Epilog

311 32 12
                                    


Aku mungkin terlalu fokus mengejar mimpiku, sampai lupa mempelajari tentang wanita, sampai lupa bahwa menjadi Single adalah kepedihan untuk semua manusia, apalagi pada usia yang sudah tak muda lagi.

~•●•~

3 bulan lalu, aku telah mengirimkan naskah novelku yang sudah kurevisi jauh-jauh hari. Kebetulan naskah itu kukirimkan kapada rumah penerbit Qupedia, tempat Satrio bekerja. Aku berharap ini yang pertama kali aku mendapat kabar baik dari pihak redaksi.

Beberapa hari kemudian, Satrio datang ke kontrakanku. Ia menjabat tanganku di garis pintu ketika pertama kali bertatap muka setelah hampir 2 tahun tak bertemu.

"Apa kabar?" tanyaku.

"Baik," jawabnya. "Kamu?"

"Ya baik sekali," jawabku.

"Ayo duduk di dalam," tawarku

Satrio kemudian duduk di ruang tamu. Sedangkan aku pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

2 menit kemudian aku kembali membawakan secangkir teh hangat untuk Satrio. "Gimana pekerjaanmu?" tanyaku sembari memposisikan tempat dudukku.

"Alhamdulillah Lancar," jawabnya dengan senyuman yang ramah. "Kamu masih manggung di pentas-pentas sastra?"

"Kadang-kadang masih kalau ada undangan."

"Ouhh," gumamnya, lalu menyeruput teh hangat itu. "Aku ingin memberi kabar baik untukmu," ujarnya lagi.

"Apa?"

"Naskahmu akan kami terima untuk diterbitkan."

"Serius?" tanyaku sembari mengernyitkan dahi. Barangkali aku salah dengar.

"Serius," jawab Satrio. "Kami akan melakukan pencetakan bulan depan."

Aku hanya bergeming bahagia. Tidak ada kata-kata yang bisa kuucapkan lagi.

Rasanya seperti menunggu sesuatu yang telah lama dinanti-nanti, dan hari ini akhirnya telah datang untukku tentang kabar yang begitu menggembirakan. Sesungguhnya aku telah lama menunggu hari ini dan hari-hari berikutnya ketika aku sudah menjadi seorang penulis hebat. Akhirnya kerja keras dan penantianku terbayar juga.

20 Oktober 2024.

Novel pertamaku akhirnya dirilis. Aku dan pihak penerbit mulai melakukan aktifitas promosi melalui media sosial dan di acara-acara seminar.

Novel pertamaku yang berjudul 'Suara Anak Bodoh' ini sebenarnya memfokuskan diri pada pandangan tokoh utama remaja tentang kehidupan, pendidikan, cinta, dan apa yang dia pikirkan. Ini bukanlah novel teenlit yang sudah pasti digemari remaja, ini adalah sepenggal cerita mengenai pandangan seorang remaja yang dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar. Meski begitu, si tokoh utama harus tetap hidup untuk menggapai cita-citanya.

Aku sangat bersyukur karena novel dengan premis sederhana ini mendapat sambutan hangat dari pembaca. Selama satu bulan sejak dirilisnya novel pertamaku ini, total yang sudah terjual berkisar 700 eksemplar. Sebuah pencapaian yang berada di luar ekspektasiku.

Banyak juga reviewer novel yang memberikan penilaian positif terhadap novel pertamaku, mereka menyukai pendangan hidup si tokoh utama dan dramatisasi kehidupan si tokoh yang semula di pandang sebelah mata menjadi orang terpandang di masyarakat. Meski begitu, aku harus lebih memperkaya diksi lagi agar pembaca lebih menikmati karyaku.

Meju satu tahun ke depan, Oktober 2025.

Novelku yang berjudul 'Suara Anak Bodoh' menjadi best seller, total yang sudah terjual berkisar 70.000 eksemplar. Hal itu menarik sebuah rumah produksi film yang menginginkannya untuk mengadaptasi bukuku ke layar lebar, dan dengan senang hati kuterima tawaran itu sebab itu juga salah satu mimpiku sejak dulu. Menyaksikan sebuah film adaptasi dari buah pemikiranku adalah kebanggan tersendiri untukku, apalagi jika filmnya disukai banyak orang.

Pada hari-hari berikutnya, aku masih terus berkarya dan mengembangkan sayap ke dunia perfilman dengan menjadi penulis skenario. Beberapa buku-buku karyaku setelah 'Suara Anak Bodoh' juga berhasil menjadi Best Seller dan berhasil diangkat ke layar lebar.

Pada hari-hari berikutnya benar-benar tak terasa, aku telah menjadi manusia dengan lekukan senyum di wajah. Kerja kerasku telah membuahkan hasil, Allah SWT mengabulkan do'aku bahkan melebihi dari apa yang kuinginkan. Dan kini pandangan orang sudah tertuju padaku, tak ada lagi tatapan-tatapan skeptis dari mereka.

Semua telah terjawab, aku terlahir untuk hal menyenangkan ini, aku diberi kehidupan yang berat untuk hal yang menyenangkan ini. Menjadi apa yang manusia inginkan adalah hal yang menyenangkan. Menjadi manusia pekerja keras akan membuahkan hasil yang menyenangkan ini.

Hanya satu yang belum terjawab, dengan siapa aku akan menikmati hasil kerja kerasku ini? Berapa lama lagi aku akan menjadi pecundang cinta? Kesuksesan telah menghampiriku, tapi tak adanya teman hidup ibarat  air putih yang meredakan haus tapi terasa hambar, iya rasanya sangat hambar.

Aku mungkin terlalu fokus mengejar mimpiku, sampai lupa mempelajari tentang wanita, sampai lupa bahwa menjadi Single adalah kepedihan untuk semua manusia, apalagi pada usia yang sudah tak muda lagi.

Sejujurnya, ini bukan waktunya untuk mempelajari seorang wanita, masa itu sudah terlewatkan, masa itu sudah kadaluarsa, tak ada waktu lagi untuk itu. Cari saja yang mau, dan kuharap kesuksesanku ini bisa mendekatkanku kepada seseorang yang sudah ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidupku.

######
Terimakasih buat teman-teman yang sudah membaca dari awal sampai akhir. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.
Sekali lagi, Terimakasih.










Suara Anak BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang