19

1.2K 96 144
                                    

Setelah kakaknya kembali ke kamarnya, tinggal bagas sendiri dikamarnya. Bagas benar benar membenci ini. Dia ingin pergi. Dia ingin bertemu dengan istrinya. Bagas tak bisa membayangkan bagaimana keadaan anind sekarang. Membayangkan istrinya menangis membuatnya sedih.

Bagas beranjak keluar, ponselnya juga ditahan. Dia ingin sekali mendengar suara istrinya meski hanya lewat ponsel. Bagas memohon pada kepala pelayan di bangsalnya, untuk mengambilkan ponselnya, tapi sia sia.

Bagas duduk dikursi taman. Dia harus melakukan sesuatu. Tapi ajudan di depan gerbang bangsalnya begitu banyak. Dia tidak membuat kegaduhan agar tidak mengundang perhatian ayahnya.

Bagas menoleh saat mendengar suara ajudan didepan, memberitau kalau Ibunya datang.

" bagas.... Akhirnya kamu pulang Nak....... " Ratu Kinanthi mendekati bagas. Namun bagas hanya diam.

" Ibu senang, karena Ratih sudah menanti kamu lama.. "

bagas menoleh, " bagas gak mau nikah sama ratih.. "

" tapi itu titah dari ayah kamu... "

" bagas bisa baca jalan pikiran Ibu. Gak usah pura pura, disini gak orang.... " bagas menatap tajam ibu yg baru saja ia ketahui ternyata bukan ibu kandungnya itu setelah sekian tahun.

Ratu kinanthi mendengus, " tidak usah banyak tingkah sayang, ada anak bangsawan yg mau nikah sama kamu itu sudah sangat beruntung kamu.. "

" bagas gak butuh Keraton ini, bagas gak butuh jadi bangsawan. Bagas gak sudi ikut serta dalam rencana busuk Ibu... "

" andai semudah itu sayang... " Ratu Kinanthi berkata dengan sangat lembut, tipikal seorang bangsawan keraton.

" besok ratih akan menemuimu, buatlah dia senang.. "

" BAGAS GAK MAU IBU!!!! " bagas berdiri dan berteriak. Membuat Ratu Kinanthi menjadi marah dengan sopan santun bagas.

" dasar anak tidak punya sopan santun!! "

" kamu sangat mirip dengan Ibumu!! "

Setelah mengucapkan itu, Ratu Kinanthi meninggalkan bangsal bagas.

Kenapa dada bagas terasa nyeri, ketika ibunya dihina seperti itu. Ia masuk kedalam kamarnya, menutupnya dengan keras. Bagas membuang semua barang yg terlihat didepan matanya. Untuk meluapkan semua emosinya.

Dadanya bergemuruh naik turun. Bagas luruh kelantai dan bersandar pada tempat tidurnya. Bagas mengambil selembar foto, foto seseorang yg sama sekali belum pernah ia temui seumur hidupnya.

Ibu kandung bagas. Dia hanya mendapat sepucuk surat beserta foto dan sebuah kunci motor saat ia lulus kuliah. Ibu jono yg memberikannya. Hati bagas benar benar hancur. Kenyataan dia selalu dibedakan dengan kakaknya, dia selalu dibenci oleh ibunya, dia selalu harus disembunyikan, dia selalu dihina, adalah karena dia anak hasil perselingkuhan ayahnya. Bagas baru tahu,  selama 24 tahun.

Wajahnya yg berbeda dengan kakaknya, kulitnya yg putih, tingginya yg melebihi tinggi rata rata orang Jogja, wajah tampan namun sama sekali tidak ada garis garis keturunan Keraton, sialnya bagas mirip dengan Ibunya. Semua anugerah itu adalah hinaan di sepanjang umur bagas. Bagas terus saja menerima bullyan dari para sepupu, om tante dan keluarga lainnya.

Ibu kandung bagas? Meninggal setelah sebulan ia melahirkan bagas. Dan menurut ibu jono, meninggalnya ibu bagas sangat diluar dugaan, terasa sangat mengganjal. Pendarahan yg luar biasa, padahal ia sudah selesai masa nifas. Namun tiba tiba darah tak berhenti sama sekali membuat tubuhnya lemah dan akhirnya tidak tertolong.

Tapi ibu bagas seperti punya firasat akan takdirnya, dia sama sekali tidak diterima dikeraton oleh Ratu. Ibu bagas sengaja ditahan di keraton karena untuk menahan agar ia tidak bisa menyebar luaskan berita perselingkuhan Sultan yg membuahkan hasil.

EGO - SomKook (COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang