Chapter 16

885 148 38
                                    

"Kau mau kemana?"

Suara bernada berat dan familiar tersebut membuat Jeongyeon berhenti melangkah. Dan tertegun. Gadis yang baru saja keluar dari kamarnya itu memaki dalam hati. Tidak bisakah ia menghabiskan hari dengan tenang?

Jeongyeon sudah cukup malu ketika mendapati dirinya terbangun di kamar Taehyung. Masih dengan pakaian lengkap ketika terbangun, namun ingatan yang samar-samar. Tetapi dirinya cukup yakin kalau kemarin malam adalah waktu yang paling memalukan sepanjang hidupnya. Kebiasaan mabuknya sangat memprihatinkan.

Seulas senyum kecil terpaksa mucul dibibirnya. "Aku ada janji dengan seseorang."

Mata Taehyung berkilat tajam. Ia tidak suka mendengar jawaban Jeongyeon. "Orangtua-ku mengundang kita makan malam di rumah."

Sedikit terkejut, tetapi sebisa mungkin Jeongyeon menjawab dengan tenang. "Benarkah? Aku tidak akan lama."

Taehyung ingin mendengus, tetapi menahan diri. Tiba-tiba saja kekesalannya memuncak padahal tadi dia dalam kondisi yang stabil. Ia tidak suka melihat Jeongyeon yang akan pergi menemui seseorang. Sebagai gantinya, kantong plastik putih yang berada di tangan kanannya diberikan kepada Jeongyeon dengan sedikit kasar.

"Jangan lupa diminum," ucap Taehyung sedatar mungkin kemudian menutup pintu kamarnya dengan keras.

Jeongyeon tidak langsung keluar dari apartemennya. Ia menatap isi dari kantong plastik putih yang barusan diberikan Taehyung. Obat pereda mabuk dan empat buah tablet vitamin.

Senyum Jeongyeon mengembang dan pipinya terasa panas.

~~~

Jeongyeon tahu ia tidak bisa membohongi perasaannya walau sekeras apapun ia menyangkal. Karena itu, sejak keluar dari apartemen dan berakhir duduk di taman bersama Jungkook, senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Aku tidak pernah melihat Noona sebahagia ini sebelumya."

Jeongyeon meringis. "Sejelas itukah?"

"Tentu saja. Setiap orang pasti akan setuju juga."

Jeongyeon tersenyum dan mengangkat bahu. Sebenarnya ia sangat ingin membagi kebahagiaannya dengan Jungkook, namun pemuda tersebut bukanlah seseorang yang tepat menurutnya. Bukankah kejam membagi perasaan bahagiamu kepada seseorang yang pernah mengutarakan perasaan sukanya, bukan?

"Sekali lagi, terimakasih atas ucapan ulangtahun dan kado ini, Jungkook-ah."

Jungkook menatapnya dengan tersenyum lebar dan menganguk.

"Jungkook-ah, aku tidak bisa berlama-lama hari ini. Tidak masalah jika aku pulang sekarang?"

"Gwencanha. Aku masih ingin menikmati pemandangan sore di taman ini."

"Baiklah, kalau begitu Noona pamit. Jangan terlalu lama disini, cuacanya dingin. Kau bisa terserang flu nantinya, Araseo?"

Mungkin Jungkook terlalu cepat merasa yakin bahwa ia sudah melupakaan perasaannnya. Hidup memang tidak selalu berjalan seperti apa yang diinginkan. Kenyataannya, degup jantungnya terasa dua kali lebih cepat hanya karena sedikit perhatian dari Jeongyeon.

Senyum manis terukir jelas di wajah Jeongyeon setelah Jungkook mengangguk dan melambaikan tangan kearahnya.

~~~

Keheningan di dalam mobil terasa mencekam dan membuat Jeongyeon gelisah. Sudah lima belas menit yang lalu –bagi Jeongyeon terasa seperti lima jam– Taehyung dan Jeongyeon berangkat menuju kediaman orang tua Taehyung. Tidak ada yang berniat untuk memulai percakapan hingga mereka sampai di tujuan.

"Bersikaplah seperti kita baik-baik saja." Taehyung memberitahu sebelum mereka keluar dari mobil.

"Aku tahu," ucap Jeongyeon kemudian dan menyapa kedua orangtua Taehyung dengan sopan setelah ia keluar dari mobil.

Kedua orang tua Taehyung menyambut mereka dengan sapaan hangat. "Akhirnya, kalian datang juga."

"Aigoo. Senang sekali bisa bertemu denganmu, Jeongyeonie."

"Kuharap kalian membawa kabar baik untuk kami."

Jeongyeon hanya tersenyum hangat ke arah orang tua Taehyung. Makan malam mereka berjalan dengan lancar. Suasananya tidak semenakutkan bayangan Jeongyeon.

"Apa Taehyung bersikap baik padamu, Jeongie?" wanita paruh baya dengan senyum hangat tersebut bertanya kepada Jeongyeon.

"Tentu, Eomeonim," Jeongyeon menjawab dengan cepat. Ia kemudian menatap sekilas ke arah Taehyung yang duduk disampingnya dan kembali memusatkan perhatian pada Ibu Taehyung.

Ibu Taehyung menyipitkan matanya menatap Taehyung. "Benarkah?"

Taehyung tersenyum lebar –terlalu lebar– dan mengangguk berkali-kali. "Aku menjaganya dengan baik, Eomma."

Jeongyeon juga ikut mengangguk berusaha meyakinkan ibunya Taehyung. Tidak yang curiga dengan hubungan mereka berdua. Bahkan Yeri yang biasanya tidak mudah percaya bersikap biasa saja melihat Taehyung dan Jeongyeon.

~~~

"Apa kemarin malam aku berbicara atau melakukan hal aneh padamu?"

Taehyung mengalihkan pandangan dari layar televisi begitu Jeongyeon mengajukan pertanyaan padanya. Gadis yang mengenakan piyama tidur berwarna ungu berdiri di depan lemari pendingin sambil memegang sebuah gelas berisi air mineral. Pipinya bersemu tetapi matanya berkilat-kilat penasaran menatap Taehyung.

Bagi Taehyung, penampilan Jeongyeon malam itu terlihat sangat menarik. Ini bukan kali pertama jantungnya berdegup kencang menatap Jeongyeon. Ada sesuatu yang tidak dapat ia jelaskan dengan logika hanya karena sebuah tatapan ataupun ketika mendengar suara gadis tersebut. Susuatu yang hanya jelas jika dirasakan dengan perasaan.

"Maksudmu?" Taehyung balik bertanya dengan kening berkerut samar.

Pipi Jeongyeon semakin bersemu merah dan sekarang ia tidak berani menatap mata Taehyung yang sedang menatapnya lurus-lurus. "Apa aku ada berbicara ataupun melakukan hal diluar kebiasaanku kemarin malam?"

Taehyung tidak dapat menahan senyumya melihat Jeongyeon yang tidak berani menatap matanya. "Tidak ada yang diluar batas. Hanya saja, aku sedikit tekejut dengan kebiasaan mabukmu."

"Syukurlah. Kupikir aku melakukan hal-hal aneh padamu. Maaf karena kemarin malam aku tidur di kamarmu." ucap Jeongyeon tanpa berniat menatap ke arah Taehyung sedikitpun. Malahan, ia berjalan ke arah wastafel meletakkan gelas kosong yang ada ditangannya.

Taehyung mendengar jawaban sambil pandangannya mengikuti arah gadis itu. Kali ini, senyumnya semakin lebar. Sepasang mata coklatnya tidak pernah terlepas menatap Jeongyeon yang berjalan ke arah kamarnya dalam diam.

"Festival Bunga Krisan sudah dimulai. Mau ikut denganku?" tiba-tiba saja Taehyung melontarkan pertanyaan ketika Jeongyeon ingin memutar gagang pintu kamarnya. Gadis itu menoleh kearahnya dengan pandangan yang sulit diterjemahkan. Ia tampak berpikir kemudian mengangguk kecil.

Seperti bunga Krisan yang mulai bermekaran, hati Taehyung juga mengalami hal yang serupa. "Baiklah, selamat malam."

Jeongyeon mengerjap-ngerjapkan matanya dan terkesiap. Gadis itu masih tercengang dengan reaksi Taehyung barusan tetapi secepat mungkin masuk ke kamarnya.

Taehyung merutuki mulut bodohnya setelah Jeongyeon menghilang dibalik pintu. 'Apa-apaan tadi itu?'

~~~

Terimakasih sudah support Fanfic JeongTae ini...

Jangan lupa Vote dan Comment:))

I Fancy You^^

See You In The Next Chapter...

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang