13

1.3K 338 47
                                    



Seulgi melotot.

Dengan panik berlari kembali menghampiri Irene, ia menarik kerah seragam Irene dan mendorongnya ke tembok, menghimpit gadis itu diantara tubuhnya dan dinding.

"Kenapa kau kembali mengungkit hal itu?!" Marah Seulgi, "kau berjanji untuk tidak lagi membahasnya, kubilang urusan kita sudah selesai!"

Irene tak mau kalah, balas mencengkram kerah seragam Seulgi lewat celah diantara tangan mereka. "Aku tidak pernah menjanjikan apapun. Lagipula, yang ku pegang kali ini tidak berkaitan dengan tingkah bodoh temanmu yang salah menaruh kertas sialan itu!" Irene semakin menarik kerah Seulgi, mendorong wajah keduanya semakin dekat. "Kali ini, mataku sendiri yang menjadi buktinya. Bagaimana kau melakukan aksi manipulatif yang menyedihkan itu, aku tahu kebenarannya Seulgi. Kalian mungkin bisa membohongi Sooyoung tapi bukan aku."

"Apa?!"

Irene tersenyum menang, " apa menurutmu aku tidak mengetahui kebenaran dihari itu? Kau kira aku akan percaya dengan isi kertas yang menyatakan jika Seo Joohyun—seseorang yang memiliki budi pekerti sebaik dewi, akan melakukan tindakan rendahan dan merusak martabatnya dengan mengencani gurunya sendiri?"

Pegangan Seulgi pada kerah seragam Irene melemah. Matanya bergetar nanar.

"Kalian bahkan tidak segan menyakiti Joohyun."




-



Sehari sebelum Sooyoung salah memilih loker.

Beberapa saat setelah Seo Joohyun meminta mereka datang ke ruang OSIS.

"Tamat sudah riwayat kita." Sooyoung berucap lemah. Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah selesai membersihkan tembok sekolah yang mereka rusak.

Seulgi dan Suho saling melempar pandangan, diam-diam berinteraksi lewat tatapan di belakang Sooyoung.

Suho lalu merangkul Sooyoung, "tenang saja, kita pasti baik-baik saja."

Sooyoung mendelik, "itu yang kalian ucapkan ketika mengusulkan ide tadi. Aku sudah berpikir akhirnya akan begini, tetapi kenapa benar-benar begini?"

Seulgi dan Suho berdeham canggung. Sama-sama kehilangan kata mendengar racauan Sooyoung.

Ketiganya melanjutkan perjalanan dengan keheningan, suatu hal yang jarang terjadi diantara mereka.

Seperti biasa, Sooyoung terlebih dahulu memisahkan diri, melambaikan tangan pada kedua temannya sebelum berbelok arah menuju rumahnya disebrang jalan.

Tersisa Seulgi dan Suho yang berjalan bersisian. Wajah mereka memandang lurus ke depan, tetapi ujung mata mereka selalu mengikuti gerak Sooyoung.

Setelah Sooyoung dipastikan memasuki rumahnya, keduanya kembali saling menatap.

Mengangguk mantap, mereka lantas memutar balik, pergi menuju satu tempat yang telah ditentukan.

Sekolah.


-



Setiap hari senin, pak Changmin—guru olahraga dikelas tiga, sekaligus pembina klub basket sekolah—akan memantau anak didiknya dilapangan basket indoor sekolah selepas pulang sekolah sampai petang hari. Jadwal latihan mereka terbagi 3 waktu dalam sepekan dan diantaranya adalah hari senin.

Guru muda itu akan berada dalam lingkup sekolah setidaknya sampai sesi latihan usai dan setelah memastikan seluruh anggota klub binaannya pulang ke rumah. Ia selalu menjadi yang terakhir pulang.

Tidak terkecuali hari itu.

Bersamaan dengannya, Seo Joohyun juga memiliki banyak urusan yang harus ia kerjakan dihari itu menyangkut kegiatan OSIS di sekolah yang menahannya pulang setidaknya sampai petang hari.

Momen inilah yang berusaha dimanfaatkan oleh Seulgi dan Suho untuk melaksanakan rencana mereka.

Misi pembatalan kedatangan Siwon ke ruang OSIS dihari kamis.

Dengan melakukan skema yang terbilang licik, manipulatif dan cenderung provokatif.

Mereka mencoba menjebak keduanya dalam skema skandal percintaan dalam lingkup sekolah;

Seorang guru tidak diperkenankan mengencani muridnya sendiri.

Atas dasar itu, mereka akan menggunakan hal ini untuk mengancam Joohyun supaya tidak mengadukan tindakan mereka pada Siwon.

Hanya karena Siwon.

Mereka memilih untuk melakukan tindakan amoral ketimbang menghadapi amarah Siwon dan menerima hukuman yang akan diberikan Joohyun.

Suho mengangkat tangannya, isyarat bersiaga ketika melihat pak Changmin baru saja keluar dan berjalan menuju parkiran sekolah. Ia bersembunyi dibalik gerbang dengan kamera ponsel yang menyala disatu tangannya.

Seulgi sendiri bersiap diatap gedung A yang menghadap langsung keluar, dekat area parkir. Memegang sebuah vas bunga untuk dijatuhkan kapan saja sesuai instruksi Suho.

Tidak lama setelah itu keluar Seo Joohyun dengan tumpukan buku miliknya berjalan melewati area parkir.

Mereka menghitung mundur.

1

2

3

Tepat setelah hitungan ketiga, Suho mengepalkan telapak tangannya yang terangkat. Sinyal bagi Seulgi untuk menjatuhkan vas.

Vas terjatuh didekat Joohyun berdiri, mengagetkan gadis itu yang kemudian berteriak kencang. Joohyun terjatuh pada jalanan depan sekolah karena kaget.

Pak Changmin yang mendengar suara benda jatuh dan jeritan Joohyun lantas menoleh, mendapati si ketua OSIS terduduk ketakutan diatas paving conblock, disebelahnya terdapat pecahan vas yang terberai.

Sontak ia berlari, menghampiri Joohyun dan menenangkan gadis itu. Kedua tangannya memegang pundak Joohyun.

"Kau tidak apa-apa?" Pak Changmin bertanya khawatir. Ia lantas melirik ke atap.

Seulgi menyembunyikan diri tepat waktu.

Pak Changmin kembali berfokus pada Joohyun, membantu gadis itu untuk berdiri.

Joohyun—entah karena syok, reflek memegang pinggang guru muda itu dan menempelkan kepalanya pada tubuh sang guru.

Menjadi bahan yang sempurna untuk Suho—yang tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan mengambil banyak foto mereka berdua. Lewat angle yang dibidik Suho, keduanya tampak seperti tengah berpelukan intim.

Sempurna.

Setelah merasa cukup dengan hasil yang didapat, Suho lantas bergerak pergi—tidak lupa mengabari Seulgi jika misi mereka berhasil dan menyuruh gadis itu juga lekas pergi.












Ada yg kepikiran sampe kesini?
Klo iya, kita mungkin cocok ehe.

1 Sendok Takar ParacetamolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang