Bab 21 : Yang Merindukanku

125 17 1
                                    

Hari ketika bertemu Hebi di bandara, hari itu juga aku resmi menjadi salah satu karyawan Hebi. Aku bertugas mengantar-ngantarkan makanan kepada pelanggan yang memesan makanan secara online. Sembari itu juga aku membuat sebuah channel youtube. Kontennya tak menentu, terkadang vidio Hebi yang sedang memasak pun kuunggah ke youtube untuk menambah konten di channelku meski berakhir dengan hasil dislike oleh banyak orang. Lagipula aku memang tak berniat jadi youtuber, aku sekedar menuruti saran Lawai.

"Lagi ngapain?" tanya bang Benny -salah satu karyawan Hebi- ketika aku merekam dirinya sedang memasak.

"Membuat konten youtube," ujarku sembari cengar-cengir memegang kamera.

"Kalau mau bikin konten youtube bilang-bilang dulu, nanti keberi tahu caranya."

"Memangnya abang berpengalaman?" tanyaku dengan tatapan skeptis.

"Aku punya teman. Dia menjadi penulis konten kreator salah satu Yautuber ternama," katanya senyum-senyum.

"Youtuber siapa?"

"Lupa."

Setelah Benny selesai memasak, ia mengajakku duduk di ruang masak. Ia membuatkan segelas teh untukku.

"Kalau kontenmu mau banyak disukai orang, kamu harus konsisten membuat konten. Misal kalau kontenmu tentang sepakbola, buatlah konten yang berbau sepakbola, jangan yang lain. Itu namanya konsisten," ujar Benny.

Aku menyeruput tehku. "Jadi baiknya aku bikin konten seperti apa?"

Benny menggerak-gerakan bola matanya, lalu mengelus dahinya. Ia sedang berfikir. "Kamu suka baca buku?"

Aku mengangguk. "Ya buku novel, dan beberapa buku pengembangan diri."

"Buatlah konten pengetahuan buku-buku yang kamu baca, misal; vidio konspirasi, vidio pengetahuan sejarah, vidio fakta-fakta di dunia, atau kamu bisa membuat vidio review buku yang sudah kamu baca."

Aku mangguk-mangguk, lalu tersenyum. "Wah-wah, menarik. Akan kucoba."

Benny menepuk pundakku. "Semoga berhasil."

"Amin," gumamku.

Benny beranjak dari tempatnya, namun tiba-tiba  kembali lagi ke hadapanku. "Eh! Kenapa tiba-tiba ingin jadi youtuber?" Alis kirinya terangkat.

Aku tertawa lirih. "Ini strategi agar aku bisa jadi penulis," ujarku. "Semakin banyak yang mengenal diriku, naskahku nanti akan semakin mendapat perhatian dari penerbit."

Benny mengernyitkan dahi. "Jadi ingin jadi penulis atau youtuber?"

Aku tertawa. "Dua-duanya."

Benny beranjak lagi dari tempatnya. Lalu kembali mengelus wajannya. "Dasar Manusia!"

Kali ini aku hanya tersenyum-senyum. "Manusia ingin jadi segalanya," ujarku. "Kalau mampu, jadi presiden pun akan kuusahakan," ujarku terkekeh.

***

Hari itu aku pergi mengentarkan pesanan di sekitar Jalan Kabupaten. Aku berhenti di sebuah warung bakso bercat putih. Ini alamat tujuan pemesanan, tidak salah lagi.

Kutilik sebentar warung bakso itu. Seorang perempuan tengah membersihkan kaca warung, rambutnya dikucir kuda, bentuk badannya langsing tinggi, tampak tidak asing. Ia belum menyadari kehadiranku.

"Mba," sapaku.

Perempuan itu masih membelakangiku. "Mau pasan bakso atau mie ayam mas?" tawarnya. Suaranya juga familiar.

Suara Anak BodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang