Chapter 19

934 151 24
                                        

Jungkook memperhatikan tiga orang lelaki yang sedang makan dan mengobrol dengan suara cukup lantang sehingga ia dapat mendengarnya dengan jelas walaupun jarak mereka terpisah oleh dua meja kosong. Mengherankan sekali. Ia seperti mengenal orang yang sedang dibicarakan oleh tiga lelaki tersebut.

"Heol, aku sempat terkejut melihat wajah Taehyung tadi. Apakah kalian melihatnya juga?" tanya lelaki yang berkulit agak gelap dibanding dua temannya itu.

Kedua teman lainnya hanya menatap lelaki yang bertanya dengan tatapan bingung.

"Saat Jinyoung mengatakan Taehyung menyukai Jeongyeon," jelas lelaki itu lagi. Sambil meneguk sojunya, lelaki itu kembali berbicara banyak hal yang membuat Jungkook terkejut mendengarnya. Ia tidak berniat untuk menguping pembicaraan tiga lelaki itu. Hanya saja, ia begitu tertarik mendengarkan mereka karena merasa kenal dengan objek pembicaraan tersebut.

Kali ini, lelaki yang bertubuh agak kecil bersuara. "Aku merasa kasihan dengan Jeongyeon kalau ternyata ia benar-benar menyukai Taehyung. Aku rasa Taehyung tidak serius dengan Jeongyeon."

"Sepertinya begitu. Kita juga tahu kalau Taehyung sangat berjuang untuk menjadi kekasihnya Yoona. Benar, bukan, Jinyoung-ah?"

Lelaki yang bernama Jinyoung tersenyum tipis mendengar pertanyaan temannya itu. "Entahlah, kita tidak benar-benar tahu apa yang terjadi diantara mereka. Mungkin saja Taehyung lebih memilih Jeongyeon dibanding Yoona." Lelaki itu menghembuskan napas perlahan dan kemudian melanjutkan dengan tertawa kecil. "Yah, mungkin sedikit terdengar aneh. Tapi, siapa yang tahu?"

Beberapa menit kemudian, ketiga lelaki itu mengakhiri pembicaraan mereka dan keluar dari tempat tersebut. Memang agak aneh, tapi entah kenapa Jungkook merasa kalau Taehyung dan Jeongyeon yang diceritakan oleh tiga pemuda tadi adalah tetangganya. Ditambah lagi, sebelumnya ia bertemu dengan Taehyung di depan restoran. Hal itu membuat Jungkook yakin sekaligus penasaran.

Jungkook tampak berpikir keras diantara teman-temannya yang sibuk mengoceh tetang game online terbaru yang sedang trend akhir-akhir ini.

~~~

Penyesalan selalu datang di akhir. Jeongyeon berusaha mengatur napasnya. Bagaimanapun juga ini salahnya kenapa tidak memperhatikan sekitar ketika menuju halte bus. Ia menoleh kebelakang ketika seseorang memegang bahu kirinya.

"Hai, Cantik..."

Jeongyeon tersentak mendengar suara itu. Kakinya terasa lemas dan badannya bergetar ketakutan. Didepannya berdiri seorang pria berbadan kekar yang dipenuhi tato di kedua lengannya serta berpakaian lusuh. Bau alkohol yang menyengat, menusuk indra penciumannya.

Jeongyeon menggigit bibir bawahnya, panik bukan main. Ia berusaha lari tetapi tangannya ditarik paksa dan badannya dihempaskan ke dinding sebuah toko yang sudah tutup. Jeongyeon merintih kesakitan dan berteriak untuk meminta tolong.

Dalam sekejap, sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Jeongyeon. Air matanya tumpah dan sudut bibirnya berdarah. Pria tersebut tidak tampak mengasihani Jeongyeon yang penampilannya sudah tidak karuan. "Diam jika kau tidak ingin merasa kesakitan."

Jeongyeon berusaha memberontak dari cengkraman pria berbadan kekar dihadapannya. "Ahjussi, Jebal..." suara Jeongyeon bergetar dan air matanya semakin mengalir deras.

"Tenang, sayang. Kau akan menikmatinya nanti." Pria itu menatap Jeongyeon dengan mata berkabut nafsu. Jeongyeon kembali memberontak dengan sisa tenaga yang dimiliknya.

Pria berbadan besar tersebut tidak menghiraukan perbuatan Jeongyeon dan masih berusaha untuk mencicipi bibir ranumnya. Jeongyeon sudah kehabisan tenaga untuk melawan pria yang sedang mencengkram bahunya dengan erat sambil melepaskan kancing kemejanya satu per satu.

"BAJINGAN!"

Lelaki brengsek yang ingin menodai Jeongyeon tersungkur di aspal jalan yang dingin. Pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan kepadanya membuat kesadarannya menipis dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Jeongyeon terduduk lemas saat badan Ahjussi brengsek itu menjauh darinya. Badannya masih bergetar hebat dan tangisannya tidak berhenti sejak tadi. Ia mendongak menatap seseorang yang telah menolongnya.

Sosok familiar itu mendekat dan memanggil namanya lirih. "Jeongyeon-ah..."

Jeongyeon tertegun menatap sosok itu. Badannya kemudian direngkuh ke dalam pelukan hangat sosok  tersebut sambil rambutnya dielus dengan lembut.

"Tae..."Jeongyeon sesengukan dan air matanya kembali tumpah.

Taehyung semakin mempererat dekapannya dan mengusap pungung Jeongyeon. Hatinya hancur melihat gadis itu sesungukan dan tampak berantakan. "Gwencanha, aku disini."

~~~

Taehyung melirik jam tangannya, lalu memandang pintu ruang 03 dengan cemas. Ia sudah tidak sabaran menunggu kedua teman Jeongyeon keluar dari ruangan tersebut. Baginya, kejadian semalam yang menimpa Jeongyeon membuat emosinya bergejolak.

"Kenapa kalian membiarkan Jeongyeon pulang sendirian kemarin malam?" tanya Taehyung begitu melihat sosok yang dicarinya.

Nayeon dan Jihyo yang baru saja keluar dari kelas saling berpandangan bingung. "Maksudmu apa, Taehyung Sunbae?" Jihyo balik bertanya karena tidak mengerti arah pembicaraan senior sekaligus suami sahabatnya itu.

Taehyung menghembuskan napasnya kasar. "Aku sedang tidak ingin bercanda. Jadi, tolong jawab secepatnya. Kenapa kalian meninggalkannya?"

"Mwo?! Sunbae pikir kami sekarang sedang bercanda? Kami tidak ada meninggalkan siapa-siapa." Nayeon menjawab dengan nada seketus mungkin.

"Sebenarnya ada apa, Sunbaenim? Jeongyeon tidak bersama kami kemarin malam." ucap Jihyo berusaha membantu Taehyung yang kelihatan putus asa.

Alis taehyung terangkat. "Lalu, siapa yang ditemui Jeongyeon kemarin malam?"

"Setahuku, Jeongyeon menemui Hana Sunbaenim karena diminta oleh Sunbae itu." sahut Jihyo lagi. "Wae? Apa Jeongyeon sedang tidak baik-baik saja, Sunbaenim? Kenapa ia tidak masuk kelas hari ini dan ponselnya tidak aktif sejak kemarin malam?"

Taehyung melangkahkan kakinya menjauhi kedua gadis itu. Pertanyaan-pertanyaan mereka tidak dihiraukan oleh Taehyung yang membuat kedua gadis itu kembali bertanya-tanya.

Nayeon memutar kedua bola matanya dan mengumpat begitu Taehyung pergi dari hadapan mereka. "Dasar sialan. Kenapa Jeongyeon bisa menyukai orang seperti dia?" keluh Nayeon lagi. "Dan kenapa gadis itu tidak membalas pesan dariku?! Mereka berdua sama-sama menyebalkan!"

Jihyo mencoba bersabar menghadapi sikap Nayeon yang mengomel tidak jelas lalu kemudian meninggalkannya sendirian.

~~~

"Kenapa kau meninggalkannya malam itu?"

Hana berpikir sejenak kemudian tertawa kecil. "Ah, maksudmu Jeongyeon?"

Taehyung mendecakkan lidahnya. Gadis dihadapannya, Lee Hana, benar-benar membuatnya muak. Sejak awal semester sampai dengan hari ini, gadis itu tidak berhenti mengganggu kehidupannya. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali ia menolak ajakan gadis itu, tetapi tetap saja gadis itu tidak pernah berhenti bahkan semakin menjadi-jadi.

"Jangan mengganggunya."

"Kenapa? Kau takut aku melukainya?" Hana tersenyum manis –bagi Taehyung itu menjijikkan– sambil menatap lelaki yang dipujanya penuh cinta.

Taehyung memejamkan mata, menarik napas panjang, dan menghembuskannya perlahan. "Geumanhae. Kau semakin membuatku muak."

"Yak, Kim Taehyung!" Hana menatapnya tajam. "Kau akan menyesal karena lebih memilih gadis norak itu."

~~~

Terimakasih sudah support Fanfic JeongTae ini...

Jangan lupa Vote dan Comment:))

I Fancy You^^

See You In The Next Chapter...

Our SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang