Rindu by Tere Liye

4K 62 7
                                    

"Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.

Cerita novel ini tergolong unik! Cerita ini cerita dimana Indonesia masih Hindia Belanda, tentu itu sudah lama sekali. Mereka menunggu-nunggu kapal yang akan membawa mereka pergi Haji. (ps: maaf gue non-islam jadi kalo ada kesalahan tulisan sedikit maklumin ya hehe) terus Gurutta, dia ustad-nya gitu. Mereka berangkat bareng-bareng dan disaat itu gue paling kesel sama tentara Belanda yang ikut kapal itu. Karena si Gurutta pengen ada pengajian setelah sholat, cuman 15 menit tapi gak di bolehin. Geram banget gue.

Terus juga, ada si Daeng Andipati, dia disini bawa dua anak. Lucu banget! Namanya Anna sama Elsa, ada satu quote yang gue suka dari Anna, "Kata siapa kita harus kenal dulu untuk ikut melambaikan tangan ke sana?" Anna, anak kecil berusia 9 tahun dapat mengatakan itu.

Lalu juga ada Ambo Uleng seorang kelasi (sampe sekarang belum tau kelasi itu apa) berasal dari Makassar. Karena semua kelasi disana itu berasal dari Belanda. Tetapi si Ambo Uleng ini di terima oleh si Kapten karena Kaptennya suka sama Ambo Uleng ini, dia pendiam tetapi dia bisa macam-macam.

Sampai si Ambo Uleng ini ketemu Anna dan Elsa, Anna yang menggemaskan karena bajunya hilang akhirnya dia memakai baju Elsa yang kebesaran. Ambo ini sangat pendiam, ketika dia ditanya-tanya oleh teman sekamarnya dia hanya diam tanpa memperhatikan teman sekamarnya itu.

Tetapi, ketika mereka berjalan dari Makassar ke Surabaya, mesin mulai rusak, dan mereka akan berhenti sejenak di Surabaya untuk berbelanja segala macam. Ada sesuatu... yang sampai saat ini gue gemes banget.

Gue sukaa sama novel ini, walaupun jalan ceritanya mereka mau ke Mekkah dan gue non islam tapi gak tau kenapa gue suka aja. Konflik-konfliknya gak bisa di tebak, dan namanya juga buku best seller gak akan ngecewain deh! Tapi-- 400 halaman. BHAI.

Book Review(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang