18| Mengulang Sejarah

410 28 51
                                    

Tak ingin ku pendam rasa bahagia
Ku ingin teriakan cerita cinta
Tentang kita di masa depan
Angan-angan yang tersirat akan hari tua
Namun bibir masih terbungkam
Tapi mohon percayalah
Kelak akan indah

Bahagia
Rasanya dibuai asmara
Cinta yang ada sejak pertama
Diantara kita

Bahagia
Harap rasa ini tak sirna
Sampai rambutku nanti beruban
Kau dan aku kan tetap bersama

Seakan tak mudah untuk bayangkan
Tak ada rasa ragu ataupun resah
Namun cita bisa tercipta
Jadi mohon percayalah
Kelak akan indah

Bahagia (oh bahagia)
Rasanya dibuai asmara
Cinta yang ada sejak pertama
Diantara kita (diantara kita).
-🌕⭐-

🎶 Hivi - Bahagia🎶

Jangan lupa tinggalkan jejakmu lewat vote / comment 🌻

Instagram: @________sere

Holaaa frensss 👋
Lama kita tak bersua teman-teman setia pembaca cerita Made For Each Other.
Terima kasih banyak ya, udah mau baca cerita ini, semoga tetap setia membaca sampai cerita ini selesai.
Jangan lupa tetap di rumah aja , jangan lupa cuci tangan, jangan lupa jaga kebersihan dan jangan lupa baca cerita-cerita di lapak aku selama kalian #dirumahaja 🙈💛



Rigel : Makan nasi kuning Bang Eko yang mangkal di depan kompleks rumah lo, yuk! Sekalian berangkat sekolah bareng. Mau gak?

Wulan mengintip pop up notifikasi yang tertera di layar ponselnya. Sebuah pesan LINE dari Rigel membuat Wulan menghentikan kegiatannya sebentar. Dengan keadaan sisir menyangkut di rambutnya, cewek itu mengetik balasan pada Rigel.

Wulan : Gak mau ah. Entar kalau ketauan, gue kena tatapan sinis ibu negara lagi🙄

Rigel kembali membalas pesan Wulan secepat kilat.

Rigel : Gue udah otw niii!

Wulan : Kenapa lo batu banget sihhh?!

Rigel : Gue Rigel, Lan. R-I-G-E-L bukan batu🥺

Wulan : Hhh serah lo 🥴

Wulan menghela napasnya panjang, kemudian meletakkan ponselnya ke tempat semula. Ia kembali melanjutkan menata rambutnya yang tadi tertunda. Seperti biasa, ia membiarkan rambut panjangnya tergerai rapi dengan poni terselip di telinga.

"Beres," kata Wulan seraya tersenyum simpul di depan cermin. Wulan beranjak dan meraih tote bagnya dari atas kasur, lalu menyelempangkannya ke bahu. Cewek itu melangkahkan kaki keluar kamar, menuruni anak tangga agak cepat.

"Pagi, yah," sapa Wulan pada Chandra sesampainya ia di ruang makan. Wulan memeluk tubuh sang ayah yang tengah duduk di meja makan.

"Pagi juga cantik," balas Chandra penuh hangat.

Made For Each Other [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang