Reagan menutup bagasi mobil Mercedes-Benz miliknya, memasukkan belanjaan yang lumayan banyak. Selain Alzevin yang gila helm dan motor, Reagan ini gila tupperware dan mobil-mobil mahal. Namun, mobil-mobilnya hanya menjadi pajangan semata. Holang kaya bebas kan?
Reagan memutar tubuh ke samping kanan, ia berjingkat saat kedatangan Rayhan yang seperti jailangkung. Tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya.
"Astagfirullah, jailangkung. Eh ...." Reagan menutup mulutnya saat sadar orang yang ia sebut jailangkung adalah Rayhan. Bisa-bisa ia tidak mendapat contekan Fisika ulangan besok.
Rayhan terlihat menjinjing kresek yang Reagan yakin berisi buku pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Orang seperti Rayhan pasti akan masuk kelas MIPA di penjurusan akhir semester nanti.
Reagan menyampaikan permintaan maafnya. "Sorry Ray, gue kira tadi siapa." Cowok itu cengengesan sembari menggaruk tengkuk yang sebenarnya tidak gatal.
Rayhan memaklumi, sahabatnya itu akan mengumpatkan nama-nama setan jika kaget. Jadi ia tak heran lagi.
"Ngapain lo?" tanya Rayhan konyol.
"Lo pikir ngapain gue di supermarket, ngelapin kaca?" tanya Reagan sambil berkacak pinggang. Persis seperti emak-emak yang tengah mengomel.
"Itu kebiasaan lo pas libur kan?"
"Tipe suami idaman kan?" Raut wajah Reagan berubah berbinar dengan menaik-turunkan alis tebalnya. Rayhan mendengkus.
"Ngelapin kaca rumah dengan make jas hujan, helm, sepatu boots lengkap sama sarung tangan? Tetangga bakal ngira lo sinting." Pernyataan Rayhan membuat Reagan jengah dan memilih bersandar pada badan mobilnya.
Pun jika dilihat dari pagar rumah, yang pertama kali mereka lihat adalah halaman luas dengan taburan berbagai macam tanaman hias, mana mungkin tetangga lihat. Rayhan ini pinter-pinter tapi kadang nggak ngotak. Sayang kan?
"Cerewet kaya Alze, pedes kaya si Aksa," balasnya.
"Lo kan calon anak IPA masa nggak tau sih seberapa banyak kuman dan bakteri yang nempel di kaca bakal pindah ke tubuh kita kalau nggak pake pelindung diri?" lanjutnya lagi. Rayhan hanya bergumam, hampir mirip Alzevin hingga Reagan gemas sendiri.
"Ya udah gue mau balik, belanjaan udah ditungguin bunda nih. Mau mampir?" tawar Reagan.
"Gue emang mau ke rumah lo," ungkap Rayhan.
"Rumah paling adem emang rumah gue," ujarnya bangga. Yah, Rayhan termasuk anak-anak Asgar yang lain menyetujui itu. Nyatanya rumah Reagan yang paling nyaman.
"Tapi kalau mau nyari keripik kentang dan sejenisnya, ke rumah Opan aja. Di sana banyak micin, di rumah gue mana ada." Reagan terbahak sendiri.
"Micin diayonin. Tapi nggak bahaya kok, asal nggak dimakan sama bungkusnya." Rayhan melemparkan pandangannya pada Reagan yang juga tengah memandangnya. Kedua cowok berparas tampan itu sontak terbahak.
Motor Rayhan mengiring mobil Reagan yang berada di depannya.
Jarak supermarket dengan perumahan Reagan memang cukup banyak memakan waktu.
Rayhan mengerem motornya secara mendadak karena Reagan yang berada di depannya berhenti secara tiba-tiba. Otaknya langsung membuat dugaan. Antara mobil mogok dan ada yang menghalangi perjalanan mereka, mana yang kira-kira benar? Namun, agaknya opsi nomor satu tidak berlaku.
Reagan membanting pintu mobilnya keluar membuat Rayhan ikut melepaskan helm dan melompat turun. Cowok bertubuh tinggi itu langsung sigap berdiri di samping Reagan saat cowok berdarah Jerman itu mengisyaratkan tangannya agar Rayhan segera maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...