"Eh, anjir!" pekik Rayhan. Ia memegang kepalanya, seolah ada sesuatu yang ia lupakan.
"Apaan, Ray?" tanya Aksa yang sedari tadi memperhatikan cowok gila angka itu.
"Buku bedah fisika gue kemana, anjir!" Rayhan melirik sekitar, namun netranya tak menemukan buku kesayangannya.
Reagan dan Aksa saling berpandangan. Lalu ikut mencari buku fisika milik Rayhan. Ardhito yang sibuk memakan coklat pun mengernyit.
"Etdah. Cari buku kek cari jangkrik. Nyari buku itu nyebar sono, terus sono—" Ardhito menunjuk ke segala arah.
"Mana ketemu kalo cuma di situ-situ doang mah," lanjut Ardhito.
"Ketimbang bacot! Mending bantuin kita." sahut Aksa pedas.
Raga sibuk dengan game onlinenya, seakan dirinya ada di dunia game itu sendiri. Sedangkan Alze, sibuk melamun, berselancar dengan pikirannya. Ganesha dan Geovano bermain game ludo di ponsel sultannya.
"Ah bodo amat!" maki Rayhan pada dirinya sendiri.
"Elah Ray! Ini dibantuin," sahut Aksa.
Rayhan mendengus pasrah. "Udah nggak apa-apa, mungkin ketinggalan di kelas tadi. Kalo tetep nggak ada yaudahlah, mau gimana lagi?"
"Usaha dulu kali, Ray." Reagan berjalan membungkuk menyusuri paping blok di sekitar kantin.
"Gan, lu ngapain njir!" seru Geovano.
" Nyari bukunya Rayhan," jawab Reagan. Tingkah polosnya membuat Ganesha dan Geovano terbahak.
"Nyari buku apa mau nyari bakteri lu. Hahaha," ejek Ganesha dengan terbahak.
"Aish, Gan! Udah biarin, nggak usah dicari," tutur Rayhan. Ia menghampiri Reagan dan menegakkan tubuh cowok jangkung itu.
"Lah, Ray. Kalo lu gak belajar ntar goblog, kita nggak ada contekan," jelas Reagan polos. Lagi-lagi Ganesha dan Geovano terbahak dengan kepolosan sahabatnya itu.
Raga yang merasa terganggu dengan keributan teman-temannya mendengus kesal. "Ngapain sih, njir?! Berisik!" makinya.
"Nggak ada apa-apa, gue cabut ke kelas dulu kalo gitu. Siapa tau ada di kelas." Rayhan melangkah menuju kelas sambil terus mencari buku angkanya.
Baru beberapa langkah, Rayhan berbalik. "Gaess, lusa ulangan! Lu pada jangan santuy bae ya. Gue kagak nemu kisi-kisi yang pas buat ulangan besok. Goodluck!"
Penuturan Rayhan membuat Raga langsung meletakkan ponselnya kasar. "Njir!"
Ganesha, Geovano, terlebih Ardhito mendelik panik. Sedangkan Reagan yang cukup pintar membusungkan dadanya sombong. "Gue mah santuy."
"Bacot!" pekik Ardhito, Ganesha , dan Geovano bersamaan.
Tapi setelah dipikir-pikir, Geovano anak pemilik Galasta High School itu tidak mungkin tidak naik kelas. Ia langsung semringah. "Gue mah tetep naik lah, hahaha."
"Sombong amat!" ujar Ardhito dengan nada tinggi.
"Dhit! Saatnya pake jurus ninja nih." Ganesha menarik-naikkan alisnya memberi tanda.
"Oiya. Kuy!" Ardhito melompati kursi dengan cepat dan berlari ke arah koridor diikuti Ganesha.
"Dua curut itu mau ngapain dah?" tanya Reagan penasaran.
"Belajar? Ah kagak mungkin Ardhito belajar. Yang ada mah bukunya dibuat pesawat-pesawatan sama dia," tutur Aksa suudzon.
"Ah bodo amat gue. Savage! Mantab!" ujar Raga yang masih seru dengan game onlinenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...