3

8.4K 897 11
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Wonwoo masih sibuk berkelana di alam mimpi dan penampilannya benar-benar kacau dengan bau alkohol menyengat serta baju yang sama dengan yang ia kenakan kemarin malam.

Vernon tidak ingin repot-repot mengganti pakaian Wonwoo. Ya, dia sudah lelah dengan kelakuan Wonwoo yang selalu saja seenaknya. Jujur saja, Wonwoo sangat menyusahkan!

Ponsel Wonwoo disaku celananya berdering membuat kesadarannya tertarik paksa sepenuhnya dari alam mimpi.

Wonwoo berdecak kesal, namun tetap merogoh sakunya mengambil benda itu dan menemukan nama Vernon disana.

"Ada apa?" tanyanya tanpa ingin basa basi. Kepalanya masih teramat sakit akibat minuman semalam.

"Hyung, pergilah ke perusahaan sekarang juga."

"Aku bolos hari ini!"

"Aku yakin kau tidak akan suka mendengar ini!"

"Apa?"

"Kakekmu sedang bersama Jihoon sekarang."

Wonwoo reflek terduduk dari posisinya yang semula berbaring, dan ia segera meringis merasakan sakit dikepalanya yang semakin menyengat. "Kau serius?!"

"Ya. Kau sudah kalah secara telak, hyung! Jihoon telah mengambil alih posisimu."

••••

Ketika baru memasuki pintu gedung perusahaan tidak ada lagi pegawai yang menyambut kedatangan Wonwoo dengan penuh rasa hormat.

Mereka justru melayangkan tatapan penuh ejekan, bahkan anak baru bernama Joohyuk yang sering kali menjadi sasaran kemarahan Wonwoo menertawainya dengan keras.

Wonwoo mencengkeram kerah kemeja yang Joohyuk kenakan, hendak melayangkan tinjunya disana namun seorang security datang mencegahnya.

"Pergilah jika hanya ingin membuat gaduh disini!" security itu menegurnya dengan cara yang tidak sopan.

Wonwoo murka! Baru pertama kalinya ia diperlakukan sehina ini dan ia tidak bisa menerimanya.

"Dimana kakekku?!" sentak Wonwoo entah pada siapa.

"Kakekmu? Kupikir kau sudah dicoret dari daftar kartu keluarga!" lagi-lagi Joohyuk melayangkan ejekannya.

"Aku pasti akan memecatmu dengan segera!" tunjuknya marah pada Joohyuk. "Kau juga!" ia berkata pada security itu sebelum naik kelantai atas menuju ruangan CEO.

Jihoon ada disana, duduk di singgasana yang selama ini selalu Wonwoo banggakan kepada mereka para makhluk jelata.

"Kursinya nyaman.." gumam Jihoon yang tampak begitu menyebalkan di mata Wonwoo.

"Segera angkat pantat hinamu dari sana selagi aku masih memiliki sedikit kesabaran!" peringat Wonwoo tak main-main.

"Kakek bilang ini tempatku sekarang."

"Lancang sekali kau mengklaim ini sebagai tempatmu!"

"Kenapa tidak?"

Wonwoo segera menoleh kearah sumber suara dibelakangnya. Youngmin, lelaki tua itu baru saja masuk kedalam ruangan CEO.

"...aku secara pribadi meminta Lee Jihoon untuk menempati posisi ini!"

"Dia hanya sepupu jauh!" Wonwoo masih tidak mau kalah.

"Lantas mengapa?"

"Aku cucu kakek satu-satunya! Aku yang berhak menempati posisi ini!"

"Benar! Kau memang berhak, tapi sayangnya kau tidak pantas. Ini sangat memalukan!"

"Aku tidak memalukan!"

"Jika kau ingin kembali mulailah semuanya dari bawah! Belajarlah baik-baik untuk introspeksi diri dan berhenti bermain-main."

"Apa maksudmu?!"

"Aku mengakui skill-mu namun attitude-mu luar biasa buruk! Jihoon jauh lebih baik."

"Berhentilah bicara omong kosong! Katakan apa yang kau inginkan dariku dan segera kita mulai semuanya agar aku bisa segera kembali menempati posisiku!"

••••

"Aku tidak sudi mengenakan pakaian hina ini seumur hidupku!"

Wonwoo membuang seragam office boy ditangannya kemudian menginjak itu dengan kaki kirinya.

"Hyung, kendalikan emosimu!" pinta Vernon yang berdiri disebelah Wonwoo.

"Aku tidak peduli!"

"Ya terserah saja.." gumam Jihoon santai. "Tidak mau mengenakan seragam juga tidak masalah."

Jihoon meraih sebuah tongkat pel. "Tugas pertamamu adalah membersihkan lantai toilet.

Wonwoo tertawa main-main. "Kau pasti bercanda!"

"Aku serius!"

"Jangan mempermainkanku, Jihoon-ah! Jika kau tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu nantinya."

"Hyung, hentikan! Turuti saja maunya! Untuk saat ini yang bisa kau lakukan hanyalah pandai-pandai mengambil hati kakekmu!" peringat Vernon.

"Oh, kalau begitu aku pasti memerlukan sebuah pisau untuk membelah dada pak tua itu kemudian mengambil hatinya dan semua akan kembali normal setelah upacara pemakamannya. Bukan kah begitu, Vernonie?"

Vernon tidak bisa berkata-kata lagi. Sudah cukup lelah untuk memperingatkan Wonwoo yang memang dasarnya sangat keras kepala!

"Mulailah bekerja, aku akan melihat hasil kerjamu kemudian menilainya!" Jihoon mendorong tongkat pel itu kearah Wonwoo kemudian berbalik untuk pergi.

"Hei, Lee Jihoon!"

Jihoon menoleh.

Seketika bogem mentah mendarat diwajahnya.

••••

BANANA UYU | MEANIE (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang