Kesepakatan personel Asgar dengan Nopan mulai membentuk formasi baru. Asgar inti tetap ditempati oleh Raga dan ketujuh sahabatnya sementara Nopan dan anggota yang lain adalah pelengkap dari nama geng Asgar. Sekelompok remaja belasan tahun dengan berbagai karakter yang lebih mengutamakan rasa solidaritas.
Raga, tetap menempati posisi sebagai ketua sedang Reagan menjadi wakilnya. Lalu Aksa menduduki posisi sebagai panglima, Alzevin sebagai penasihat, dan Ardhito yang nggak pernah bisa serius malah minta solusi ke Alzevin tentang bagaimana cara menyebutkan huruf M dengan mulut terbuka. Otomatis Alzevin mendengkus, ditertawai personel Asgar yang lain.
“Gue curiga otak lo ketinggalan di perut Umi,” celetuk Reagan yang disetujui teman-temannya melalui anggukan, kecuali Alzevin.
Ardhito menyanggah, “Otak gue dipinjem Bang Arkan. Tahulah abang gue satu itu; nggak ada otak, nggak akhlak.”
“Kayak?”
“Raga!” Ardhito tertawa heboh, dihadiahi Raga berupa pelototan tajam, tapi bukannya diem, tu cowok malah cengengesan.
Geovano mengompori. “Minta disate tu, Ga!”
“Tumben, lo minta dibeliin sate? Biasanya lo tukang traktir,” sahut Ganesha, sambil membenahi letak kacamatanya yang agak merosot. Disambut Ardhito lewat pelukan penuh rasa terima kasih. Praktis Ganesha mencebik lalu didorongnya Ardhito menjauh. “Korona!”
“Dah cuci tangan, cuci kaki, cuci otak sekalian malah.” Ardhito nyengir.
Lagi-lagi, temannya tergelak.
Sementara Ganesha yang masih belum mendapat jawaban dari Geovano kembali bertanya, tapi dengan cepat diinterupsi oleh Aksa. “Berhubung nama Asgar mulai dikenal, kita adain party kuy!”
Tidak butuh waktu lama, ajakannya itu disepakati personel Asgar yang lain. Memang seharusnya mereka belajar mengakrabkan diri, karena biar pun beda sekolah, tapi para remaja belasan tahun ini sudah sepakat untuk berdiri di balik nama Asgar. Yang artinya mereka memiliki kewajiban untuk menjaga nama baik Asgar di manapun dan kapan pun. Sekarang Asgar adalah rumah mereka selain keluarga, juga sandaran terbaik setelah sujud mereka di sepertiga malam tentunya.
Hingga tiba momen yang ditunggu, di mana-mana seluruh anggota Asgar berkumpul. Mereka terlihat antusias, beberapa cewek—baik pengikut Asgar inti maupun bukan—tampak andil menyemarakkan jalannya pesta.
Nopan hadir bersama teman-teman yang lain, mendekati personel Asgar inti lalu ber-tos ala anak laki-laki. Kubu cewek yang sedari tadi susah berkedip kontan memekik histeris, diabaikan para cowok, kecuali Ardhito yang mulai tebar pesona.
“Inget Shilla!” bisik Rayhan, tajam. Bergegas Ardhito mengubah mimik wajahnya lalu pura-pura mengangkat telepon dan berjalan menjauh. “Iya, My Love. Mamas Dhito mah orangnya setia.”
Beberapa orang di sekitarnya melongo sedang Alzevin yang berdiri sebelah Reagan tampak mengedikkan dagu, bertanya; tu alien kenapa?
Dijawab Aksa, “Obatnya abis.”“Dhito sakit?” pekik Ganesha, kaget. Lalu detik berikutnya muncul gurat cemas di sekitar wajahnya, sebelum cowok yang membingkai matanya dengan tesmak itu bergerak mendekati Ardhito. “Dhit—”
“Hm?” Ardhito menoleh.
Ganesha terlihat panik. “Lo sakit?”
“Iya, hati akoh. Ditikung Alze-tan.”
Anak-anak Asgar yang lain tertawa. Ganesha emang selemot itu, dan dia juga tipe orang yang mudah khawatir. Hal yang bikin teman-temannya jadi tertarik untuk menjailinya lalu memakai Ardhito—si tukang drama sebagai pelengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...