"Sejak awal kubilang kita lebih baik pasrah saja, setidaknya mungkin tidak sampai begini." Gerutu Sooyoung saat mereka berjalan melewati persimpangan sebelum mencapai blok terakhir untuk sampai ke rumah. "Kita tidak harus berlarian dan merasa cemas tiga hari ini karena si nenek sihir itu."
Suho menjitak kecil kepala Sooyoung. "Seharusnya kau diam saja!" Omelnya.
Seulgi hanya memutar matanya.
"Tapi akhir pekan kita!" Rengek Sooyoung, meratapi nasib akhir pekannya yang bebas telah dirampas paksa. "Orang-orang klub teater itu menyebalkan!"
Suho dan Seulgi saling melirik, lalu kompak membuang napas berat.
Yeah, klub teater memang diisi kumpulan orang nyeleneh yang membuat sakit kepala.
Seulgi melempar pandangan pada bangunan disisi kiri yang ia lewati. Pikirannya dipenuhi oleh hukuman yang harus mereka jalani selama 3 pekan berikutnya. Seperti yang diperintahkan Seo Joohyun sepulang sekolah tadi.
Satu jam sebelumnya.
Sesaat setelah bel pulang berbunyi.
Seulgi, Suho, Sooyoung dan Siwon berkumpul di ruang OSIS. Di dalam sudah duduk Seo Joohyun dan seorang anggota OSIS lainnya—Son Seungwan, si sekretaris OSIS yang terkenal super disiplin.
Perasaan tiga siswa yang berdiri di belakang Siwon mulai kalang kabut. Menerka-nerka putusan Joohyun untuk mereka.
Joohyun tersenyum, dengan ramah meminta ke-empatnya untuk masuk.
"Hey, Siwon. Kau sudah baikan?" Tanya Joohyun pada Siwon yang duduk di depannya. Siwon mengangguk.
"Ya, syukurnya usus buntuku sudah terangkat. Luka jahitannya juga sudah mengering," Siwon lalu menoleh pada tiga anggota klubnya. "Tapi sepertinya aku harus kembali mendaftar untuk sesi konseling di klinik, kepalaku seperti mau pecah. Tepat dihari pertama masuk." Siwon menekan kalimat terakhir dengan pandangan menyalak pada ketiga sekawan itu.
Ketiganya hanya mampu menundukkan kepala. Sesekali Suho berdeham karena kerongkongannya terasa kering.
"Nah," Joohyun menepuk kedua tangannya, berusaha mencairkan suasana yang mulai mencekam. "Karena kita sudah berkumpul, maka sebaiknya aku langsung memberitahukan keputusan yang sudah dirundingkan sebelumnya bersama seluruh dewan disiplin organisasi. Aku asumsikan kau sudah mengetahui akar masalahnya, kan?"
Siwon mengangguk.
Joohyun balas mengangguk. "Ini keputusannya—kami sepakat untuk tidak membawa masalah ini pada pihak sekolah dan hanya memberikan sanksi internal dengan mengikuti perintah OSIS selaku induk organisasi di sekolah. Dalam hal ini, kami menginginkan kalian bertiga untuk membantu klub teater dalam mempersiapkan panggung pentas mereka untuk acara festival sekolah nanti."
"Klub teater?!" Seru Suho kaget.
Joohyun hanya mengangguk, sedangkan Seungwan disampingnya memelototi Suho karena berteriak dan memotong ucapan ketua OSIS mereka.
Suho segera menciut seperti anak ayam.
"Hm, klub teater. Seperti yang kalian tahu, dalam sebulan sekolah kita akan mengadakan festival tahunan sekolah. Klub teater akan menampilkan drama teater saat festival nanti, karena mereka kekurangan orang untuk mendekorasi panggung, maka aku mengirim kalian untuk membantu di sana. Tugas kalian di sana hanya mengecat beberapa bahan dekorasi, itu saja."
"Kau yakin?" Sooyoung skeptis.
Lagi, Joohyun mengangguk.
"Untuk itu—mulai pekan ini, setiap akhir pekan kalian diwajibkan datang ke sekolah dan membantu klub teater mempersiapkan panggung selama 3 pekan berikutnya."
Seulgi, Suho dan Sooyoung menghela napas berat. Menundukkan kepala dalam nelangsa.
"Oh, satu lagi—" ketiganya mendongak pada Joohyun, bingung. "Seungwan yang akan mengawasi hukuman kalian selama tiga minggu itu. Bekerjalah dengan giat, ya?" Joohyun menutup kalimatnya dengan senyuman manis. Tidak sadar dengan reaksi yang ditimbulkan oleh perkataannya pada tiga orang itu.
—kecuali Suho yang malah terpana dengan susunan rapi gigi putih si ketua OSIS, yang lain merasa seperti bumi baru saja kehilangan gaya gravitasinya. Membuat mereka tergonjang-ganjing dalam nestapa.
Belum lagi Seungwan ikut menambahkan—
"aku akan memastikan kalian menjalani hukuman dengan baik."
Habis sudah.
-
"Dah, teman-teman!" Pamit Sooyoung sembari berlari menuju rumahnya disebrang jalan.
Seulgi dan Suho melambaikan tangan mereka pada Sooyoung yang sudah menjauh. Tidak lama giliran Suho yang berpamitan pada Seulgi, melambaikan tangannya pada gadis itu.
"Dah, Seulgi!"
"Dah!"
Rumah Suho terletak persis di samping rumah Seulgi, sedangkan rumah Sooyoung berada disebrang rumah keduanya.
Mereka bertiga bertetangga, dan merupakan teman sejak kecil. Ketiganya tumbuh bersama, melewati masa kanak-kanak hingga tumbuh remaja dengan segudang masalah pun dilalui bersama.
Meski usia Suho terpaut satu tahun dengan keduanya, ketiganya sangat akur dan akrab.
Seulgi mengambil kunci pintu yang disembunyikan di dalam pot bunga diteras rumahnya, lalu membuka pintu.
Seperti biasanya, rumahnya senyap sepi tanpa tanda penghuni saat ia pulang.
Seulgi menyalakan satu-persatu lampu di dalam rumah lalu bergerak mengarah dapur. Kerongkongannya terasa kering setelah bergelut dengan banyak hal di sekolah hari ini.
Mengambil botol air dari dalam kulkas dan secangkir gelas dari bufet, ia mulai menuntaskan dahaga lewat mulutnya.
Setelahnya ia memasukkan kembali botol air kedalam kulkas dan berjalan menuju kamar mandi. Tapi kemudian langkahnya terhenti ditengah, wajahnya merengut sesaat lalu berbalik kembali.
Mencopot selembar nota yang tertempel pada pintu kulkas lalu meremasnya sebelum ia buang ke tempat sampah.
Barulah setelah itu ia benar-benar pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
'aku tidak bisa pulang lagi hari ini, belilah makanan apapun yang kau inginkan. Jangan lewatkan jam makanmu lagi! Love you,
Ibu.'
Ada yg nonton drama extracurricular kah? Reviewnya dong? Bagus tidak?
Aku liat trailernya trus kepincut sama si tukang bully, karismatik woy! Jd pen nonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Sendok Takar Paracetamol
FanfictionUntuk hatimu yang dilanda demam. Alternative title : the pursuit of happiness.