Sehari Bersama Abimana

4.3K 242 94
                                    

Author Note:

Seperti permintaan kalian semua, part ini dibuat dari sudut pandang orang ketiga dan berfokus ke Abimana!  Makasih udah setia sama cerita ini dan author nunggu banget komentar komentar kalian yang selalu bisa buat author seneng! Enjoy!

(Third Person PoV, Abimana PoV)

Matahari bersinar dengan cerah pagi ini seakan akan mengamini semangat mahasiswa yang berkobar kobar di lapangan stadion bola itu. Meskipun sinar matahari tidak akan bisa menembus kaca mobilnya yang gelap, tebal dan anti peluru dengan nomor polisi yang tidak terdaftar dimanapun itu, ia senang karena cuaca yang cerah seperti mendukung rencananya hari itu. Abimana memarkirkan mobilnya dibawah pepohonan yang rimbun dekat dengan deretan bis yang akan mengantarkan mahasiswa mahasiswa polos itu menuju ke medan demo, tersembunyi, ya pasti , namun bisa memandang ke segala arah. Pengalamannya bertahun tahun sebagai mata mata membuatnya terbiasa untuk bekerja dari jauh, sembunyi sembunyi namun dengan presisi yang tidak pernah meleset. Ia sudah gila melakukan ini, namun ia melakukan hal yang benar, mengikuti nalurinya. Nalurinya tidak pernah meleset, nalurinya selalu membawanya ketempat tempat yang menguntungkannya.

Saat ini yang harus dilakukannya adalah menunggu, Abimana selalu sabar menunggu, gegabah adalah benang yang menyebabkan batas antara hidup dan mati, meskipun beberapa kali kematian menggoda untuk menyusulnya, ia tidak boleh mati, tidak setelah dia baru menyadari apa yang akan ditujunya.

Ia selalu totalitas dalam mengerjakan sesuatu, termasuk totalitas untuk mencinta. Abimana mendengus mengingat bahwa terkahir kali ia mencinta seseorang, cinta itulah yang membawa petaka. Ia terlalu mencinta sehingga tidak sadar bahwa orang yang dicintainya sedang tidak baik baik saja. Ia terlalu mencintai dirinya sendiri sehingga tidak tau bahwa orang yang paling ia sayangi dulu punya keterbatasan. Ia terlalu sibuk dengan 'mempertahankan hubungan' agar menjadi hubungan yang ideal dan harmonis lalu menjadi lupa bahwa ia mencintai seorang manusia yang punya ketidakteraturan ruang dan waktu.

Dan jiwa yang ia cintai sepenuh hati itu akhirnya menyudahi nyawanya sendiri.

Abimana tidak pernah lupa malam terakhir ketika ia mencium bibir Mahogany dan mengucapkan selamat malam, malam yang menjadi petaka karena ternyata istrinya menyudahi hidupnya dengan mengiris pergelangan tangannya sendiri, frustasi dengan bipolar yang bertahun tahun dideritanya dan tidak pernah Abimana deteksi.

Hari itu menjadi kiamat bagi kehidupannya, bagaimana tidak, Abimana yang seorang dokter dan akan mengambil spesialis psikiatri tidak menyadari bahwa istrinya sendiri menderita bipolar parah bertahun tahun , kestabilan hidupnya tergantung pada obat obatan yang bahkan Abimana tidak tau disimpan di bagian mana rumah mereka berdua. Abimana mengerjap ngerjap matanya, tidak mau lagi tenggelam pada kesedihan itu lagi. Kesedihan yang membuat hidupnya hancur larut pada petualangan zat zat terlarang dan rumah bordil. Abimana menarik nafas dalam dan berusaha kembali lagi kedunia nyata saat ini.

Sedari dulu dia tau bahwa kerja keras ditambah kecerdasanlah yang akan membawanya ke pintu keberhasilan Abimana selalu tahu bahwa ia lebih cerdas dari rata rata orang meskipun saat ini kenyataan pahit menghantamnya, kenyataan yang sedari dulu membayanginya, bahwa ia selalu selangkah lebih mundur dari Abangnya.

Semalam-setelah pertemuan terakhir yang kacau balau bersama Kirana- abangnya mendatanginya langsung dirumah kaki gunungnya, yang tidak pernah tercemar oleh keluarganya yang busuk itu dan tanpa basa basi memintanya untuk mundur dari segala sesuatu yang sekarang ia lakukan. Ingatannya selalu tajam dan tentu saja perkataan abang tersayang dan satu satunya itu masih terngiang ngiang, menembus urusan duniawi lain.

"Malem Abimana, adek gue tersayang" nada suaranya seperti diulur ulur, kentara sekali ingin memainkan emosi lawan bicaranya.Tanpa disuruh, Antara langsung menuju ke kursi kayu yang berada didepannya, kentara sekali ingin memperlihatkan bahwa ia memimpin pembicaraan ini.

Gairah Tak BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang