Rayhan bingung harus bertanya tugasnya dengan siapa, ia masih belum terlalu mengenal teman-teman di kelasnya. "Lo Reagan?" tanya Rayhan ketus.
"Eh, iya napa?" tanya Reagan.
Rayhan melirik seseorang di sebelah Reagan. "Kemarin ada tugas kagak?" tanya Rayhan lagi.
"Oh, kemarin! Kayaknya gak ada deh. Eh, ada deh," jawab Reagan plin plan. Membuat Reagan sebal. "Jadi, yang bener yang mana?"
Rayhan merasa jawaban yang diberikan Reagan tak pasti, akhirnya ia memutuskan pergi, dan hal itu membuat Reagan garuk-garuk kepala. "Setdah, emang salah ya? Al, woy! Ngelamun ae dari tadi! Ini gue bener apa nggak?" tanya Reagan ngegas.
Tapi tak ada yang bisa ia harapkan dari sosok kulkas seperti Alzevin kecuali deheman.
Rayhan jengah dengan keadaan kelasnya. Semua sibuk dengan dunianya masing-masing. Begitupun dirinya sendiri. Geovano bersama Arditho dan Ganesha, kemudian Reagan dengan Alzevin. Lalu Rayhan? Ia hanya berkutat dengan pikirannya sendiri.
'Gak ada pilihan lain buat ngejauh dari Oma. Gue cuma mau di sini, bareng Ibu sama Ayah. Ke Fransisco lagi, itu nggak mungkin. Gue gak mau dikekang. Udah kayak hewan di kebun binatang aja gue. Kayaknya milih sekolah di sini udah keputusan terbaik,' batin Rayhan.
Tanpa Rayhan sadari, sebuah tangan hendak menggapai lengannya. Benar saja, Bianca memegang lengan Rayhan manja. "Rayhan .... aku tau kok tugasnya. Mau tau nggak?" goda Bianca, ia bergelayutan di lengan kekar Rayhan.
Rayhan menepis lengannya kasar, "Apasih lo?!"
"Mending gue tanya sama yang lain daripada sama ulat bulu kayak lo!" Rayhan memekik dan membuat semua temannya menoleh ke arahnya.
Bianca malu karena diperlakukan kasar oleh Rayhan dihadapan orang banyak. Ia pergi dengan menghentak-hentakan kakinya.
"Gatel banget jadi cewek!" omel Rayhan.
"Coba deh lo garukin, pasti dia seneng. Ehe," celetuk Reagan.
"Sono lo aja! Gue mah jijik!" tukas Rayhan dengan mimik muka mual.
Tina-tiba, suara dari ambang pintu mengintrupsi kegiatan mereka. "WOY! ADA PENGUMUMAN NIH!" teriak Rendra sang ketua kelas.
"Apaan?" tanya Geovano.
"Halah, paling tugas lagi!" timpal Ardhito.
"Ah, cerewet lu pada! Malah ini kabar baik tau," tutur Rendra. Ia melempar kepalan kertas pada Arditho.
"Bangke!" Ardhito menyerapahi Rendra yang dengan sengaja melempar kertas itu padanya.
"Eh btw, itu kertas isi nya upil aku lho. Hehe," Reagan nyengir tatkala Arditho menatapnya tajam.
Arditho melotot. "Jijik, woy!" Arditho mengelap pelipisnya dengan kaos olahraga Geovano.
"Anjing! Kaos gue!" pekik Geovano.
Alzevin menatap teman-temannya jengah. Sedangkan Rayhan, ia tipe orang yang sulit bergurau dengan orang baru. Ia tidak bisa menempatkan dirinya dengan baik.
"Udah dulu becandanya. Ren, Katanya ada kabar. Buruan!" Rayhan akhirnya mengeluarkan unek-unek nya.
"Jadi ...." Rendra sengaja membuat teman-temannya penasaran.
"Apaan woy!" bentak Geovano.
"Sans Pan! Santuy, okeh?!" Ganesha mengerdipkan sebelah matanya dan mengangkat jempol pada Geovano.
"KITA JAMKOS! ASEK..." Rendra heboh sendiri sedangkan yang lain masih belum mencerna perkataannya barusan.
Sepersekian detik kemudian, semuanya baru sadar dan bersorak ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...