Semenjak aku blak-blakan mengatakan tak mempunyai perasaan apapun kepada Mayang, sejak itu juga aku tak pernah berhubungan lagi dengannya. Dia -Mayang- juga tak pernah mengabariku, aku juga merasa tak enak memulai perbincangan karena sikapku di Lokal Resto. Sungguh aku merasa bersalah, tapi mau dikata apa lagi. Mau dipendam pun lama-lama akan tercium juga.
Sebulan kemudian, Bang Benny mengundurkan diri sebagai karyawan Hebi. Ia dan keluarganya akan pindah ke Jakarta untuk memulai usaha baru. Karena itu, Hebi sibuk keliling kota mencari pengganti Benny. Dia mencari seseorang yang mahir memasak menu-menu makanan di rumah makannya.
Seminggu kemudian, datanglah pengganti Benny. Kau tau siapa? Dia adalah Mayang. Ahh.... mau bagaimana lagi? Aku ripuh menyembunyikan wajahku yang terlanjur malu di hadapan Mayang.
"Ahhh kalian memang berjodoh, kebetulan sekali aku menemukan pangganti Benny yang pas," ujar Hebi sembari cengar-cengir. "Kalau gini kan Arfan tambah semangat kerjanya."
Aku dan Mayang hanya diam saling memandang. Kami mengawali perjumpaan dengan wajah masam. Mayang sama sekali tak menampilkan wajah ramah di hadapanku.
"Hey hey!" Hebi melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. "Tersenyumlah. Biasanya kalau ada teman bertemu setelah lama nggak ketemu pasti tersenyum sambil menjabat tangan."
Kami masih saja diam. Aku kembali menyibukan diri dengan memasukan pesanan makanan ke dalam box.
"Ahhh unik sekali! Mungkin ini cara kalian saling menyapa. Mungkin pake telepati ya? Pake batin." Hebi terkekeh. "Ah terserah kalian, mari bekerja." Ia kemudian pergi ke dapur.
3 minggu kemudian.
Setelah berminggu-minggu bekerja bersama Mayang, rasanya sudah seperti semula ketika kami berdua berteman. Kami menjalin pertemanan yang baik, bahkan tiap hari obrolan kami semakin intens. Dia bilang lebih nyaman ngobrol denganku, katanya aku adalah pendengar yang baik.
Dia pernah berkata bahwa dirinya menyukai laki-laki pekerja keras seperti Hebi. Ahh barangkali Mayang sudah mulai menyukai Hebi secara diam-diam.
***
5 bulan menjadi seorang Youtuber, aku sudah mendapatkan penghasilan lumayan dari hasil mengupload vidio di youtube. Aku sudah mempunyai 50ribu subscriber dan cukup dikenali oleh masyarakat kota Yogyakarta yang sering menonton kontenku.
Karena itu, aku memberanikan diri untuk mengirimkan kembali naskah novel yang sudah tiga kali ditolak kepada penerbit melalui e-mail.
Kali ini dalam hitungan minggu pihak penerbit langsung mengkonfirmasi. Pihak redaksi membalas surelku, dan aku kembali tersenyum pahit karena lagi-lagi novelku mendapat penolakan. Katanya, "Novel anda miskin diksi, penerbit kami lebih memprioritaskan kualitas bukan popularitas dari penulis," begitu inti dari surel penolakan dari redaksi penerbitan. Begitu menyakitkan ketika membacanya, seakan-akan karyaku ini tidak berkualitas sama sekali. Tapi aku legawa, mungkin memang masih belum rejeki, akan aku coba lagi dengan cara lain, sebab popularitas memang tidak menjamin naskahku ini akan diterima.
#bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Anak Bodoh
General FictionSeorang anak remaja bernama Arfan bercita-cita menjadi seorang penulis. Namun dalam kehidupannya ia mengalami banyak masalah; kegagalan cinta, ketidak sukaannya pada sistem pendidikan di Indonesia, dan orang tuanya tidak mendukung dirinya menjadi se...