Bel istirahat berdering, membuat semua murid berhamburan menuju kantin, tak terkecuali geng Asgar. Mereka duduk di meja yang disediakan khusus dan hanya merekalah yang boleh menempati meja itu. Meja yang berada di posisi strategis, karena merupakan pusat kantin dan mudah memesan menu dari semua lapak yang ada.
Seperti biasa, Ardhito dan Ganesha memesan makanan dengan porsi dua kali lipat dari teman-temannya. Entah kesambet hantu apa, atau sedang menjalankan puasa apa, hingga membuat keduanya menjadi makhluk yang tampak sangat kelaparan.
Hari ini, Alzevin berbaik hati menjadi donatur. Bukannya apa, kemarin Geovano sudah membelikan helm incaran seharga jutaan rupiah, dan sekarang Alzevin ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan. Tidak, lebih tepatnya ... karena Ardhito terus merengek minta dibayarin. Alasannya selalu sama, tidak diberi uang jajan oleh umi.
Ah, basi, Dhit!
Sementara Reagan asik berbincang dengan Geovano, Raga kembali menjalin hubungan baik dengan Aksa. Untung saja, masalah keduanya terkait Brasilia sudah usai, jadi kini mereka bisa menjalani hidup dengan tenang, tanpa permusuhan.
"Kriuuk!" Suara gigitan kerupuk Ardhito terdengar nyaring, membuat beberapa pasang mata sontak memandang ke arahnya. Ardhito mendongak dengan satu alis terangkat. "Kenapa lo pada lihatin gue?"
"Suara kunyahan lo, ganggu telinga gue!" pekik Geovano yang duduk di sebelah kiri Ardhito. "Nyantai aja kali cara makan lo. Tuh, liat! Mulut belepotan sambel gitu!" lanjut Geovano sembari menunjuk mulut Ardhito dengan ekspresi jijik.
Dengan santai, Ardhito mengelap mulut dengan lidahnya, dengan gerakkan yang menggoda. Kontan, semua bereaksi hendak muntah melihat gaya Ardhito yang menjijikkan, sementara Ardhito mengedik tak acuh dan kembali melanjutkan makannya.
"Ray, makan dulu itu makanan lo! Belajarnya entar lagi aja, ah elah!" sahut Reagan, gemas melihat Rayhan yang selalu belajar di mana pun dan kapan pun.
Raga mengangguk setuju, sembari mengembuskan kepulan asap. "Kalo kata nenek gue, kalo ada makanan yang udah siap tapi, enggak dimakan, nanti makanan itu bakal dimakan sama setan, dan lo bakal makan ampas si setan itu!"
"Ck!" Rayhan menatap Reagan dan Raga dengan tajam. "Bacot banget sih kelen! Ganggu orang aja. Abis ini kan ulangan matematika, gue harus belajar!"
"Dhito yang goblok aja nyantai, doi mana pernah belajar? Apa lagi elo, Ray! Orang pinter kek lo, enggak usah belajar pun bakal tetep dapet ranking 1!" ujar Aksa menanggapi.
Kontan semua terbahak, ditambah Ganesha yang usil menjitak kepala Ardhito, sukses membuat Ardhito uring-uringan.
"Guys," Alzevin menginterupsi, tatapan dinginnya berpendar ke penjuru kantin. "Kalian ngerasa gak sih, kalo dari tadi banyak yang liatin kita?"
Geovano dan Reagan mengikuti arah pandang Alzevin, kemudian mengangguk mengiakan. Sedetik kemudian, Aksa menceletuk, "Tumben Kulkas kek lo, peka sama lingkungan sekitar."
Rayhan melipat tangannya, "biasanya yang dingin malah lebih peka. Tapi males ngurus hal yang bukan lingkupnya dia."
Mendengarnya Reagan mengacungkan jempol. "Emang, gak pedulian banget tuh punya temen."
Merasa tersindir, Alzevin mendesis malas. Pandangannya tak lepas dari gerombolan murid di meja di hadapannya. Sedari tadi, mereka tampak berbisik sambil sesekali melirik ke arah geng Asgar.
Teringat sesuatu, Ganesha langsung menghentikan makannya. Segera, ia mengeluarkan ponsel dari saku celana, dan mengecek akun Lambe Menyor, siapa tahu, ia mendapat petunjuk dari akun tersebut.
Manik biru Ganesha menatap tajam pada sebuah foto yang baru saja di upload oleh akun Lambe Menyor. "Dhit, lihat!" Ganesha menarik lengan baju Ardhito dan menunjukkan ponselnya di hadapan Ardhito. Tapi, cowok itu justru mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...