Perang

1.8K 212 24
                                    

Jangan biarkan lapak ASGAR sepi kek hatiku dong:(
Ayook hujani part ini dg komen yang bejibun

~~~~~

Kali ini, malam benar-benar menusuk di kulit Alzevin. Rasanya sakit melihat Reagan harus berbaring di atas ranjang putih dalam bangsal ini. Semua kejadian terasa menyakitkan, padahal, Reagan masih bisa tertawa dan bercanda. Apa mungkin dirinya berlebihan?

Cowok itu menghela napas. Memikirkan seseorang dalam benaknya. Semua gosip-gosip rendahan itu membuatnya kesulitan. Ia menyalakan ponsel. Sebuah pesan mendarat di benda pipih yang saat ini ia pegang.

Alzevin membacanya sambil meremas ponselnya. Ia menatap lagi ke langit. Menghela napas lagi. Ia tidak boleh emosi seperti yang lain, kalau semuanya berpikiran kalut, siapa yang akan menjernihkan mereka?

Cowok itu kembali masuk ke dalam ruang rawat Reagan. Duduk di atas sofa. Ia menatap sekeliling, Geovano, Raga dan Aksa telah tertidur. Sisanya pulang, mereka akan bertemu esok pagi di sekolah. Dan di sinilah masalah Alzevin. Ia tidak akan bisa tidur. "Al," panggil Reagan lirih. Si empunya nama segera menghampiri, "apa?" Ia duduk di kursi samping ranjang Reagan.

"Gue tau kenapa lo marah waktu Lambe Menyor bikin hoax antara lo sama Bra. Pasti karena cewek itu, kan?" Reagan menyikut Alzevin. Cowok itu tetap memesang raut datar. "Sok tau."

Reagan cengengesan sendiri. "Cie ... cie. Kasih tau dong orangnya, jangan diem aja." Oke, Reagan semakin menjadi-jadi gilanya. Alzevin menuju sofa lagi. Menutup matanya rapat-rapat di sebelah Geovano yang sudah menjelajah dunia mimpinya.

"Padahal gue tau nama instagramnya, tadinya sih niat mau ngasih tau, eh, tapi--"

"Reagan!"

Reagan tertawa. Seolah lukanya tak menimbulkan efek apa-apa. Alzevin kini menutup wajahnya menggunakan jaket yang ia pegang. Malas dilihat oleh Reagan. "Mau gue pintain kontaknya nggak?" goda Reagan lagi.

Alzevin kesal, ia keluar kamar rawat Reagan. Si penggoda malah terbahak heboh, menyebabkan dua orang di sana terbangun. Tentunya Aksa dan Geovano. Raga tidak mungkin terbangun semudah itu. "Eh, kenapa, Gan?"

"Barusan liat anak bebek, mukanya merah."

~~~~~

Delapan cowok tampan itu sedang bercanda tawa di tengah kantin. Sampai tiba-tiba, sebuah gelas berisi es teh manis nyangkut di kepala Ardhito. "Ih anjir, apaan nih?"

Raga sontak menggebrak meja. "Siapa yang lempar?!"

Salah satu anak dari kelas 12 berdiri. "Nggak usah sok jagoan, mandi wajib aja dulu. Abis digrepe-grepe, eh ngamar sama cewek."

Seluruh kantin terbahak mendengarnya. Beberapa anak perempuan melemparkan tatapan jijik. Raga yang sudah ingin maju, langsung ditahan oleh Aksa. "Kita ke Bu Kokom aja," usul Reagan. Iya, Reagan. Anak itu memang susah dibilangin. Masih memiliki luka seperti itu, terus saja kekeh mau berangkat sekolah.

Saat hampir sampai di warung Bu Kokom, segerombol orang datang dari arah pintu belakang. Raga langsung maju paling depan, bak, tidak ingin ada satupun temannya yang tersentuh. "Reagan sama Rayhan cabut dulu," titahnya.

Tentu saja seorang Reagan Samuel Edd dan Rayhan Arsya tidak akan nurut semudah itu. Mereka justru menghambur ke sayap kanan dan kiri Raga. "Mana mungkin kami biarin elang terbang tanpa sayap?"

Geovano dan Aksa ikut berbaris di sebelah kiri Rayhan. Juga Ardhito dan Ganesha yang mengambil posisi di sebelah kanan Reagan. Merasa ada yang kurang, serentak, ketujuh orang itu menatap ke balakang. Alzevin tengah lari menjauhi mereka.

Asgar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang