D-DAY

3.1K 247 24
                                    

Author Note:

HALOOO SEMUA MAAFIN KARENA UPDATENYA LAMA BANGET :((, aku sengaja narok author note di awal karena mau minta maaf atas update yang lebih dari sebulan karena jujur aku nyari formula cerita yang pas disela kesibukan baru aku! Sebagai permintaan maafku ini ada part yang paling panjang yang aku buat di cerita ini and enjoy!

Hari H.

Matahari belum terbit di cakrawala namun aku sudah berada di lapangan stadion kampusku, berbaris mengikuti arus mahasiswa lain yang ikut aksi hari ini. Meskipun sudah memperkirakan bahwa aksi ini akan diikuti oleh banyak mahasiswa namun aku tidak menyangka manusia yang berkumpul akan sebanyak ini. Ratusan mahasiswa kuperkirakan memenuhi setengah stadion ini sambil menunggu arahan dari panitia. Kulihat beberapa wajah familiar yang berasal dari fakultas ku ikut arahan membentuk baris sesuai dengan fakultasnya. Aku yang datang bersama sospol belum ikut berbaris karena menunggu Rein, Allysa, Bee, Zana serta Satria.

Agung yang memimpin rombongan kami datang dengan wajah muram sehabis berbicara dengan panitia. "Gila ga tadi panitia bilang ada dua mobil polisi yang baru dateng dan ngejaga di pintu utama gerbang kampus kita, harus seserius itu ya ngadepin kita?" kata Agung yang sekarang memasang pita hijau tanda medis yang baru saja dibagikan ke kami. Aku memasang pita itu ke lengan atas tangan kananku, mengikatnya dengan kencang berharap tidak terlepas sewaktu aksi nanti.

Satria dan Rein akhirnya datang dengan ekspresi yang kontras diantara mereka. Rein datang dengan wajah yang berseri seri kentara sekali bahwa ia bersemangat untuk aksi pertamanya. Sedangkan Satria wajahnya pucat dan terlihat marah, ia langsung memasang pita merahnya( aku lihat pita merah ini juga terpasang di lengan ketua senat fakultas yang berbaris sebelah kami) dan langsung buru buru pergi meninggalkan kami menuju ke barisan depan panitia.

"Kak Satria kenapa Rein?" tukasku berhati hati, Rein hanya mengangkat bahunya "Jengkel banget keknya Kir, tadi pas dijalan tiba tiba hapenya ditelfon telfon sama nomor dari luar, ada kali sampe 30an kali terus di spam sms gajelas juga" ujar Rein sambil memasang pita ke kepalanya.

Kami hening sesaat sebelum Agung tersadar sesuatu, "Nomor Kak Satria juga gabisa dihubungin dari pagi tadi, nomornya sibuk terus, Line sama Wa gua juga ga dibales, apa jangan jangan karena itu ya" katanya dengan muram dan mendadak kami semua membuat gerakan memeriksa hape kami mengecek apakah ada nomor asing yang menghubungi kami.

"Gila" hanya itu kata kata yang sanggup diucapkan mulutku yang memeriksa hapeku dan untungnya tidak menemukan apapun.

Panitia yang menamai diri mereka sebagai orator didepan sudah meneriakkan beberapa mekanisme aksi kami nanti, sebenernya intinya sama dengan yang sudah disampaikan kemarin oleh Agung dan Satria- "Berbaris seusai fakultas pas jalan ke bus, dan jangan pernah ninggalin barikade apapun yang terjadi"- berulang ulang kalimat itu diteriakkan sehingga aku hampir muak mendengarnya meskipun aku tau itu sangat penting. Beberapa saat kemudian Allysa, Bee dan Zana datang dan aku tidak terkejut melihat Bee memakai makeup full sehingga seperti biasa ia terlihat paling cantik dan bersinar diantara kami. Agung memandangnya dengan pandangan mencela meskipun ia berusaha menyembunyikannya, Rein yang ceplas ceplos seperti biasa langsung berkomentar, Bee hanya mendengus dan membela diri kalau ia sudah berdandan untuk mengekspresikan gairahnya akan aksi hari ini.

Yel yel "hidup mahasiswa" "hidup rakyat indonesia" berkali kali berkumandang dan sepertinya sukses untuk membakar semangat para peserta aksi hari ini. Orasi didepan sepertinya sama sekali tidak menunjukkan tanda tanda kehabisan suara meskipun sedari tadi ia berteriak teriak, orang orang yang memakai pita merah yang sepertinya adalah petinggi petinggi senat masing masing fakultas hilir mudik kesana kemari sibuk berdiskusi dan sedang menyiapkan bendera bendera masing masing fakultas serta karton karton yang berisi propaganda. Satria yang jangkung terlihat mencolok dengan wajahnya yang pucat dan meneriakkan sesuatu dengan frustasi dan baru kusadari disampingku Rein terdiam dengan pandangan melongo yang bodoh sekali. "Gila pacar gua keren banget" katanya berulang ulang aku hanya mendengus geli karena kalimat itu jelas sekali terdengar dan kukira Rein menduga kalau mantranya itu tidak bisa didengar oleh orang lain.

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang