Swiss: Little Snow in Zürich by Alvi Syahrin (Marathon 7)

594 19 1
                                    

Di Zürich,
Ada kisah tentang salju yang hangat, tentang tawa yang mencair. Membuat Yasmine tersenyum bahagia.

"Ich liebe dich," --aku mencintaimu-- bisik gadis itu, membiarkan repih salju membias wajahnya. Manis cinta dalam cokelat yang laki-laki itu berikan membeku menjadi kenangan dibenaknya, tak akan hilang.

Di puncak Gunung Uetlibreg--yang memancarkan panorama seluruh Kota Zürich--bola-bola salju terasa hangat ditangannya, kala mereka bersiaian. Dan, jembatan Münsterbrücke, jembatan terindah dan tertua di Zürich, seolah bersinar di bawah nyala lampu seperti bintang.

"Salju yang jatuh perlahan di dermaga Danau Zürich yang menawan, jika aku jaruh cinta, tolong tuliskan cerita yang indah," bisik gadis itu. Ia tahu telah jatuh cinta, dan berharap tak tersesat.

Namun, entah bagaimana, semua ini terasa bagai dongeng. Indah, tetapi terasa tidak nyata.

Tschüs--sampai jumpa--
Yasmine, semoga akhir kisahmu indah,

Alvi Syahrin

Pertama liat di goodreads ratingnya jelek, tapi gak sejelek sama isinya kok! Ceritanya Elena, Dylan sama Rakel bersahabat dulunya, terus sekarang Rakel ketemu sama Yasmine, orang Indonesia yang pindah ke Zürich karena papanya. Cliche sebenernya, Rakel suka sama senyum natural Yasmine, semua tentang Yasmine tetapi Rakel nggak mau mengatakannya.

Ternyata, Dylan menyukai Yasmine juga. Pertama, Dylan berpendapat bahwa Rakel mempermainkan Yasmine karena mereka berdua pergi berdasarkan agenda yang dibuat oleh Rakel. Di cerita ini banyak sekali bahasa-bahasa Swis-German karena itu memang bahasa mereka. Jadi belajar sedikit bahasanya lah ya.

Kurangnya dari Alvi adalah dia tidak bisa terlalu menggambarkan suasana disana, jadi kita nggak masuk kecerita itu. Tapi aku suka beberapa quote dari buku ini.

"Melangkahlah, temukan kebahagiaanmu, dan jangan lupa berdoa untukku." -- Dylan. Pages 240.

"Salju yang membekukan, angin yang menusuk-nusuk tulang, jika cinta adalah dongeng yang indah, mengapa harus ada rasa sakit di dalamnya?" lupa halaman berapa. Ceritanya mungkin emang terlalu mainstream karena buat beberapa orang cerita ini gampang ditebak. Emang iya, mainstream, tapi gak tau gue suka aja sama cerita ini.

Walaupun cerita ini gak sukses bikin gue nangis, gak kayak novel sebelumnya karena konfliknya nggak terasa kalau disini. Tapi, kita bisa belajar sedikit dari cerita ini. Kalau memang cinta, katakanlah, jangan ditunda-tunda. Kau yang akan menyesal. 

Book Review(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang