33| Berkat Matematika

303 25 30
                                    

Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta
Namun aku jatuh hati

Ku terpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu
Tapi bolehkah ku selalu didekatmu.
-🌕⭐-


🎶Raisa- Jatuh Hati🎶


Jangan lupa tinggalkan jejakmu lewat vote / comment 🌻

Instagram: @________sere



Selamat baca semua 💛




Sudah sekitar dua minggu lamanya Wulan dan Rigel diam bagai orang asing yang tak kenal-mengenal satu sama lain. Jangankan bicara seperlunya, kontak mata tanpa sengaja saja mereka langsung membuang muka. Ya, semenjak kejadian di lapangan basket sore itu, Wulan memang mematuhi ucapannya sendiri untuk tidak dekat-dekat lagi dengan Rigel--- yang ia sendiri juga tidak tahu sampai kapan. Sebisa mungkin ia tidak bersemuka dengan cowok itu. Karena kalau terlalu sering melihat Rigel, Wulan justru jadi makin jengkel sendiri.

Seperti sekarang ini, entah sudah berapa sering Wulan rela menghabiskan jam istirahatnya di perpustakaan sekolah demi menghindari pertemuan dengan Rigel di kantin. Ia bahkan rela kalau harus menjelma menjadi anak yang terlihat ambisius di balik rak-rak buku. Berjalan ke sana ke mari yang penting jam istirahatnya habis dimakan waktu. Tapi bukan hanya itu alasan mengapa ia ada di sana. Sebab ada hal lain yang harus membawanya untuk kembali lagi ke perpustakaan hari ini. Apalagi kalau bukan karena nilai ulangan harian Matematikanya yang mendadak anjlok tanpa diminta.

Ya, Wulan yang terbiasa mendapat nilai 70 atau bahkan lebih dari itu kalau sedang lucky. Mau tak mau hari ini ia mendapat nilai 30 lengkap dengan tinta warna merah dari Pak Anwar sebagai isyarat peringatan.

Sembari misuh-misuh dalam hati, penglihatan Wulan sibuk mencari buku paket Matematika kelas XI di deretan buku yang sama namun beda tingkatan kelasnya saja. Bibirnya mengembang sebal ketika menemukan bukunya berada di rak paling atas. Bukannya apa, ia merasa sebal saja karena kalau begini ia akan kerepotan dan kebingungan sendiri mengambil buku tersebut. Apalagi sekelilingnya tengah fokus membaca buku--- yang sangat jelas akan mengganggu mereka jika ia meminta bantuan.

Sambil berjinjit, tangan kanan Wulan berusaha meraih buku berwarna ungu yang lumayan tebal itu, sedang tangan kirinya tampak repot memegang buku tulis miliknya yang bertuliskan Catatan Matematika.

Di saat kesusahan, tahu-tahu sebuah tangan muncul, membantunya mengambil benda tersebut. Wulan menoleh tanpa mengeluarkan suara.

"Nih," katanya singkat, menyodorkan buku yang sedari tadi susah payah Wulan ambil.

"Thanks, Dit," balas Wulan mengulas senyum seadanya.

"Lagi cari materi tambahan?" tanya Aditya dengan suara lirih, melirik buku-buku yang dipegang Wulan.

Cewek itu mengangguk kecil. "Ada materi yang gak gue paham, terus inisiatif deh mampir ke sini cari buku baru. Siapa tau ketemu," ujarnya menyengir.

"Emangnya di buku paket yang udah dipinjamin gak lengkap materinya?" Aditya lagi-lagi bertanya.

"Bukan gak lengkap sih, cuma guenya aja yang kurang paham sama cara pengerjaannya. Siapa tau di buku lain ada cara yang lebih gampang," sahut Wulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Made For Each Other [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang