SP 1 dan Skors

3.6K 226 43
                                    

Selasa 29 Oktober 2019

Gua kangen banget sama Kara

Hari ini lab fisiologi dan untungnya bukan bersama Abimana, baru hari ini di lab aku sempat bertemu dengan Rein karena kemarin jadwal kami benar benar berbeda.

"Rein lu udah selesai belom" aku berbisik bisik dengannya takut mencari masalah lagi dalam kelas fisiologi seperti minggu lalu dengan Abimana.

"Hampir nih, tinggal nulis daftar pustakanya aja" kata Rein tidak kalah berbisiknya

"Gua putus sama Kara Rein" aku mengucapkannya benar benar dengan berat.

"HAH?!" Rein benar benar goblok, suaranya begitu besar sampai sekarang semua anak memandang sebal kearah kami berdua. Aku memandang meja dosen didepan dengan takut takut, untungnya dokter yang mengajar kami sedang berada di dalam ruangannya.

"Rein suara lu anjir, mau kita diusir lagi?!" aku berkata dengan sebal namun tetap berbisik.

"Abisnya anjir gaada angin gaada ujan-" Rein belum sempat menyelesaikan pembicaraannya karena sekarang dokter yang mengajar kami sudah berada kembali keruangan ini, aku buru buru menunduk dan mengerjakan kembali tugasku. 

Kelas hari ini kelar lebih cepat tanpa ada drama usir usiran seperti minggu lalu. Rein langsung menarik tanganku keluar. "Ceritain" katanya menuntut.

"Duh panjang Rein di kantin aja ya kita sambil makan"

"Ajak yang lain" kata Rein masih menarik narik tanganku ke kantin.

"Udah berapa taun kita temenan Rein lu masih lupa aja, kan ini hari selasa, Bee Allysa sama Zana jadwalnya beda sama kita, mereka baru masuk lab jam 1 jadi belom dateng sekarang" aku memutar mataku, dasar Rein linglung. "Lagian Rein ini putusnya juga ada hubungannya sama Abimana jadi gabisa ceritanya bareng abreng " kataku sekarang memelankan suaraku.

"Huft Abimana Abimana-" aku agak geli karena Rein sekarang mulai ikut ikutan memanggilnya Abimana. Kami sudah sampai di kantin yang belum terlalu penuh karena saat ini belum puncak jam istirahat dan memutuskan untuk duduk di pojok belakang agar kegiatan gosip menggosip kami tidak terganggu dengan orang lain. "First thing first, how are you Kir?" kata Rein begitu kami sudah duduk.

"Hah maksudnya?" kataku heran dengan pertanyaannya yang tiba tiba itu.

"Gua nanyain kabar kok malah nanya balik, bego ah lu Kir, ya gimana gua takut lu terefek banget karena ya lu kan punya Bipolar" kata Rein dengan begitu blak blakannya.

"Ohh gitu hehe ya sedih Rein jujur, gua merasa hampa, tapi kek gua merasa kesedihan gua ini sewajarnya gitu loh, mungkin karena gua udah rutin minum obat ya, tapi ya  coba giman akalo kalo lu putus dari Satria"

Rein langsung memukulkan tangannya ke kepalanya dan ke meja "Amit amit amit amit, ya gua sedihlah Kir"

"Nah ya,  gitu deh Rein, trus juga salah gua" kataku dengan murung, perasaan bersalah itu kembali menggerogoti tubuhku.

"Gimana emang?"

Aku menceritakan dengan sedetail mungkin kejadian hari minggu kemarin dan  senang karena Rein menyimak tanpa sekalipun menjudge.  Padahal kalau dipikir pikir akulah cewek brengsek yang putus dengan cowoknya karena tidak bisa memilih diantara orang yang bahkan belum tentu menyanyanginya dengan tulus.

"Yah gitu Rein akhirnya Baskara nyuruh gua milih dia atau Abimana tapi saat itu gua bener bener ga tau, dan sekarang gua menyesali keputusan gua ga ikut dia pulang malem itu." Kataku menyelesaikan ceritaku,  rasa hampa di hatiku sedikit menyurut karena sudah menceritakan segalanya ke Rein meskipun perasaan bersalah itu masih sangat membebani hatiku.

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang