Chapter 24

847 142 43
                                    

Jeongyeon melirik jam kecil di meja belajarnya. Pukul 9.20 malam. Ia mendesah pelan, lalu melirik sekilas buku-buku maupun handout yang terbuka di meja belajarnya. Ia harus menyelesaikan membaca semua buku-buku itu untuk ujian akhir semester esok siang. Tetapi ia merasa tidak bertenaga dan berakhir mengambil smartphone. Lima menit. Jeongyeon hanya butuh lima menit untuk mengistirahatkan kepalanya dan segera berbaring di ranjangnya.

Eommeonim is Calling

Jeongyeon mengaduh kesakitan setelah benda pipih yang dipegangnya sukses mendarat di dahinya. Ia segera bangkit dari posisi rebahannya menjadi duduk dan menjawab panggilan masuk tersebut dengan suara lembut.

"Annyeonghaseyo Eommeonim."

~~~

Taehyung menuangkan air panas ke ramen cup-nya secara perlahan lalu menutupnya kembali. Sambil menunggu makanan pengganjal perutnya matang, matanya tertuju pada pintu kamar Jeongyeon. Samar-samar ia mendengar suara gadis itu mengaduh kesakitan kemudian hening kembali.

Lelaki yang memakai kaos putih dengan celana sebatas lutut itu berjalan mendekat ke arah kamar Jeongyeon. Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar itu, gadis yang berada di dalamnya lebih dulu membuka pintu kamarnya.

Jeongyeon menatap Taehyung yang berdiri di depan kamarnya dengan alis terangkat. "Wae?"

'Karena aku menyayangimu, Tae.'

Astaga. Setiap kali ia melihat ataupun mengingat perkataan Jeongyeon, perasaan mengebu-gebu itu kembali merasuki rongga dada Taehyung. Hanya sebentar. Tetapi memiliki dampak yang aneh yang tidak dapat ia rasakan saat lelaki itu bersama dengan kekasihnya.

Dan pada saat yang sama, perkataan Jinyoung juga kembali bergema di dalam benaknya. 'Tanyakan saja pada hatimu. Kau akan menemukan jawabannya.'

Jeongyeon berlalu melewati Taehyung yang masih bergeming ditempatnya semula. Langkah kakinya membawanya menuju lemari pendingan di area dapur. Tangannya yang sudah terjulur berhenti begitu manik matanya tidak melihat kertas yang sebelumnya ia gantung dipintu lemari pendingin tersebut.

Gadis itu berbalik dan menoleh dengan cepat ke arah Taehyung. "Kau sudah menandatangani surat itu? Kembalikan padaku jika sudah kau tandatangani."

"Aniyo."

Jeongyeon mendesah. "Sebaiknya kau berikan padaku jika sudah. Jangan memancing pertengkaran karena hal sepele seperti ini."

Tanpa beranjak dari posisi awalnya, Taehyung menatap gadis itu serius. "Aku tidak ingin berpisah denganmu."

Oh, Jeongyeon ingin mempercayai itu. Sungguh. Hanya saja... "Jangan mengatakan hal yang tidak ingin kau katakan."

~~~

"Jeongyeon-ah...Jeongyeon-ah..."

Jeongyeon tersentak dan mengangkat wajah. Jihyo menatapnya dari seberang meja dengan raut bingung. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Tidak ada. Hanya memikirkan liburan natal, tahun baru, dan liburan akhir semester untuk satu bulan kedepan." Jeongyeon mengamati sekeliling kantin fakultas dan menyadari tempat ini dipenuhi oleh mahasiswa. Apa karena sekarang hari terakhir ujian semester?

Jihyo tersenyum cerah mendengarnya. "Benar. Aku bahkan tidak bisa tidur memikirkan rencana untuk libur panjang ini." Gadis bermata bulat itu berhenti sejenak untuk menyeruput jus apelnya lalu kembali melanjutkan, "Apa Tae Sunbae sudah menandatangani surat itu?"

"Belum."

"Bagaimana dengan orangtua kalian? Kau sudah memberitahu keduanya?"

"Aku akan mengatakan pada orangtua Taehyung setelah mereka selesai liburan ke Jepang. Dan akan memberitahu orangtuaku setelah natal nanti."

Jihyo melotot ke arah Jeongyeon, "Liburan ke Jepang? Keluargamu dan keluarga Taehyung Sunbae merayakan natal dan tahun baru di Jepang?"

Namun sebelum Jeongyeon sempat menjawab pertanyaan Jihyo, Nayeon datang dengan sepiring penuh Tteokpokki dan menyelanya. "Siapa yang pergi liburan ke Jepang? Jeongyeon?"

Jeongyeon buru-buru menggeleng. "Bukan aku. Keluarga Taehyung saja," sahutnya lalu menyuapkan beberapa Tteokpokki ke mulutnya dan melanjutkan, " Awalnya mereka mengajakku dan keluargaku. Tetapi aku menolaknya dengan alasan ujian akhirku masih banyak. Dan keluargaku juga tidak ikut karena Seungyeon Eonnie sedang hamil muda."

"Bagaimana dengan Taehyung Sunbae? Dia pergi ke Jepang juga?" tanya Jihyo lagi.

Jeongyeon menghela napas panjang. "Dia tidak ikut ke Jepang. Tapi aku akan mengatakan pada orang tuaku kalau Taehyung sibuk sehingga tidak dapat merayakan natal dengan keluargaku."

~~~

Sambil duduk bersandar di sofa, Taehyung terpekur melihat layar smartphone dihadapannya. Ia sudah terlalu sering menghubungi ataupun mengirim pesan kepada kekasihnya. Namun tidak pernah dibalas ataupun dijawab hingga detik ini.

Taehyung seharusnya tidak perlu mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Yoona ketika sebagian besar hatinya menolak untuk berpisah dengan Jeongyeon. Ia masih tidak mengerti. Apa karena Jeongyeon memiliki perasaan padanya hingga ia tidak sanggup berpisah dengan gadis itu? Apa karena dalam beberapa keadaan jantungnya berpacu lebih cepat hanya karena menatap manik mata gadis itu? Perasaannya benar-benar kacau. Sampai sekarang. Dan ia benar-benar muak terjerat dalam lingkaran menyesakkan ini.

Lamunannya buyar ketika muncul sebuah notifikasi pesan di layar smartphone-nya. Tangannya otomatis membuka pesan itu dan membacanya. Dari Jeongyeon.

'Tanda tangani kertas itu dan berikan padaku secepatnya! Aku akan mengatakannya pada orangtuaku setelah natal.'

Taehyung tertegun.

~~~

Hari ini bukan hari yang mudah bagi Jeongyeon. Harinya sudah terasa salah sejak ia membuka mata di pagi hari dan mendapati surat pengajuan cerai itu belum di tandatangani oleh Taehyung. Lelaki itu hanya meninggalkan catatan di kertas kecil yang berisikan bahwa ia tidak akan menandatanganinya. Dan dari sana, semuanya mulai bertambah buruk.

Jeongyeon kembali menekan nomor yang sama untuk kesekian kalinya. Dan hasilnya, nihil. Nomor yang dihubunginya masih tidak menjawab. Semuanya menjadi berantakan hanya karena Taehyung tidak mau menandatangani surat itu. Alasan yang sudah ia pikir dengan matang untuk diberikan kepada orang tuanyapun harus dipikir ulang.

Ia memijat pelipisnya sejenak kemudian memandang berkeliling keramaian orang di stasiun kereta Seoul sore itu. Pengumuman keberangkatan kereta ke Suwon terdengar jelas melalui pengeras suara. Jeongyeon segera memasukkan ponselnya ke saku jeans dan menarik kopernya menuju kerata.

Perjalanan Seoul ke Suwon tidak memakan waktu yang lama. Tepat pada pukul tujuh malam, ia sudah berada di sebuah taksi yang akan mengantarnya ke kediaman keluarganya. Gadis itu segera turun dari taksi begitu sampai di depan pagar rumahnya.

Jeongyeon menggigil kedinginan. Uap putih keluar dari mulutnya seperti asap setiap kali ia menghembuskan napas. Sambil menunggu seseorang membukakan pintu rumah untuknya, gadis itu memperhatikan taman kecil di depan rumahnya yang hampir tertutupi oleh salju. Ia tersenyum tipis membayangkan Eommanya yang dengan telaten merawat taman kecil itu.

Begitu mendengar derit pintu yang terbuka, Jeongyeon segera membalikan badan. Senyum tipis yang semula bertengger di wajahnya berganti menjadi ekspresi keterkejutan yang tak dapat ditutupinya. "Kenapa kau bisa ada dirumahku?"

~~~

Terimakasih sudah membaca, vote, dan juga comment...

Maaf karena terlalu lama untuk melanjutkan ff ini dan semoga tidak pernah bosan dengan ff-ku yang semakin absurd :))

I Fancy You^^

See You in the Next Chapter...

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang