4

2.1K 443 115
                                    



"Oh, Seulgi!" Sooyoung memanggil saat Seulgi memasuki ruang kelas keesokan harinya. "Bagaimana hasilnya?"

Seulgi menggeleng, menaruh tasnya diatas meja sebelum menarik kursinya di samping Sooyoung. "Aku gagal."

"Lagi?"

"Dia menyadari kita membuntutinya."

Sooyoung menghela napas.

"Ini gawat. Apa kau punya rencana lain?"

Mengelus pelipisnya yang terasa penat, Seulgi memutuskan rencana lain.

"Kita harus melakukan tahapan kedua."



-




Yang Seulgi maksud dengan tahap kedua adalah—untuk menemui Irene secara langsung dan meminta gadis itu mengembalikan kertas mereka baik-baik. Bila perlu, Seulgi dan temannya akan memohon.

"Apa menurutmu dia akan memberikannya?" Bisik Sooyoung pada Suho—yang merespon dengan isyarat menyuruh gadis itu diam.

Seulgi berdiri di depan mereka tengah berhadapan dengan Irene langsung. Di markas kebesaran kelompok tukang onar itu, rooftop sekolah.

"Barang milikmu?" Irene menggaruk telinganya yang gatal, "apa kebetulan, itu juga yang kau cari kemarin sampai ke minimarket?"

Sooyoung dan Suho saling berpandangan, "minimarket?" Tanya Suho bingung pada Sooyoung.

"Nanti kujelaskan." Bisik Sooyoung.

"Itu bukan hal yang seharusnya ada padamu, jadi tolong kembalikan." Pinta Seulgi.

"Oh, kenapa harus?" Tanya balik Irene.

"Karena itu bukan untukmu. Tolong kembalikan." Lagi, Seulgi meminta.

Irene terkekeh kecil, lalu menatap Seulgi seolah menantang. "Memohonlah." Titahnya.

Sontak Suho dan Sooyoung melebarkan matanya, mereka memperhatikan Seulgi dan menunggu respon gadis itu.

Seulgi menatap lurus pada Irene. Tenggorokannya bergerak naik turun karena menelan ludah, sebelum kemudian menunduk dan bersimbuh dihadapan Irene.

"Aku mohon."

Yang membuat kedua temannya di belakang tercekat tidak percaya.

"Seulgi!" Geram Suho.

Irene hanya menyeringai melihat kesedian Seulgi menuruti perintahnya. Kemudian perhatiannya berpindah pada dua orang yang ikut bersama Seulgi di sana.

Seulgi yang menyadari arah pandang Irene lalu menoleh pada dua temannya di belakang. Dengan matanya menyuruh mereka untuk ikut bersimbuh dihadapan Irene.

Sooyoung yang mulai panik menoleh pada Suho, menunggu keputusan pemuda itu.

Suho mengepalkan kedua tangannya, sekuat hati menahan gejolak emosi dalam dirinya. Sebagai satu-satunya pria diantara ketiganya, harga dirinya benar-benar tercabik mengetahui ia tak mampu menjadi pelindung untuk kedua teman perempuannya.

Maka dengan langkah berat dan wajah memerah, Suho berdiri di samping Seulgi sebelum kemudian ikut bersimbuh bersamanya.

Sooyoung—tak punya pilihan lain, mengikuti keduanya.

Ketiganya berlutut dihadapan Irene dan seluruh anggota kelompoknya.

"Manisnya."



-



Namun Irene memang seorang penyihir. Alih-alih memberikan kertas mereka, ia malah mengeluarkan lipatan kertas yang dimaksud dari balik bra-nya dan membacanya keras-keras. Sehingga semua orang yang ada di sana mendengar dan mengetahui isinya.

"Ternyata di sana ia menyimpannya.. " Sooyoung membelalakkan matanya, mulutnya sampai menganga karena takjub.

Seulgi hanya menatap pasrah, sedangkan Suho mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum melempar pandangan ke arah lain. Mendadak merasa malu dengan yang barusan ia lihat.

"Menjijikkan." Gumamnya menutup mata.



"—jika menurutmu ini hanya sebatas bualan, maka kau salah besar. Kami bisa menghancurkan reputasimu hanya dalam semalam, dan kau tahu benar konsekuensinya. Datanglah seorang diri, maka mungkin kami akan mengampunimu.

Pukul 4, di ruang klub seni.
Jika kau mengadukan ini pada orang lain, atau jika kau membawa orang lain, kami akan menyebarkannya secara langsung."

Irene mengelus dagunya, "hm.. siapa yang sedang kalian coba ancam?" Irene menatap tiga orang yang berlutut dihadapannya satu-persatu. "Biar kutebak—karena kalian menaruhnya pada lokerku, kemungkinan orang itu adalah seseorang yang memiliki nama serupa. Seseorang yang bernama Joohyun, seseorang dengan reputasi penting dan predikat yang baik. Seseorang yang berkaitan dengan organisasi sekolah."

Tatapan Irene berubah. Terdapat kilatan aneh disana.

Nyali Seulgi menciut sesaat.

Irene tersenyum remeh lalu merunduk pada ketiganya. "Jangan bilang kalian sedang mencoba mengancam ketua OSIS kita—Seo Joohyun?!"

Serempak, kepanikan melanda ketiganya.

DIA TAHU!!!







Ditekankan lagi guys. Seo Joohyun dan Irene itu dua orang berbeda. Klo ada narasi ato dialog yg menyebut Joohyun, berarti merujuk pada Seo Joohyun ya. Bukan Irene.

Irene di sini disebut dengan Irene saja.

Oke?

1 Sendok Takar ParacetamolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang