Balasan Setimpal

2.5K 301 47
                                    

"Ray!" panggil Geovano.

Rayhan mendongak, dahinya mengkerut bingung. "Apa?"

"Lo pinter, kan? Jenius?" tanya Geovano beruntut.

"Iya, urat kebahagian lo juga udah putus kan sangking pinternya. Iyakan, Dhit?" timpal Ganesha polos kemudian mendapat tatapan tajam dari Arditho.

Arditho dan Geovano langsung menatap Ganesha. "Ih kamu, mulutnya gak bisa dijaga banget deh!" Ardhito menyentil mulut Ganesha.

"Ck, kalian mau apa sih?! Cukup guru aja yang menghambat belajar gue. Ngerti?!" tegas Rayhan. Ia kembali melanjutkan kegiatan belajarnya, menganggap tiga manusia yang mendatanginya hanyalah angin.

"Eh gak gitu Ray! Gue serius. Gue, Ardhito, dan Ganesha lagi butuh bantuan lo!" seru Geovano.

Rayhan masih bingung dengan penuturan Geovano, dan mencoba serius dengan percakapannya. "Minta tolong apa?"

"Lo tau, kan masalah Aksa sama Raga? Gue tau lo diem-diem merhatiin kita semua," terka Geovano.

Rayhan benar-benar memfokuskan pandangannya ke arah ketiga cowok itu."Iya gue tau, kenapa?" ketus Rayhan.

"Gue mau lo bantuin kita, supaya Aksa sama Raga baikan, lo tau lah penyebabnya, cewek." Geovano menjelaskan dengan tenang.

Arditho langsung menyambar. "Iya. Kita-kita tau, pasti pemikiran lo lebih luas, dan lo bisa mecahin masalah ini dengan tangan bersih. Jadi, mereka berdua gak perlu tuh berantem lagi."

"Hooh, bener. Gue liat si Aksa sama Raga tiap kali ketemu bawaannya pengen saling bunuh tau nggak! Gue aja ngeri." Ganesha bergidik ngeri. Sedangkan Ardhito dan Geovano mengangguk mengiakan.

Rayhan berpikir sejenak. Tangannya ia taruh di dagu. "Harus ada cara buat nyadarin mereka kalo si cewek cuma mau main-main. Cuma mau diperebutkan sama cowok-cowok tajir plus ganteng kayak mereka. Gue paham tipe cewek macem dia," ucap Rayhan memberi ide.

"Diem-diem lu juga paham sama cewek ya? Hihi, cocok nih buat tempat curhat yang lagi patah hati. Hahahaha," ceplos Ardhito yang kemudian mendapat toyoran dari Geovano.

Dasar temen somplak. "Bisa serius dulu nggak sih, Dhit!" Geovano geram dengan sikap Ardhito.

"Iya deh sorry." Ardhito meminta maaf pada yang lain.

"Lanjut, Ray!" titah Geovano.

"Setelah gue pikir, kayaknya kita butuh orang yang bisa mancing sifat asli Brasilia. Cowok yang tajir, dan tampang gampang dibegoin?" tanya Rayhan serius.

"Emm, siapa ya?" ujar Ganesha bingung, dan mengusap-usap dagunya.

Beberapa detik kemudian, trio manusia somplak itu saling bertatapan. "Alzevin!"

"Kompak bener," untuk pertama kalinya Rayhan tersenyum di hadapan mereka bertiga.

Gue juga mikir Alzevin yang cocok. Rey membatin.

"Wait, kalian kenal Alzevin?" tanya Geovano heran. Rasanya, kedua temannya belum pernah berkenalan dengan Alzevin.

Arditho dan Ganesha terkekeh geli. "Kenal dong. Dia tuh behh, waktu MOS, pas Babang Geovano nggak masuk. Gue sama Ganesh yang miskin ini nggak bisa pulang. Eh dipesenin taxi online sama dia, dibayar pake OPO lagi. Baik banget. Tapi, ya gitu, dingin."

Ganesha mengangguk. "Bener. Kan, sifat Alzevin dingin. Kalo ngedektin Brasilia, pasti tuh cewek ngerasa spesial dong?"

Rayhan, Geovano dan Arditho bertatapan. "Anjrit, otak lo kepake, Ganesh. Bangga gue sama lo!" Arditho berseru heboh, sementara Geovano menarik Rayhan untuk keluar dan menemui Alzevin. Akan lama jika menunggu dua orang somplak itu.

Rayhan tiba-tiba berhenti. Sontak, Geovano dan dua orang di belakang yang sudah mengikuti mereka ikut terhenti. "Emanganya si Kulkas bakal mau?"

Geovano menggaruk kepalanya. "Eh iya, bener juga, jir."

Arditho ikutan mikir. "Iya sih, coba tanya aja dulu."

Mereka bergegas menuju kelas, ingin cepat-cepat menyelesaikan misinya. Sesampainya di kelas, Trio Somplak dan Rayhan berjalan ke arah Alzevin. Mereka mencari duduk terdekat dengan Alzevin yang tengah membaca buku dan Rayhan menghadap si kulkas itu.

Alzevin hanya diam. Seakan tak menyadari ada orang di sekitarnya. Geovano yang memang kesal dengan sikap Alzevin saat di kantin tadi berdehem keras. Namun, Alzevin tetap bergeming, membaca buku dengan santuy.

"Lo mau, kan bantuin Aksa dan Raga?" Rayhan bertanya dengan nada selembut mungkin. Es tidak bisa dicairkan dengan es, Bung.

Alzevin masih terus membaca buku. Seolah empat orang yang sudah kesal karena dikacangi ini hanyalah botol tupperware milik Reagan.

"Hai Alzevin, ini gue, Arditho Aselole Uhuy Pakdemdempak. Yang waktu itu lo bayarin naik taxi sama Ganesha bego ini. Lo inget 'kan?" Arditho mencoba mencairkan keadaan.

Krik ... krik ....

"Gregetan gue, sialan."

Tiba-tiba datang lagi seorang bule, merangkul Geovano dari belakang. "Wah ada apaan nih rame-rame?"

Geovano tersenyum. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Reagan, berbisik kecil. "Kita ada ide buat ngedamaiin Aksa sama Raga. Dengan cara ada yang deketin cewek itu. Dan kita rasa, Alze paling cocok."

Reagan terbahak. "Jadi, kalian mau ngebujuk Alze melakukan dosa begitu?"

Sekarang, gantian. Reagan mendekatkan bibirnya ke telinga Geovano. Membisikkan sesuatu. Geovano langsung sumringah. Rayhan, Ardhito dan Ganesha hanya diam. Memperhatikan mereka.

Alzevin juga masih bergeming. Mencoba fokus dengan buku yang sedang ia baca. Tiba-tiba smartphone keluaran terbaru muncul di atas bukunya. Menampilkan layar online shop. Helm yang ia incar.

Kalah nih gue kalo begini.

Alzevin menengadahkan kepalanya. Kelima manusia di hadapannya bersorak heboh. Alzevin menghela napas. "Ngapain?"

"Deketin Bra."

Alzevin menutup bukunya. Berdiri dari tempatnya. "Gak."

Geovano menahan Alzevin yang hampir melangkah. "Helm 2?" Alzevin tak tertarik, ia terus melangkah.

Kuat iman, Al. Jangan tergoda.

"Helm 3 sama spion 2 set!" Geovano teriak saat Alzevin saat sudah di ambang pintu. Diam-diam, Alzevin menarik sedikit sudut bibirnya. Kemudian, berbalik, kembali duduk di tempatnya.

"Kasih tau cara mainnya."

Alzevin melipat kedua tangannya di depan dada. Rayhan menjelaskan rencana yang sudah ia susun kepada Alzevin. Coeok itu hanya manggut-manggut saja. Tidak tahu, mengerti atau justru bodo amat.

Sementara, Geovano sibuk melihat harga-harga barang yang harus ia bayar. "Woah Bangsat, duit buat perawatan telapak tangan gue kepake beli beginian." Geovano heboh sendiri. Menatapnya telapak tangannya nanar.

Asgar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang