setelah mendengar cerita mingyu panjang lebar yang mungkin kalo dikali pakai rumus matematika, sudah sukses membuat teman-temannya merasa bingung, gimana tidak bingung? pascanya, mereka bingung antara harus sedih atau senang mendengar perihal bahwa mina ini tidak menyukai-nya, hanya saja ingin menjadi temannya.
"hahahaha, jadi dia cuma mau jadi temen lo?" tawa winwin dateng memecah keseriusan mereka, iya sedari tadi winwin melewati mereka dan seketika tidak sengaja mendengar percakapan mereka disudut kantin sana.
"yaampun sabar ya ming, udah emang lo cocoknya tuh sama emak bendahara" sahutnya kembali disertai sorotan tatapan ketidak sukaan dari yang punya jabatan tersebut. Siapa lagi kalau bukan hayoung namanya.
"udah-udah, terus sekarang lo mau gimana ming?" tanya jiho yang tiba-tiba membuka suara.
"eh gue boleh duduk disini kan, gue kepo hehehe" sambil menunjukan peace sign dan nyengir-nyengir andalannya, itulah yang dilakukan winwin saat ini.
setelah mereka semua duduk, dan makan dengan lahap kayak kesetanan. Akhirnya mingyupun melanjutkan ceritanya hingga ketahap jawaban yang jiho tanyakan padanya.
"mungkin gue udahin kali ya?" sahutnya itu membuat temennya yang lagi fokus seketika jadi bertanya-tanya kenapa dan mengapa seorang mingyu yang bucin perempuan notaben keturunan jepang itu semudah ini menyerah.
kini ada yang membuka suara, siapa lagi kalau bukan hayoung karena jelas ia tidak tahu harus menjawab apa, soalnya menurutnya semua itu terserah padanya, karena teman kan hanya membantu sebisanya menurutnya gitu
"terserah lu ming, itu hak lo. sebenernya kita sebagai temen mah dukung gimana juga jadinya ming, kebahagiaan itu lo yang nentuin bukan kita, kita cuma dengerin dan kasih saran. gue nggak mau ya, kalo tiba-tiba nanti lo nyesel sama putusan lo gitu" sahutnya sambil minum es teh yang sedari tadi ia perhatikan mengoda banget soalnya baru dateng.
"tumben bahasa lo kelas bener, bu!" seru yuju yang dari tadi tepuk tangan, biasa salut dia kalo denger temennya kotbah.