TSA_2

156 14 0
                                    

Hari ini pencarian pertamaku dimulai, semoga saja aku mendapatkan sesuatu tentangnya.

Kuberjalan, menyusuri setiap tempat. Sekarang ini, aku sedang dalam penyamaran. Jadi, aku tak gunakan mobil.

Setelah berjalan lama, akhirnya orang yang kucari pun ketemu. Kupandangi dia dari kejauhan, sekarang dia sedang latihan bela diri. Jadi, aku tak mau ganggu.

Cukup lama aku menunggu, akhirnya selesai juga latihannya. Setelah itu, kuikuti dia dari belakang. Tapi, kurasa dia tau bahwa ada yang sedang ngikutin dari belakang.Namun, untungnya aku pintar besembunyi. Jadi, ngga ketahuan sama sekali.

Lama mengikuti, akhirnya ia berhenti di sebuah rumah mewah. Kuyakin, pasti itu rumahnya. Kalau begitu, besok akan kuajak mama untuk melamarnya. Tunggu saja besok.

***
Keesokan harinya ....

"Ma, hari ini kita pergi ke rumah calonku, ya?" tanyaku sambil menyantap sarapan.

"Kamu serius, Rein?" tanya mama dengan mata berbinar.

"Beneranlah, ma. Rein, udah menemukannya," ujarku meyakinkan.

"Baiklah, nak. Jam berapa kita akan pergi?" tanya mama.

"Bentar siang deh, kayaknya ma. Ngga papa 'kan?" tanyaku memastikan.

"Iya, nak. Ngga papa, yang penting mama udah mau punya mantu," cerocosnya, sedang aku hanya tersenyum.

"Kalau gitu, Rein berangkat ya, Ma? Nanti Rein bakalan jemput mama," pamitku.

"Iya, nak. Hati-hati," ucapnya.

Aku pun menyalami mama, setelah itu memasuki mobil menuju kantor. Setibanya di kantor, aku terus saja kepikiran tentangnya.

Setelah berjam-jam berkutat dengan laptop dan beberapa berkas, kini waktunya untuk menjemput mama. Hari sudah siang, itu berarti sudah waktunya aku pergi ke rumahnya.

Aku melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, karena tidak sabar untuk melihatnya. Setelah menjemput mama, langsung ku laju mobil menuju rumah gadis itu.

***

Tok ... tok ...

Beberapa lama mengetuk pintu, akhirnya terbuka juga. Menampakkan seorang wanita paruh baya, ku yakin itu pasti ibunya.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita itu.

"Maaf, bu. Boleh kami masuk?" tanya mama, lalu ia pu mempersilahkan kami.

"Sekali lagi maaf, bu. Kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar putri ibu," jelas mama.

"Melamar bu?" tanya wanita itu memastikan.

"Iya, bu. Ini anak saya, Dimas Angreino Stemi Bharat, dan saya ibunya Afaniya Dwi Stemi Bharat." Jelas mama padanya.

"Iya, saya Hana Dinigrum Jodie, dan putri saya bernama...," ucapannya terpotong kala seorang pria dengan tubuh tegap dan memakai seragam lengkap TNI.

"Ayah, udah pulang?" tanyanya menyalami pria itu, "Duduk dulu, yah."

"Mereka ini siapa, bund?" tanya pria itu.

"Oh, itu. Nak Dimas dan ibu Afaniya, mereka datang ke sini untuk melamar, yah," jelasnya.

"Oiya, ini suami saya. Brama Aditya Jodie." Ia memperkenalkan pria itu.

"Siapa namamu, nak?" tanya om Brama.

"Dimas, om. Dimas Angreino Stemi Bharat," ujarku menyalaminya.

"Stemi Bharat? Bukankah itu nama belakang dari pak Hartono Stemi Bharat?" tanyanya penasaran.

"Iya, pak. Beliau adalah suami saya dan papanya Dimas." Kini mama angkat suara.

"Terus, beliau di mana sekarang, bu?" tanyanya lagi.

"Papa saya sudah meninggal, om. Sudah 6 tahun yang lalu," jelasku.

"Apakah om, mengenal papa saya?" tanyaku.

"Ya, tentu saja. Beliau adalah sahabat saya, kami berteman sejak masih Smp. Namun, setelah lulus Sma, saya lanjut menjadi TNI, sedangkan dia kuliah ke luar negeri. Sejak saat itulah kontak kami terputus, bahkan saya tidak tau kalau dia sudah menikah," jelasnya.

"Jadi, bagaimana pak? Apakah lamaran kami di terima?" tanya mama.

"Insya Allah, bu. Nanti kami akan bicara hal ini dengan putri kami," ujar tante Hana.

"Oiya om, tante. Kalau boleh tau, nama putri om sama tante siapa?" tanyaku.

"Fatimah Bramahaniya Dwi Jodie, panggilannya Fatiah. Dia seorang agent rahasia, jago menembak dan bela diri. Sekarang ini dia lagi ada misi penting, jadi tidak bisa bertemu kalian sekarang," jelas tante Hana.

The Secret Agent (On-Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang