14

1.4K 339 50
                                    



"Bagaimana kau bisa tahu?" Ujung bibir Seulgi bergetar, ekspresi wajahnya menggambarkan ketakutan bercampur syok. Gadis itu berbalik sepenuhnya pada Irene yang menatapnya dingin.

Irene menyeringai—ekspresi wajah yang sangat Seulgi benci dari seniornya itu—berjalan selangkah maju mendekati posisi Seulgi berdiri.

"Aku pembuat masalah, Seulgi. Menurutmu kenapa hari itu aku bisa berada di sana?"

Tubuh Seulgi mulai bergetar karena panik.

"Tentu saja karena aku membuat masalah. Kepala sekolah menghukumku langsung dan memberi tugas untuk membersihkan seluruh toilet di lantai satu. Tebak waktu saat aku berhasil menyelesaikan hukumanku?"

Irene mengambil langkah lain.

Keringat dingin mulai keluar dari pelipis Seulgi.

Irene berhenti melangkah. Mereka kembali berhadapan dengan jarak dekat.

"Benar, petang hari. Saat kau dan Suho melakukan aksi memalukan didekat area parkir, aku bahkan bisa melihat jelas bagaimana kau menjatuhkan vas bunga itu tepat disamping Joohyun dari atap gedung yang mengarah keluar."

Lemas, tubuh Seulgi lantas terjerembab ke belakang. Menatap Irene tidak percaya.

"Ke-kenapa?!"

"Aku yang harusnya bertanya kenapa?" Irene merunduk pada Seulgi. "Pertanyaan yang terus terngiang di kepalaku. Namun berhasil terjawab selang sehari setelahnya, saat kalian dengan bodohnya menaruh kertas itu pada lokerku alih-alih milik Joohyun."

Irene tergelak.  Menepuki kedua tangannya remeh.

"Kupikir hal seperti itu hanya ada dalam drama, ternyata juga terjadi dikehidupan nyata." Irene mengusap air matanya yang keluar akibat tertawa, "Apa hidupmu semenyedihkan itu? Perilakumu terlalu dramatis, tahu?"

Napas Seulgi terasa tercekat untuk tiap kata yang keluar dari bibir Irene, matanya melirik ke segala arah—memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

Irene menegakkan kembali tubuhnya, tatapan matanya tidak pernah lepas dari Seulgi.

"Pukul tiga, di minimarket IS—Aku yakin kau tahu dimana tempatnya, kau pernah datang tempo hari. Bila kau tidak datang, aku anggap kau benar-benar menolak untuk berpartisipasi. Maka seluruh informasi yang kuketahui akan sampai ke tangan Joohyun yang asli—juga pada 'kekasihnya'."

Setelahnya Irene lantas melenggang sombong meninggalkan Seulgi yang masih terpaku, terduduk tak berdaya ditempatnya.

Kedua tangan Seulgi terkepal kuat—dengan mata yang terpejam, satu tetes air mata jatuh menuruni sebelah pipinya.

Penyihir sialan!




-





Sooyoung berkali-kali melirik keluar kelas cemas. Seulgi belum kembali ke kelas sejak menarik Irene pergi untuk berbicara. Kelas pertama akan dimulai lima menit lagi, dan temannya itu masih belum terlihat batang hidungnya.

Sooyoung menggusak rambutnya gemas, pikirannya tidak henti mengarah pada hal buruk yang kemungkinan terjadi pada Seulgi.

"Apa yang mereka bicarakan, sih?"

Sooyoung mengecek jam tangannya, tersisa tiga menit sebelum bel pertama berbunyi.

Hatinya gelisah.

Kemudian tepat bersamaan dengan berbunyinya bel masuk, akhirnya orang yang ia tunggu muncul.

Seulgi berjalan masuk menuju mejanya dengan tatapan yang kosong, seperti zombie yang telah kehilangan jiwanya.

Alis Sooyoung mengerut.

"Apa yang terjadi? Kenapa wajahmu murung? Irene mengganggumu lagi, kan?" Sooyoung memberondong Seulgi dengan pertanyaan setelah gadis itu duduk di mejanya—tepat di samping Sooyoung.

Seulgi dengan wajah setengah linglung menoleh pada Sooyoung, gadis itu menggeleng. Membuat Sooyoung semakin merengutkan alis.

"Tidak?"

Lalu mendadak ia menjerit histeris dan mulai membenturkan kepalanya pada permukaan meja.

Sontak saja Sooyoung ikut menjerit karena kaget, lalu menularkannya ke seantero kelas.

Segera kekacauan menerpa kelas mereka—dengan banyak siswi yang ikut menjerit, para siswa yang meloncat kaget, dan Sooyoung yang tak henti-hentinya menjerit panik melihat Seulgi yang terus membenturkan kepala—masih dengan jeritan histeris.

Tak ayal memicu keributan hingga ke luar kelas dan kerumunan siswa yang penasaran.

"SEULGI!! KAU KERASUKAN APA??!!"




-





Karena keributan yang ia picu, Seulgi akhirnya dibawa keluar kelas oleh seorang guru yang kebetulan lewat kelas mereka untuk ditenangkan. Mereka bahkan sempat mengira gadis itu kerasukan karena tingkahnya yang abnormal dan sempat hampir dibawa ke ruang guru untuk dibacakan ayat suci oleh seorang guru keagamaan di sekolah.

Tetapi Seulgi mendadak berhenti. Ia menatap kosong pada kerumunan orang yang mengelilinginya. Semua orang memandang hati-hati dan cenderung takut. Menunggu reaksi apa yang akan ia keluarkan.

Namun kewarasan Seulgi rupanya sudah kembali. Ia mulai merengek pada rasa sakit yang baru terasa.

"Ah, kepalaku sakit!" Erangnya memegangi dahinya yang memerah karena benturan yang ia lakukan sendiri.

Sooyoung menjadi yang pertama merespon. Memukul kepala Seulgi tidak lembut lalu memarahinya.

"Apa kau sudah gila?! Kupikir kau kerasukan!!"

Akhirnya Seulgi hanya dibawa ke ruang uks untuk beristirahat dan mengobati memar yang mulai muncul di dahinya.

"Dasar bodoh!" Ucap Sooyoung terakhir kali sebelum meninggalkan Seulgi sendirian di ruang uks dan kembali ke kelas mereka.

Tersisa Seulgi seorang yang berbaring lesu sembari menatap langit-langit kosong.

Pikirannya hanya tertuju pada si sialan Irene—yang sepertinya ingin mengacaukan hidupnya.

Ku balas kau!











Minal a'idzin walfaidzin. Mohon maaf lahir dan batin semuanya.

Selamat lebaran!

Besok pakek baju baru yok!😂

1 Sendok Takar ParacetamolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang