•
•
•"Bekerja seharian tanpa Kim Mingyu benar-benar menyenangkan." ucap Wonwoo lengkap dengan senyum lebar ketika dalam perjalanan pulang menuju halte bus bersama Seungkwan.
"Ya tapi kau jangan sering-sering memanfaatkan Lee Dongmin. Kasihan dia, terpaksa bekerja untuk biaya rumah sakit ibunya." balas Seungkwan.
"Kata siapa?" Wonwoo pikir mungkin saja Seungkwan hanya mengerjainya.
"Dongmin bercerita sendiri padaku."
"Ah, kasihan.." Seungkwan kira Wonwoo hanya berpura-pura, tapi setelah melihat rautnya yang memang berubah sedih, Seungkwan tau Wonwoo benar-benar merasa prihatin.
'Setidaknya dia masih memiliki hati nurani..' batin Seungkwan.
"Sakit apa?"
"Kanker serviks."
Wonwoo langsung terkejut.
"...jadwal operasinya lusa."
"Uang dari Jihoon masih kau simpan 'kan?" tanya Wonwoo tiba-tiba.
"Iya, kenapa?"
"Besok sepulang dari bekerja mari kita pergi menjenguk ibu Dongmin, dan berikan uang itu untuk tambahan biayanya."
Seungkwan heran, sumpah! "Kau kerasukan malaikat sampai mau berbuat baik seperti ini?"
"Aku serius, Boo.."
"Sejak bayi aku tidak pernah mengenal ayah dan ibuku, jadi aku mengerti bagaimana rasanya kesepian tanpa orang tua."
Seungkwan menepuk pundak Wonwoo, menghiburnya. "Aku tau kau sebenarnya orang baik, hanya saja sedikit menyebalkan."
"Kalau memuji jangan menghina!" seru Wonwoo kesal.
Seungkwan tertawa melihat wajah Wonwoo, dia gampang sekali marah dan kesal jadi seru jika di goda. "Kau baik."
"Aku memang baik sejak dulu." balas Wonwoo dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
"Iya, aku jadi semakin sayang padamu."
"Maaf, Boo.. kau bukan tipeku!"
"Siapa juga yang ingin jadi pacarmu! Kau sudah ku anggap seperti kakak laki-lakiku." Seungkwan bicara sembari memeluk Wonwoo yang tampak risih.