40. Yes or Yes

167 8 0
                                    

Sudah hari kelima semenjak kecelakaan, Mark masih belum sadar. Ayla semakin merasa bersalah pada Lelaki itu. Andai malam itu ia tak menggantungkan Mark, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi.

Ayla sendiri bingung mengapa malam itu ia ragu hanya untuk mengatakan 'iya' pada Mark. Padahal iya sudah tau seluk beluk Mark, dan tidak ada alasan untuk menolak Mark.

Hampir setiap hari ia selalu mengunjungi Mark, mengajak Mark ngobrol meski tau Mark tidak akan mendengarnya. Jadilah itu kesempatan bagi Ayla untuk mengungkapkan semuanya.

Selesai membenah diri sepulang kerja, Ayla kembali mengunjungi Mark kerumah sakit. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, hanya harapan dan Doa yang selalu menjadi pegangannya.


"permisi" ucap Ayla sambil membuka pintu kamar rumah sakit. Terlihat Jeno baru ingin keluar dari kamar itu. "eh lo ay ?"

"kok lo balik sih, gue baru dateng"

"ada urusan sama Gita, gue duluan ya- semangat bangunin bang Mark" ucap Jeno sembari mengacak rambut sepupunya itu. Ayla cuma bisa mendengus.

Ia menarik kursi plastik yang ada dikamar itu dan duduk disamping kasur Mark. Ia meraih sebelah tangan Mark yang tidak dipasang infus.

"Kak..."

"Kakak gak niat bangun ? ini udah hari kelima kakak tidur" ucapnya lalu menempelkan punggung tangan Mark yang sedari tadi ia genggam ke pipinya.

"aku bakal kabulin semua permintaan kakak kalau kakak bangun" Ayla menghela nafasnya kasar.

"maaf kakak."

"andai dua tahun lalu kita gak putus mungkin gak akan gini" lirihnya

"andai malam itu aku gak gantungin jawaban aku kakqk gak akan kepikiran dan pasti tetep fokus bawa mobilnya" Ayla sedikit mulai putus asa, ia merasa seperti orang gila yang berbicara dengan batu.

Ya, mengingat Mark yang memang keras kepala.

"Kak..." lirihnya lagi.

"cukup kemarin, cukup kemarin kakak pergi, cukup Hyunjin yang pergi buat selamanya, kakak tolong tetap disini, jangan pergi lagi" Ayla mulai menangis, lagi. Mengunjungi Mark setiap hari selalu menguras air matanya.

"kalau kakak bangun aku mau kok balikan" ucapnya sambil menangis. "ah ralat, aku mau nikah sama kakak, aku mau bersanding didepan Altar dan menghadap Tuhan sama kakak"

"asal kakak bangun sekarang" tangis Ayla semakin menjadi, ia lelah sendiri jadinya. Ia pun membenamkan wajahnya dikasur yang ditiduri Mark.

Ketika tangisnya mereda, ia merasakan sebuah tangan mengelus lembut surainya. Ia tidak berniat mencari tau, pasti salah satu temannya atau teman Mark yang iseng.

"sayang..." lirih orang itu. Ayla tersentak, dengan wajah yang masih terbenam ia meraih tangan yang mengelus surainya. Ia mulai mengangkat kepalanya perlahan.

Bagai mimpi yang menjadi nyata, Mark tersenyum padanya dengan mata sayu yang dengan setia menatapnya lekat. "Kak.. Kakak bangun ?"

"air mata kamu tolong dong dihapus, aku bangun kok liat kamu nangis ?" Ayla terkekeh pelan kemudian mengambil tisu dan menghapus air matanya.

"maaf..." lirih Mark pelan, "maaf buat kamu khawatir"

Ayla menggelang, "gak kak, aku yang salah, aku yang harusnya minta maaf"

"iya kamu emang salah, kamu harus tebus kesalahan kamu" jawab Mark. Lelaki tersenyum, ia memberikan smirk kecil pada Ayla, "kenapa senyum gitu ?" tanya Ayla.

"ayo Nikah" ajak Mark lagi, "ap-apasih kak?"

Mark langsung cemberut, "siapa sih tadi yang bilang mau ngabulin permintaan aku kalau aku bangun ? mau nikah sama aku ? menghadap Tuhan sama-sama depan Altar ?" tanya Mark dengan nada nyolot.

Mata Ayla membulat, Mark mendengar semuanya ?

"Kakak dengar ?" Mark menganguk.

"ak-"

"kamu sendiri yang bilang gak mau pacaran kayak anak kecil, tadi ngomong kalau aku bangun mau Nikah sama aku, giliran diajak Nikah beneran banyak alasan" ucap Mark membenarkan perlakuannya.

Mark mencoba bangun dari rebahannya, "hati-hati"

"sama kayak yang kamu minta ay, stay here please" ucap Mark sambil kembali mengelus surai Ayla. "cukup kemarin kamu pergi, cukup kemarin kita pisah. Kita mulai dari awal lagi ya"

"Pa, Ma.. Mark boleh nikahin Ayla kan ?" pa ? Ma ? Ayla mendongak pada Mark. Lelaki itu tidak menatapnya, tetapi orang dibelakangnya. Ayla segera membalikkan badan.

Ada Papa, Mama, Ayah dan Bunda disitu, "kamu gak usah malu-malu gitu, papa tau kamu uring-uringan karena Mark belum bangun" semprot Papa pada Ayla, yang disemprot cuma tersenyum malu.

"you got two choices babe, Yes or Yes ?" ucap Mark sambil menatap Ayla lekat, gadis itu tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya.

"Yes, I will"
.

.

.
Tbc

After Meet You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang