8

1.7K 368 33
                                    


Hari datang dengan cepat ketika tidak diharapkan. Seperti yang dirasakan ketiga sekawan itu di sabtu pagi ini.

"Ini pertama kalinya aku bangun sepagi ini dihari libur. Mataku masih terasa lengket." Sooyoung mengucek matanya dengan punggung tangan. "Ah, menyebalkan."

"Selamat pagi!" Sapa Seulgi yang terakhir keluar dari rumahnya.

"Pagi!" Sahut kedua temannya, mereka berkumpul dipersimpangan komplek rumah mereka.

"Kenapa lama sekali? Kupingku mulai merasa pengang mendengar Sooyoung, dia tidak bisa berhenti mengeluh!" Adu Suho sembari mengusap daun telinganya.

"Ini hari libur kita!" Sooyoung bersikeras merengek.

"Sudah berisik! Ayo cepat berangkat, Seungwan tidak akan berbelas kasih jika kita datang terlambat." Seulgi menengahi, menggiring mereka untuk mulai berjalan.

"Ah, sialan!"

-


Benar saja, Seungwan sudah menunggu di depan gerbang sekolah ketika mereka sampai.

Si sekretaris OSIS melirik arloji di tangannya, "kalian terlambat 2 menit 35 detik."

Mereka melongo.

"Kau bahkan menghitung sampai detiknya?" Heran Sooyoung.

Seulgi dan Suho lantas kompak menggeplak kepala Sooyoung.

"Awh!"

"Dia hanya merasa takjub,"

"Maaf karena terlambat."

Sooyoung menatap keduanya bergantian, entah kenapa merasa sedikit terkhianati.

Seungwan hanya menaikkan satu alis, lalu melengos. "Ayo!" Dan berjalan melewati gerbang sekolah.

Yang diikuti ketiganya.

Sooyoung menggerakkan mulutnya dalam diam mengajukan protes.

Suho menarik Sooyoung dalam rangkulannya—tidak lembut.

"Berhenti mengoceh!"

Atau kata lainnya—jangan menambah masalah.

-


Didalam ruang teater sudah disibukkan oleh anggota klub yang hilir-mudik membawa alat-alat dekorasi. Pun juga beberapa anggota yang tengah melatih pelafalan mereka—para pemeran dari tokoh dalam drama.

Seungwan membawa mereka ke belakang panggung—dimana banyak ornamen dan papan yang harus mereka cat.

"Oh, apa mereka yang datang untuk membantu?" Kim Heechul—ketua klub teater dan raja dari segala raja drama—menghampiri mereka dibelakang panggung. "Wah.. Siwon pasti mengamuk hebat, bukan? Membayangkannya saja membuat bulu kudukku merinding." Heechul memeluk tubuhnya sendiri dengan ekpresi wajah yang  dibuat takut—mirip banci yang terkena razia—Menyindir ketiganya.

Sialan!

"Seperti perintah Joohyun unnie, mereka hanya akan membantu dalam proses pengecatan—tidak lebih." Seungwan menekan suaranya di dua kata akhir. Memblokir dini upaya Heechul untuk memanfaatkan kesempatan.

Seperti dugaan, Heechul melenguh kecewa. "Ayolah, mereka akan cukup berguna!"

Bibir Seulgi berkedut kecil, ingin sekali melontarkan kata-kata makian pada si lentik.

Memangnya mereka kerbau pembajak?!

Untungnya Seungwan menolak dengan tegas, membuat Heechul hanya bisa cemberut sok imut.

1 Sendok Takar ParacetamolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang