Sebuah Akhir

3.3K 222 57
                                    

Jam dinding besar di ruang tengah itu berdenting lima kali, menandakan bahwa sekarang pukul lima sore.

Raga yang tidur memeluk sandaran sofa ikut terlonjak hingga badannya jatuh menimpa Aksa yang masih terlelap tenang, membuat Aksa berteriak heboh karena posisi Raga yang menindih tubuhnya seperti—

"Gempa, gempa!" seru Raga kaget—masih dengan memejamkan matanya.

"Bangsat, ketibanan nangka india," umpat Aksa berguling ke sisi kiri.

Di dekat jam dinding besar itu, Ganesha, Ardhito juga Geovano melakukan goyang pantat sebagai bentuk perayaan. Tiga curut itu yang sengaja mengaktifkannya.

Aksa sudah ngacir ke kamarnya sehingga Raga yang jiwanya belum sepenuhnya terkumpul memandang bingung sambil mengucek matanya. Sesaat, hilang sudah sisi kesangaran Raga yang sekarang terlihat agak lucu dengan raut bangun tidurnya yang khas.

Raga memandang tiga cowok setan yang masih nyaman dengan goyang pantat mereka. Amat menjijikkan, pikirnya. Beruntungnya ayah Reagan sedang pulang ke Indonesia. Sangat tidak elit memperlihatkan kelakuan trio gans tapi boong itu di hadapan Bagas.

Suara berisik dari pintu utama menampilkan dua cowok yang tengah berebut ruang agar badan mereka bisa masuk. Oke ini salah Reagan yang tidak tahu diri dengan tubuhnya, hingga ia dan Rayhan nyangkut di daun pintu lengkap dengan beberapa tas belanja di tangan mereka. Di belakangnya,  Alzevin justru menerobos keduanya dengan begitu mudah. Kekuatan Alzetan benar-benar bukan kaleng-kaleng.

Ketiga cowok itu menjelma bak emak-emak tangguh dengan barang belanjaan yang super banyak. Apalagi Reagan yang sama sekali tidak rapi mengemasi belanjaan mereka. Satu per satu belanjaannya tercecer jatuh di atas lantai. Oke Reagan emosi kali ini.

"Alah Ardhito tai lah!" umpatnya. Suaranya berhasil memenuhi setiap sudut ruangan.

Muncul Ardhito yang menyembul di balik tembok, diikuti Ganesha dan Geovano yang melongok di atas punggung Ardhito. Di tempat itu, mereka melihat Reagan yang uring-uringan dengan Rayhan dan Alzevin yang memandang jengah ke arah Reagan.

"Eh coprobot, dimana lo?" teriak Reagan yang ditujukan pada Ardhito.

"Coprobot apaan?" bisik Ardhito pada kedua orang di atasnya.

"Bentar, gue search google dulu," ujar Ganesha si tukang stalk.

Ganesha memamerkan hasil penelusuran google-nya. Sontak Ardhito begidik, kemudian Geovano memojokkannya agar segera datang pada Reagan.

Reagan langsung mengoper belanjaan itu pada Ardhito yang baru saja menarik napas saat tiba dihadapannya, ia tidak membiarkan Ardhito bertanya.

"Taruh di kotak es, terus bawa ke halaman samping," titahnya mutlak.

~~~~~

Sesuai protokol sang tuan rumah, kini halaman di samping rumah Reagan sudah penuh dengan perlengkapan bakar-bakar. Sejak pukul lima tadi, mereka bergotong-royong menyiapkan peralatan dan mengelar tikar di atas hijaunya rumput.

Di dekat panggangan ada sang ketua geng yang bertindak bak koki—ralat lebih tepatnya Raga terlihat seperti tukang sate madura—tengah mengipasi sosis dan beberapa potong daging yang telah dibumbui, dibantu oleh Ganesha yang tidak membiarkan kedua tangannya nganggur. Terlihat bersemangat sekali.

Di meja yang diletakkan memunggungi panggangan ada Reagan yang tengah menyiapkan piring. Ia tidak akan membiarkan orang lain mengerjakannya, sebab ia tidak cukup percaya dengan tingkat kebersihan orang lain pada piring-piring itu. Sisanya, lima orang lainnya tengah dangdutan dengan Ardhito sebagai bintangnya dan entah kesambet setan Berlin mana, Alzevin memainkan gitarnya mengiringi alunan suara Ardhito yang lumayan pantas di daftarkan pada ajang Indonesian Idol.

Asgar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang