Chapter 27

720 115 46
                                    

Jeongyeon belum mengatakan sepatah katapun sejak Taehyung menyatakan perasaan padanya. Keheningan di halte bus menyelimuti mereka dan membuat Taehyung gelisah. Taehyung mengambil tempat yang tidak jauh dari gadisnya yang sedang duduk bersedekap.

"Mianhae, Jeongyeon-ah. Aku benar-benar bodoh karena terlambat menyadari perasaanku sendiri," kedua tangannya diletakkan diatas paha sambil meremas lututnya sendiri. Ia sangat menyesal dan...gugup. "Maaf karena membuatmu terluka."

Gadis itu hanya diam. Pandangannya lurus kedepan dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku mantel. Uap putih yang keluar dari mulutnya dan hidung yang mulai memerah menandakan bahwa gadis itu menggigil kedinginan. Taehyung sangat ingin memberikan penghangat yang ada di saku mantelnya untuk Jeongyeon. Tetapi tidak jadi karena Jeongyeon mulai membuka mulut dan bergumam datar.

"Kau tahu, permintaan maaf tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi."

Taehyung menunduk. Kata-kata Jeongyeon yang tajam membuat dadanya sesak. Ia tidak pernah merasa seburuk ini sebelumnya. Ia menatap Jeongyeon tanpa berkedip.

"Tolong beri aku kesempatan," ujar Taehyung pelan. "Aku ingin berubah. Aku ingin berada disisimu untuk waktu yang lama. Aku tidak ingin kita berpisah, Jeongyeon-ah."

Jeongyeon mengabaikan apapun yang dilontarkan Taehyung. Ia langsung berdiri begitu bus yang ditunggunya berhenti tepat di depan halte.

~~~

Setelah selesai mencuci peralatan makan malam yang kotor, Jeongyeon melepaskan sarung tangan karet berwarna merah muda yang dipakainya dan berjalan kearah meja makan. Ia duduk dihadapan Seungyeon dan memijit pelipisnya sebentar. Kepalanya terasa sedikit pusing.

"Eonnie, kau masih belum kenyang juga?" tanya Jeongyeon yang melihat kakak perempuannya sudah menghabiskan tiga porsi Jjajangmyeon. Belum lagi jajanan lain seperti Hotteok, Bungeoppang, dan Sundae yang masih belum tersentuh.

"Andwae, itu punyaku."

Tangan Jeongyeon dipukul saat ia ingin meraih Hotteok diatas meja. Ia memelas menatap Seungyeon. "Eonnie, aku minta satu saja. Boleh ya?" katanya dengan sedikit aegyo untuk membujuk kakaknya.

Seungyeon meringis. "Hentikan itu, Jeongyeon-ah. Kau terlihat aneh," katanya kemudian melanjutkan menyuap makanan ke mulutnya. Jeongyeon hanya dapat menatap sebal.

Seungyeon tersedak saat tiba-tiba terdengar suara riuh dari ruang keluarga. Bunyi sorak-sorak dan seruan yang saling tumpang-tindih begitu kencang. Nah, sebentar lagi pasti Eommanya akan mengomeli Appa, Kangjoon, dan Taehyung yang menyebabkan kegaduhan tersebut.

Dua-tiga detik kemudian, Ibunya keluar kamar dan mengomeli ketiganya dari lantai atas. Jeongyeon yakin, Kangjoon dan Taehyung pasti terkejut karena belum pernah diomeli Ibunya. Sementara Appa-nya akan bersikap biasa saja karena sudah maklum dengan sifat istrinya tersebut.

"Heol. Aku tidak dapat membayangkan kalau Appa dan mereka menonton pertandingan itu di stadion," ucap Seungyeon setelah ia sudah tidak tersedak lagi. "Melihat di televisi saja mereka sudah seheboh itu. Apalagi kalau melihatnya secara langsung."

Jeongyeon tersenyum geli dan mengangguk setuju dengan pendapat kakak perempuannya. "Ngomong-ngomong, aku ingin berbicara dengan Eomma," ucapnya seraya beranjak menjauhi meja makan. Wajahnya seketika murung.

"Membicarakan hubunganmu dengan Taehyung?"

Jeongyeon menghentikan langkahnya di anak tangga ketiga. Seungyeon menatapnya dengan senyum penuh arti. "Kuharap hubungan kalian akan segera membaik."

~~~

Apa-apaan tadi itu? Seungyeon membuat kepalanya yang sudah pusing bertambah pusing. Jeongyeon memejamkan mata, menarik napas panjang, dan mengeluarkannya perlahan untuk menenangkan diri. Sudah saatnya untuk mengatakan hal itu. Ia sudah berjanji untuk mengatakan pada orang tuanya setelah natal. Bahkan, natal saja sudah berakhir beberapa hari yang lalu.

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang