Chapter 25

858 122 51
                                    

Secangkir coklat hangat akhirnya habis diminum oleh Seungyeon. Wanita yang sedang hamil muda tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda ingin memuntahkan apa yang barusan diminumnya. Matanya menatap gadis dihadapannya dengan hangat. "Gomawo, Jeongyeon-ah."

"Syukurlah Eonni dapat meminumnya. Setidaknya ada asupan untuk janin Eonnie."

Seungyeon mengangguk dan kembali tersenyum sambil mengusap-usap perutnya yang mulai membesar.

"Aku sangat khawatir saat Eomma bilang Eonnie tidak ada makan sejak pagi. Apa sekarang masih terasa mual?" tanya Jeongyeon yang mengambil posisi duduk di tepi ranjang kakaknya.

"Sudah tidak."

Senyuman lega tergambar jelas diwajah Jeongyeon. Gadis itu merasa prihatin dan tidak tega melihat kakaknya yang terus-terusan mual. Suami yang seharusnya mendampingi Seungyeon di saat-saat penting seperti ini bahkan tidak ada didekatnya.

"Kapan Kangjoon Oppa akan kemari?"

"Tidak tahu. Paling cepat awal tahun baru nanti katanya."

"Astaga! Kenapa bisa selama itu?"

"Rumah sakit tempat Kangjoon berkerja kekurangan dokter untuk mengantisipasi lonjakan orang-orang yang datang ke rumah sakit setelah perayaan natal dan tahun baru nanti," kata Sengyeon. Air mata mulai membahasahi pipinya, "Aku sangat merindukannya."

Jeongyeon terdiam tanpa suara. Punggung tangan Seungyeon diusap-usap lembut oleh Jeongyeon untuk menenangkan kakaknya itu. "Eonnie jangan khawatir. Kangjoon Oppa akan segera kemari jika urusannya sudah selesai," ucap Jeongyeon lembut. "Eomma, Appa, dan aku akan selalu disini untuk Eonnie. Jadi Eonnie tidak perlu khawatir lagi, eo?"

Perlahan, tangisan Seungyeon mereda.

~~~

"Seungyeon masih mual?"

Jeongyeon terkejut mendengar suara Ibunya dari belakang. Cangkir yang barusan dicucinya hampir saja terlepas dari genggaman. "Sudah tidak, Eomma. Eonnie juga tidak memuntahkan coklat hangat yang kuberi tadi."

"Syukurlah. Apa dia sedang istirahat?"

Jeongyeon segera menyelesaikan mencuci perlatan makan yang kotor. Kemudian menaruh segelas air mineral untuk Ibunya diatas meja makan. "Nde. Eonnie bilang badannya masih lemas."

"Bukankah lebih baik kita membawa Eonnie ke dokter kandungan, Eomma?" tanya Jeongyeon sambil mengambil tempat duduk dihadapan Ibunya.

"Sudah. Baru saja tiga hari yang lalu, sebelum kau datang. Wanita yang sedang hamil muda memang seperti itu. Hanya perlu istirahat dan jangan banyak pikiran."

Jeongyeon merespon dengan anggukan kepala. Pasti keadaan sekarang sangat sulit bagi Eonnie-nya. Jauh dari suami tercinta saat mengandung terdengar miris sekali. Apalagi ini kehamilan pertama bagi Seungyeon.

"Jeongyeon-ah?"

"Ada apa, Eomma?"

Ibu Jeongyeon menghela napas panjang terlebih dahulu. "Apa kau dan Taehyung baik-baik saja?"

Sejenak Jeongyeon hanya tertegun menatap Ibunya. Satu kalimat itu membuat dadanya sesak. Apa sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan hal 'itu' pada Ibunya? Namun lidahnya terlalu kelu mengatakan hal yang mengusik batinnya.

"Aku dan Taehyung baik-baik saja, Eomma." jawab Jeongyen dengan senyuman simpul. Entah kenapa. Mungkin tanpa sadar Jeongyeon memang belum siap dengan keputusannya yang satu itu. Ibunya masih menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Seolah-olah wanita itu tahu apa yang sedang dipikirkannya. Dan itu membuat Jeongyeon gugup.

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang