Chapter 28

710 113 42
                                    

'Eomma, aku dan Taehyung memutuskan untuk berpisah.'

Andai saja Jeongyeon dapat mengatakan hal itu sekarang juga pada orang tuanya, beban dikepalanya mungkin akan berkurang. Sayangnya, orang tuanya menolak berbicara serius dengannya. Keduanya sibuk memasukkan barang ke dalam bagasi mobil. Taehyung juga ikut membantu mereka.

"Aigoo... terimakasih, Taehyung-ah."

Ibunya memuji Taehyung yang mengangkat banyak kotak ke dalam bagasi mobil. Lelaki itu mengulum bibirnya dan tersenyum. Ck, melihat pemandangan itu membuat Jeongyeon kembali bertanya-tanya. Kenapa Ibunya sangat menyukai Taehyung? Rasanya ia ingin mengungkapkan sifat buruk lelaki itu pada Ibunya. Lelaki itu sudah menorehkan luka yang menganga di hatinya.

Jeongyeon melihat Ibunya berjalan menuju teras dan mendekatinya. "Merasa lebih baik?" tanya Ibunya yang dijawab Jeongyeon dengan anggukan kecil.

"Eomma dan Appa berangkat sekarang," Ibunya kemudian memeluknya dan bergumam pelan. "Jangan khawatir, Taehyung akan menjaga dan merawatmu. Dia sudah berjanji pada Eomma."

Mata jeongyeon melebar. Ia tidak mempercayai apa yang barusan didengarnya. Taehyung mengatakan hal itu? Sulit dipercaya. Ibunya melepaskan pelukan kemudian bergumam pelan, "Eomma berharap mendengar kabar baik darimu setelah pulang nanti."

Alis Jeongyeon berkerut. Kabar baik? Apakah mengutarakan kau akan berpisah dengan suamimu adalah kabar baik yang dimaksud? Suara klakson mobil membuatnya segera tersadar. Ibunya tersenyum dari dalam mobil dan melambaikan tangannya pada Jeongyeon sebelum mobil itu melaju.

Jeongyeon kembali masuk ke kamarnya dan mulai membaringkan tubuh diatas kasur. Ia memeriksa pesan yang masuk ke ponselnya dan mulai membalasnya satu per satu. Senyumnya mengembang begitu tahu Jihyo, Nayeon, Yeri, dan bahkan Jungkook mengirimkan pesan selamat natal dan tahun baru untuknya. Hatinya menjadi hangat hanya karena membaca pesan menyentuh dari mereka. Seharusnya ia sudah membalas itu jauh-jauh hari. Karena terlalu tenggelam dalam masalahnya, ia sampai melupakan teman-temannya.

Wajahnya kembali murung begitu mengingat percakapannya dengan Ibunya beberapa saat yang lalu dan juga kemarin malam. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Apa ia harus menunda sampai orang tuanya kembali dari rumah Bibinya? Kepalanya mulai berdenyut kembali. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Baru saja Jeongyeon hendak menutup mata, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Jeongyeon-ah, Eonnie ingin berbicara denganmu."

Saat itu pintu kamarnya terbuka. Seungyeon yang perutnya mulai membesar berdiri diambang pintu kamarnya dengan jubah tidurnya yang kebesaran. "Kepalamu masih sakit?" tanyanya yang mulai mendekati ranjang Jeongyeon dan memegang dahi gadis itu.

Jeongyeon menggelengkan kepalanya.

"Syukurlah. Kalau begitu, malam ini kita bisa mengadakan party kecil-kecilan," ucapnya dengan nada riang. "Kau tahu kan besok hari apa? Sayang sekali Eomma dan Appa tidak ada dirumah."

Jeongyeon menatap kakak perempuannya dengan raut bingung. Memangnya besok ada acara apa? Perayaan tahun baru masih tersisa dua hari lagi.

Seungyeon menatap adiknya dengan mata menyipit. "Jangan bilang kau tidak mengingatnya, Jeongyeon-ah."

Jeongyeon tertawa sumbang. "Oh, astaga. Tentu saja aku tahu, Eonnie," kemudian tersenyum kikuk karena Seungyeon menatapnya penuh curiga. Syukurlah itu tidak berlangsung lama karena Seungyeon langsung mengalihkan pembicaraannya.

"Baiklah. Jadi, kita mau pesan cake seperti apa nantinya? Taehyung suka cake seperti apa?"

Tunggu sebentar. Taehyung? Cake? Astaga...

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang