"Si saringan bolong kemana sih," keluh Raga.
Raga Anggara, cowok itu berjalan kesana-kemari mencari kawannya yang hilang bak ditelan kantong ajaib Doraemon. Ia uring-uringan dan merasa kehilangan akal sehatnya. TIDAK, COWOK GANTENG MENOLAK GILA!
Langkahnya terhenti saat melihat dua orang yang mojok di Laboratorium Biologi. Matanya menatap tajam untuk memastikan apa yang ia lihat.
Raga mengucek-ucek kedua matanya, "Gue nggak katarak kayak yang dibilang Reagan pas di kantin kemaren, kan?" tanyanya pada diri sendiri. "Anjir, belum genap dua hari temenan sama dia udah ketularan aja gue," ia terkekeh akan kebodohannya
Dari persimpangan antara gedung Laboratorium Biologi dan tempatnya berdiri, ia dapat melihat bagaimana tangan lentik milik Brasilia bermain manja di wajah tampan Aksa. Raga bingung, "Bagaimana mereka bisa terlihat sedekat itu?" Kalimat itu menguasai otak seorang Raga.
Jika dilihat dari gelagat yang ditampilkan, terpancar aura orang kasmaran yang begitu kentara di wajah kedua sejoli itu. Raga terlihat emosi melihatnya.
Raga mendekat pada Aksa saat Brasilia telah pergi dari tempat tersebut. Aksa bahkan terlihat terkejut dengan kehadiran Raga yang memasang wajah datar namun mematikan.
"Bangsat lo!"
Bersama Alzevin, Reagan terus menyusur koridor untuk mencari keberadaan Aksa dan Raga. Namun, yang Alzevin dengar hanyalah keluhan Reagan. Hingga akhirnya cowok itu duduk dlongsoran di lantai koridor. Alzevin tak berniat ikut berhambur dengan Reagan. Ia menyandarkan tubuhnya pada dinding koridor.
"Huft, lelah hayati," keluhnya.
"Harus nyari mereka dimana lagi coba, masa iya mereka diculik sama wewe gombel penghuni sekolah? Kan kagak"
Alzevin benar-benar tak habis pikir, baru seminggu Reagan tinggal di Indonesia sahabatnya makin alay, aneh dan seenak dengkul.
"Nyari dimana lagi ya?" Reagan menengok pada Alzevin yang memejamkan mata sambil terus bersender pada tembok. "Woy Al, gue nanya." Reagan menepuk kaki Alzevin dari bawah.
"Lo ngomong sama gue?" tunjuknya pada diri sendiri.
Reagan kembali leyeh-leyeh. "Nggak, gue ngomong sama beruang yang punya banyak duit," ujarnya ketus.
"Oh."
"Bussettt!" teriaknya lantang.
Alzevin melangkahkan kakinya, meninggalkan Reagan yang leyeh-leyeh di lantai. Reagan segera menyusul. "Woy Al, mau kemana?"
BUGH
"Fucek banget lo jadi temen?"
Pukulan telak menghantam wajah Aksa. Setelah diseret ke gedung belakang, sekarang Aksa dibuat bingung saat Raga tiba-tiba memaki dan memukulnya.
"Lo mukul gue?" tanya Aksa sambil menahan nyeri di perutnya.
"Iya!"
"Setelah tiga tahun? Kita patungan beli es podeng dan lo selalu makan bulet-bulet mutiaranya? LO BERANI MUKUL GUE, GA?"
"IYA!"
"KENAPA GA, KENAPA?"
"Kenapa lo bilang? Maksud lo apa deketin Brasilia?"
"Ya PDKT lah, apalagi coba?"
"Bangsat ya lo?"
Sayup-sayup Alzevin dan Reagan dapat mendengar suara orang bertengkar. Reagan menatap Alzevin memberi kode.
"Al, kok kayak suara Raga ya?"
Raga dan Alzevin mengintip di balik tembok untuk memastikan. Keduanya mengintip bak kucing yang akan nyolong ikan asin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asgar [Completed]
Teen Fiction"Duduk, kami saudara. Berdiri, kami Raja." ASGAR, siapa sih yang tidak mengenal geng besar satu ini? Beranggotakan delapan cowok berbeda karakter, lengkap dengan kisah masing-masing. Tentang mereka yang pernah berselisih paham, saling mendukung, ber...