Bab 4 : Aku Rindu 3000

479 28 3
                                    

Dalam buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, ada sebuah kutipan mengatakan "di eropa, setinggi-tingginya pendidikan orang, kalau tidak mengenal sastra adalah biadab."

~•●•~

SMK Gantara adalah salah satu sekolah swasta ternama di Yogyakarta. Beberapa murid di sekolah ini terbilang bisa berbicara banyak di kancah nasional, terutama di bidang akademy kejuruan. Prestasi terbarunya adalah juara 2 Lomba LKS Akuntansi se-provinsi D.I. Yogyakarta. Sebuah prestasi membanggakan untuk ukuran sekolah swasta.
Sayangnya itu hanya untuk beberapa murid yang terbilang cerdas, sisanya adalah murid-murid yang dianggap biasa saja, bodoh, pemalas, dan pembangkang. Terkhusus untuk jurusan TKR dan TSM, 80% dari mereka adalah para pemalas yang sering pulang lebih awal malalui pagar pembatas sekolah, dengan sepuntung rokok di jari-jemarinya.
Salah satu hal terburuk dari mereka adalah merokok di WC sekolah dengan dalih BAB, padahal mata pelajaran sedang berlangsung.

Hal buruk semacam ini adalah budaya yang terus menurun dari tahun ke tahun. Di sekolah mana pun akan selalu ada orang-orang pemalas, pembangkang, perusak, dan hal buruk lainnya yang sering kita jumpai di lingkup kehidupan. Terlebih di sekolah swasta yang notabennya tidak terikat dengan pemerintah.

Mari baralih, sekarang aku akan membicarakan tentang diriku dan jurusan yang aku ambil di sekolah ini.

Jujur saja, aku tidak pernah berkeinginan untuk masuk SMK, apalagi berkepikiran untuk masuk jurusan akuntansi, sama sekali tidak. Ini adalah desakkan ayahku. Ayahku mendesak diriku untuk mengambil jurusan akuntansi, katanya prospek kerjanya bagus dan jika ingin melanjutkan kuliah juga bisa. Padahal sedari SMP, aku berkenginan untuk mengambil jurusan bahasa, tapi ayah bersikeras agar aku masuk jurusan akuntansi. Selain itu, SMA Swasta di lingkungan sekitar juga jarang yang yang menyediakan jurusan bahasa, sedangkan untuk masuk ke SMA Negeri, tentu saja nilai ijazahku tidak memenuhi syarat. Akhirnya aku turuti desakan ayah dengan mengambil jurusan akuntansi yang saat itu sama sekali belum ku ketahui seluk beluknya.

Lalu kenapa aku memilih SMK Gantara? Alasannya hanya satu; sekolah ini tidak menggunakan sistem Full Day School, sehingga murid-murid disini memiliki waktu yang lebih longgar daripada murid-murid dari sekolah lain. Aku kira itu lebih baik, daripada harus menghabiskan waktu di sekolah dengan metode pembelajaran yang membosankan. Apalagi jika bakat kita tidak ada di bidang akademy, akan sangat merugi bila harus sekolah dengan sistem Full Day School, selain menghambat perkembangan bakat, kita juga akan merasa jenuh.

Aku sempat berpikir, sekolah ini akan lebih manusiawi untukku. Memang betul, tapi entah kenapa aku merasa kacau. Akuntansi membuat semuanya suram. Sudah hampir 3 semester aku mempelajari akuntansi, yang kudapat hanyalah pening kepala, emosi, kebodohan, dan hinaan dari murid lain. Rasanya sudah muak dengan nominal-nominal berjuta angka, lembar-lembar kerja, kolom-kolom jurnal, dan mulut-mulut busuk itu. Persetan dengan mereka! Aku pernah sekali membakar soal akuntansi, dan itu sangat melegakan, suatu hari akan kulakukan lagi.

Maka, untuk saat ini aku benar-benar tak punya target pasti terhadap mapel akuntansi. Aku tidak ada gambaran untuk melanjutkan study dengan jurusan ini. Persetan dengannya!

Lihatlah, di saat murid lain mengerjakan jurnal keuangan, aku justru sibuk menulis jurnal-jurnal puisi. Ini sering kulakikam katika meresa begitu jenuh berada di kelas.

Kurasa lebih baik seperti itu, lebih baik memikirkan lomba berpuisi yang akan kuikuti sore nanti, dari pada mengerjakan lembar-lembar kerja ini. Lagi pula, kemungkinan besar masa depanku akan lebih cerah jika menekuni bakat sastraku.

"Heh." Hebi menepuk pundakku.

"Kenapa?"

Ia menatapku heran. "Kenapa palah nulis puisi?"

Suara Anak BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang