selesai ditambah 5 tahun perkuliahan penuh likaliku ini akhirnya aku bisa sampai di momen ini.

Pelataran gedung yang menjadi pusat dari deretan bangunan kampus ini telah dipenuhi mahasiswa yang memakai toga merah sepertiku. Aku menyukai toga kampusku ini, toganya berbahan halus dengan sulam emas dipinggir pinggirnya sebagai penghias sehingga merasa sedang memakai jubah yang mewah. Aku menunggu kedatangan Abang dan Mama, kereta mereka sudah sampai satu jam yang lalu namun kemacetan yang memang menjadi momok bagi Jakarta ditambah antrian yang sudah menguar di luar area kampusku jadi penghalang mereka.

Lima tahun ini merupakan momen terbahagia ku. Memutuskan untuk keluar dari jurusan kedokteran yang aku tidak sukai dan masuk jurnalistik yang merupakan topik yang benar benar aku minati, hidupku lancar seperti jalanan tol yang mulus. Aku mendapatkan beasiswa dan pada tahun ketigaku berkesempatan mencicipi jalur fast track dan membuatku bisa meraih gelar sarjana sekaligus magister dalam waktu lima tahun. Dan hari ini akan diwisuda bersama ratusan mahasiswa lain dibawah langit Jakarta yang sudah mulai terik ini meskipun masih pagi.

Akhirnya mereka datang dengan senyum sumringah yang sangat kurindukan, Abang membawa buket bunga lili dan matahari, perpaduan bunga yang kusukai menggandeng Mama yang membawakan sekotak roti hangat buatannya. Dengan uang tabunganku yang berasal dari uang bulanan yang diberikan Abimana dan aku yang tidak perlu membayar kuliah, Mama berhasil mengembangkan toko rotinya dan sekarang bisa terbilang sukses dan sedang merencanakan membuka cabang kedua. Abang berhasil diterima di sebuah agensi iklan sebagai fotografer sehingga bisa menopang hidup kami bertiga lebih dari cukup.

Hidupku sudah bahagia, meskipun bayangan Abimana masih menghantui. Aku tidak mengerti, sepertinya ia telah tinggal di hatiku, di awal awal hari kepergiannya, aku selalu dihantui oleh mimpi buruk penembakan itu lagi dan lagi seperti kaset rusak yang terus terusan berputar dikehidupanku. Jurnal yang ia tinggalkan dahulu sudah kubuka entah berapa kali untuk mengobati kerinduanku padanya. Kadang didalam keramaian aku masih merasakan sepi, namanya sudah tertulis di sanubariku. Aku hampir tidak percaya bisa bangkit, namun kenyatananya aku melakukannya, aku perlahan lahan bangkit, membereskan kuliahku yang acak acakan sehingga bisa menerima beasiswa dan lima tahun lamanya berlalu sehingga tidak terasa aku diwisuda dengan dua gelar di tanganku.

Sumringah di senyumku merekah ketika namaku dipanggil sebagai lulusan terbaik dengan predikat cumlaude. Memang, untuk melampiaskan semua kesedihanku kerjaanku hanya belajar dan belajar, selain juga untuk menebus kesalahanku dalam memilih jurusan dan ketika melihat air mata kebahagiaan di pipi Mama dan gelak tawa Abangku, aku tau hutangku sudah terbayar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang