Saat akan menyalip Alzevin, Reagan terkejut saat seseorang berlari melintangi jalan raya di depannya. Sial.
Ckiittt
Decitan ban motor beradu dengan halusnya aspal di jalanan Kota Berlin. Sekumpulan asap menguar dari knalpot motor dengan corak warna biru yang dikendarai oleh Reagan.
Napasnya tercekat saking kagetnya. Sudah dapat dipastikan, ia kalah balapan dan harus mentraktir sahabat kulkasnya. Tapi, ada yang lebih penting dari sekedar persoalan kalah balapan.
Dadanya bergemuruh menatap seseorang yang nyaris tertabrak olehnya. Tubuhnya terhempas dan tersungkur di trotoar. Tubuh Reagan pun ikut lemas menatap seorang perempuan yang telah jatuh tersungkur.
Pemuda itu melepas helm full face yang membungkus wajah tampannya, tak bergeming. Tubuhnya seolah sulit untuk segera digerakkan. Ia takut, korban mati di tempat. Padahal ia tidak menyentuh sejengkalpun anggota tubuh perempuan itu dengan motornya. Dirinya bahkan baru saja merayakan kelulusannya, apakah dengan ini ia akan berakhir dipenjara? Tapi ketahuilah, ia tipikal orang yang parno-an.
Sebuah ucapan seseorang melintas saat ia berpikir akan kabur. Ditatapnya tubuh seorang wanita yang nyaris tertabrak.
"Jangan jadi pengecut dengan lari dari tanggung jawab," nasihat sang ayah melintas.
"Anak laki-laki itu harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar Reagan. Esok kamu akan menjadi seorang ayah dan suami bagi anak dan istrimu. Kamu harus bisa mempertanggungjawabkan itu dan hal sekecil apapun." Nasihat sang bunda menyusul.
"Astagfirullah maafin Reagan ya Allah." Reagan beristighfar.
Ia memarkirkan motornya dengan jarak beberap meter.
Reagan turun dari motornya. Ia harus memastikan apakah orang itu pingsan atau malah kemungkinan terburuknya 'mati'. Padahal, barusan dia hanya nyaris menyerempetnya. Bahkan sejengkalpun motornya tak menyentuh tubuh orang itu. Hey! Tapi orang itu bisa saja mati kerena kepentok bahu jalan kan?
Reagan berjongkok untuk melihat wajah gadis itu. Rambut berwarna tosca-nya menutup penuh wajah gadis tersebut, membuat Reagan tak bisa melihat wajahnya.
Ia menatap pada betis gadis itu yang tertinggal banyak bercak merah keunguan. Lebam yang begitu ketara di kulit putihnya.
Gadis itu bergerak dan Reagan mencoba membantu berdiri.
"Damn it! Kepala gue."
Gadis itu memijit kepalanya yang terasa nyeri. Ia merasa hari ini adalah hari terburuknya.
Reagan kaget saat cewek itu berucap dengan aksen Indonesianya. Ia jadi berpikir bahwa cewek ini orang Indonesia juga. Rambutnya disibakkan ke belakang menampilkan wajah berantakan sang gadis.
Reagan seolah merasa de javu. Mata hazel-nya membulat sempurna. Tubuhnya kian gemetar. Ia tak bergeming.
"Sial banget perasaan." Cewek itu beralih menatap Reagan yang berdiri mematung menatapnya.
"HEY AVA!" Gadis itu menoleh pada sumber suara.
Diantara dua jalan itu, dua orang berbadan sangar menatapnya nyalang. "Oh sial, tua bangka itu lagi," gumamnya.
"COME BACK. I HAVEN'T DONE WITH YOU LITTLE BITCH!"seru seorang pria botak berjas dan berkacamata hitam.
Kedua orang itu terhalang dua jalan ramai dengan gadis yang dipanggil Ava.
Si gondrong kembali meneriakinya, "Don't move, or you'll die."
Reagan kaget saat pria berperut buncit itu menodongkan pistol ke arah mereka, lebih tepatnya mengarah pada gadis berambut panjang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...